CHAPTER 4: Apakah ada kebahagiaan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain? (1)

1.5K 43 3
                                    

Kediaman Sopadisakun kacau balau ketika Nyonya Lalita dan suaminya bergegas pulang dari pesta setelah menerima kabar buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kediaman Sopadisakun kacau balau ketika Nyonya Lalita dan suaminya bergegas pulang dari pesta setelah menerima kabar buruk. Sang ibu pingsan saat membaca surat yang ditulis putra bungsunya sebelum menghilang

Theerayut segera meminta kepala pelayan untuk mendapatkan inhaler untuk istrinya. Tak lama kemudian seorang penjaga keamanan masuk untuk melapor.

*inhaler : Alat kesehatan untuk mengantarkan obat ke paru-paru. Biasanya untuk  orang yang sakit asma.

"Saya sudah memeriksa CCTV, rekaman dari pintu depan dan sekitarnya terpotong saat tengah malam, sepertinya ada yang dengan segaja merusak sinyalnya."

Itu akan sulit, mengingat orang menyebabkan hal ini adalah seorang mahasiswa teknik. Cukup dengan manipulasi sederhana tidak akan menyulitkannya. Dan membuat Tian tidak meninggalkan jejak sedikitpun.
Mantan jendaral militer itu memijat pelipis dan mengerutkan keningnya, lalu dia mendengar istrinya bangun dan menangis.

"Tian, kenapa kamu melakukan semua ini? Apa yang kamu ingin lakukan, kenapa tidak memberitahu ayah dan ibu? Apa yang ibu tidak bisa berikan padamu, nak?'' Matanya dipenuhi air mata. Baru kemarin anaknya berjanji tidak akan membuatnya sedih lagi, tapi belum ada sehari berlalu, tiba-tiba Tian menghilang tanpa kabar.

"Tenangkan dirimu, mungkin ini tidak seburuk yang kamu pikirkan. Anak kita sudah besar."

"Yang besar hanya tubuhnya saja, kalau dia sudah besar (dewasa) dia tidak akan meninggalkan rumah seperti ini. Seharusnya dia membicarakan semuanya terlebih dahulu." Nyonya Lalita terus menyalahkan putranya.

Khun Teerayut menghela napas, kemudian dia duduk di sebelah istrinya dan berkata, "Karena dia tahu, meskipun dia meminta izin, kamu tidak akan pernah mengijinkannya."

"Kamu sangat tidak rasional, Khun Phi!" Dia memelototi suaminya, menunjukan sikap tidak senang.

"Kamu memang punya alasan. Tapi Tian," Mantan Jendral itu berkata dengan tenang, "... punya lebih dari cukup. Kamu tahu dia punya penyakit jantung. Dia bahkan lebih rentan dari sebutir telur diatas batu. Sampai anak itu merasa tidak nyaman dan menaungi hidupnya dengan ironi. Dan saat dia selesai operasi, dia masih tidak bisa melakukan apapun. Saking keterlaluannya sampai dia tidak bisa meninggalkan rumah, jika kamu tidak mengijinkannya...

"... putra kita hanya seorang pasien yang membutuhkan hiburan, bukan tahanan."

Setelah mendengar kata-kata dari suaminya, sang istri menangis. "Khun Phi, apa kamu tidak khawatir tentang anak kita? Apa aku salah?"

"Kamu tidak salah. Tapi semua yang berlebihan itu tidak baik. Sang Buddha memberitahu kita untuk menempuh jalan tengah (seimbang). Tidak lebih, tidak kurang. Maka kita akan menemukan kedamaian."

"Tapi Tian berkata dia ingin menemukan 'kebahagiaan', aku tidak mengerti, Khun Phi. Kita memiliki rumah yang besar, mobil yang bagus, selain itu kita juga tidak pernah membatasi Tian untuk memakai uangnya dan semua kekayaan ini. Apa lagi yang dia inginkan?"Khun Teerayut tertawa pelan.

Kisah Seribu Bintang / A Tale Of thousand Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang