Hari Jumat.
Hampir seminggu berlalu dari kejadian pemberian jaket itu. Yuri sudah meminta bantuan kenalannya, tetapi kenalannya menolak untuk memberi. Katanya, tidak sembarang orang bisa mendapat kontak Ahn Minhyuk. Yuri tidak bisa memberi tau alasan aslinya adalah untuk mengembalikan jaket, karena Gyuri rasa tidak perlu. Jadi, sampai sekarang Gyuri masih menyimpan jaketnya.
Hari ini Gyuri ada jadwal kelas siang, jadi pagi ini ia bisa sedikit bersantai. Prakiraan cuaca hari ini berawan dan berpotensi hujan saat sore. Gyuri menimbang-nimbang harus memakai baju apa. Ia teringat bahwa pemilik jaket itu menyuruhnya untuk memakai jaket itu sesukanya.
Benarkah?
Haruskah ia memakainya baru Ahn Minhyuk muncul?...
Tidak mungkin.Gyuri kembali bingung. Ia mengecek jaketnya yang lain dan ingat bahwa kedua jaketnya masih dijemur dan belum kering. Karena tak mau kedinginan seperti minggu lalu, ia akhirnya memutuskan memakai jaket itu. Ia memadukan jaket berwarna navy itu dengan turtle neck putih dan legging hitam. Rambut panjangnya ia gerai untuk menutupi sedikit motif yang ada di bagian belakang jaket.
“Wah! Kamu memakainya?” ujar Yuri sesaat setelah Gyuri sampai di kelasnya.
“Jaketku dicuci semua. Aku tidak punya pilihan.”
“Hahaha. Alasan yang bagus. Ah ya, bagaimana perkembangan … “
Yuri dan Gyuri membahas tentang proyek departemen mereka. Mereka berdua termasuk dalam deretan orang-orang yang aktif mengurus departemen. Proyek kali ini adalah sebuah pameran bertema X yang berhubungan dengan departemen mereka. Pameran ini akan dilaksanakan seminggu lagi. Gyuri mendapat tanggung jawab untuk mengurus bagian sponsorship sementara Yuri bagian event.
Kelas hari ini terasa cukup cepat, kini mereka sudah menyelesaikan semua kelas hari ini. Begitu keluar dari gedung, hawa terasa dingin.
“Kau mau kuantar ke rumah?” ucap Gyuri.
“Tidak perlu, tapi kau bisa drop aku di kafe perempatan depan. Aku ada janji dengan sepupuku.”
“Oke.”
Saat melewati gedung departemen komputer, mata Gyuri menangkap sesosok yang familiar. Gyuri menghentikan langkahnya. Belum sempat ia menghentikan Yuri, seseorang memanggilnya.
“Eh, halo. Jaketmu terlihat bagus. Dimana kamu membelinya?” tanya seorang gadis berambut sebahu itu. Melihat buku yang dibawanya, sepertinya ia dari departemen seni.
Terlebih lagi, masih adakah orang yang bertanya tentang baju kepada orang tak dikenal di jalan?
Gyuri tak habis pikir.
Ia hanya tersenyum, “Aku kurang tau. Ini milik temanku.”
Gadis itu ber-ooh ria lalu minta maaf dan pamit dari hadapan mereka.
Yuri menoleh ke Gyuri, “Oh tidak, aku baru ingat. Aku lupa memberi tahumu satu hal.”
“Hmm?”“Ahn Minhyuk cukup sering memakai jaket itu setiap ke kampus. Pada Sebagian besar fotonya yang beredar, paling tidak ia membawa atau mengenakan jaket itu…”
Gyuri mendadak merasa panik. Pantas saja, saat berjalan tadi ia merasa ada yang terus memerhatikannya. Tidak salah lagi, pasti mereka berpikir darimana Gyuri mendapatkan jaket yang sama persis.
Tapi tunggu dulu, motif utama jaket itu kan tertutup oleh rambutnya jadi tidak terlihat persis. Gyuri merasa sedikit lebih tenang.
Gyuri masih dapat melihat sesosok familiar itu berdiri di depan gedung departemennya. Menatap kearah Gyuri, seakan ingin mengambil kembali jaket miliknya. Tidak sopan rasanya jika lewat begitu saja. Gyuri memberikan kunci mobilnya kepada Yuri.
“Eh? Apa ini?”
“Kamu duluan saja, nanti aku temui kamu di kafe itu.”
“Kamu mau kemana, eh?”
“Ada urusan sebentar. Gapapa duluan saja.”
Yuri mengangguk dan berjalan duluan ke parkiran luar kampus. Gyuri melangkahkan kakinya kea rah departemen komputer. Tepatnya, ke arah orang yang terus menatapnya dari jauh.
“Um, kita bertemu lagi.” Gyuri berkata sambil menatapnya lalu mengalihkan pandangannya.
“Ya”
Lalu apa?
Gyuri bingung terjebak dalam situasi yang canggung ini. Ia berniat melepas jaketnya disini tapi ia rasa cukup aneh. Terlebih lagi, Gyuri lupa mencucinya.
“Maaf, aku lupa jaketku baru dicuci dan belum kering. Jadi, aku meminjam jaketmu lagi.” Gyuri menahan rasa malunya. Apakah dia membuat situasi ini makin canggung?
“Aku akan memintamu mengembalikannya jika aku mau.”
Gyuri semakin tidak bisa berpikir mendengarnya. Ia terlalu gugup dengan nada bicara Minhyuk yang dingin, seakan tidak bisa menebak emosi apa yang orang ini tampilkan, entah marah atau biasa saja.
“Maksudku, tenang saja. Kau tidak perlu takut denganku.”
Nada bicara Minhyuk lebih lembut dari sebelumnya, meskipun orang biasa pasti masih merasa itu dingin. Dibandingkan dengan yang Gyuri dengar sebelumnya, ini lebih baik.
“Memangnya siapa yang takut denganmu?”
Gyuri mulai menjadi dirinya kembali. Gyuri tidak takut dengan Minhyuk, hanya saja auranya membuat Gyuri gugup dan tidak tau harus berbuat apa. Ditambah kenyataan dia sedang meminjam jaket Minhyuk. Tentu ia harus menjaga sopan santunnya.
Gyuri melihat Minhyuk tertawa kecil. Tertawa? Orang ini bisa beremosi?!
“Minhyuk! Kau beneran menunggu kami, ya! Hahaha” seruan itu berasal dari salah satu dari tiga teman Minhyuk yang Gyuri lihat minggu lalu. Orang berbaju abu-abu itu menepuk pundak Minhyuk dan tersenyum ke Gyuri.
“Wah, wah. Sepertinya jaket kesayanganmu berpindah tangan?” ucap temannya yang berbaju abu-abu.
Gyuri menoleh ke Minhyuk.
“Hai nona cantik, sepertinya aku pernah melihatmu.” goda temannya yang berbaju hitam diikuti tawa dari orang disebelahnya yang berbaju hijau tua.
“Halo.” Gyuri tersenyum sopan. Ia bahkan tidak berniat memberitahu namanya. Mengetahui fakta jaket yang ia kenakan adalah jaket kesayangannya Minhyuk, Gyuri merasa semakin bersalah.
Eh, memangnya Minhyuk tau namanya?“Gyuri, mau ikut makan?” tawar Minhyuk.
Gyuri hanya fokus pada namanya dipanggil, mengabaikan kata-kata setelahnya. Darimana dia tau namanya? Apa dia mencari tau siapa peminjam jaket yang tidak tahu diri ini?
“Gyuri? Hei”
“Eh? Kenapa?” Gyuri tersadar dari lamunannya.
“Mau ikut makan?” tanya Minhyuk lagi.
Gyuri hampir menolak ajakan itu, lalu ingat ia melewatkan makan siang karena rapat. Bisa saja ia pergi makan sendiri atau ikut di kafe bersama Yuri. Setelah dipikir-pikir, tidak apa mungkin mendapat kenalan baru? Gyuri menimbang-nimbang harus menjawab apa. Disisi lain, Gyuri cukup selektif dan waspada terhadap orang disekitarnya.
“Kita mau makan ke restoran disebrang pintu barat, kok!” ujar orang berbaju hijau tua.
“Iya, disana ada restoran seafood murah yang enak, kau mau?” ajak orang berbaju abu.
“Sepertinya aku tau, restoran Y kan?” jawab Gyuri.
Minhyuk mengangguk.
“Baiklah.” Gyuri mengikuti Minhyuk dan teman-temannya ke arah pintu barat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky With You
RomanceOrang bilang, jendela adalah mata jiwa, bukan? "Kamu tampak kedinginan." ucap orang asing di depan gadis itu. Gadis itu terpaku oleh tatapannya. Figur di depannya hanya menatapnya dalam diam, menunggu respon. Dengan tatapan sedingin es itu, adakah...