[Prolog]

16 4 4
                                    

Kisah ini adalah kisah para 4 gadis yang tersiksa pada kenyataan. Dunia menguji semuanya, dan mereka yang seperti matahari lah yang berkekuatan super tingkat tinggi yang bisa menahannya benturan pada kenyataan ini.

Selalu tertawa bersama,tetapi penuh siksaan. Mereka hanya bisa diam memandangi kenyataan yang begitu pahit.

Sebuah keluarga penuh tawa dan bahagia disaat ruang tamu tersebut penuh dengan keluarga bahagia tetapi pintu besar disana tertutup rapat, dan dibalik pintu tersebut hanya bisa melihat dengan diam-diam. Iya,dia harus menahan benturan pada kenyataan tersebut. Pintu hanya bisa dibuka sedikit walau tak sepenuhnya,gadis itu hanya bisa menahan kakinya untuk tidak keluar dari kamar. Dan tetap berada diruangan yang penuh dengan rahasia nya sendiri.














Sebuah tangan bersih nan mulus meraih tangan yang sudah keriput bahwa menyisakan urat-urat darah yang hampir terlihat dan menuntunnya berjalan bersama,penuh dengan senyuman yang mengembang di mulutnya. Tetapi satu langkah terhenti disaat sebuah tangan besar menahan keduanya,lalu melemparkan satu tamparan pada wanita paruh baya tersebut gadis yang berada diantara keduanya terdiam memandangi kekerasan yang tak seharusnya dipertontonkan kepada dirinya.








Merasa sudah selesai dengan karyanya,gadis itu keluar denga membawa lukisan indah bergambar keluarga yang bahagia. Dan langkahnya terhenti disaat kedua orang tua itu sibuk dengan urusan masing-masing, dia membatalkan semuanya lalu masuk kembali kekamar. Hanya bisa diam memandangi lukisan tersebut dan terdengar begitu sepoinya angin yang membuatnya menuju jendela dan melihat ke arah langot biru yang indah,terlihat burung-burung bertebangan disana bersama keluargnya yang hanya dapat dia pandangi dengan senyum miris,lalu melihat kearah lukisan tersebut dan mengampiri meja belajar yang penuh dengan buku dan pensil warna. Tangan mungil itu meraih kertas yang bergambar lukisannya yang dia buat segera dia bawa kearah jendela lalu melemparnya asal, dan lukisan itu terbang entah kemana? Dia hanya bisa kembali duduk di meja belajarnya tanpa melakukan apapun.







Nafas terengah-engah,tubuh kurus itu tetap melakukan tugasnya walau tulang-tulang ototnya sudah pegal sedari tadi. Matanya terpejam dengan nafas lelah yang terus dia hembuskan, kembali tersadar lalu terus melanjutkan tugasnya. Bulan semakin menampakan diri,langkah tetap berjalan menuju rumah minimalis yang sederhana,terdengar tangisan balita dan ruangan yang berantakan penuh dengan makanan,susu bubuk yang bertaburan dilantai dan mainan anak-anak yang berserakan dimana-mana, gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu menggendong tubuh mungil itu lalu memeluknya sayang,membuatkan susu dan melirik ke kamar yang menampakkan wanita tua yang terbaring lemas di sana,belum lagi sang ayah yang sibuk merokok di dapur tanpa memedulikan tangisan anaknya. Dia melakukan semua tugasnya dengan baik,menidurkan sang adik,merapikan rumah,dan memberi makan ibu. Lalu dikamar dia hanya bisa mengambil botol kecil penuh dengan butiran putih lalu meneguk obat itu 3 butir. Menelannya lalu meminum air putih tak lama gadis itu tertidur dengan mata yang penuh air mata,banjiran terus keluar disaat dia menangis.





So, siapa yang bahagia disini? Dan siapa yang tersiksa? Jawabannya tidak ada. Kenapa? Karna mereka hanya bisa menahan pil pahit ini. Diam dan membiarkannya bersama.

MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang