1.

9 4 0
                                    

Salwa berjalan dan terus berkeliling dia melihat ke semua arah tetapi tak ada sedikitpun jalur untuk menujukkan jalan nya.

Bukan berarti dia mudah menyerah langkahnya pun memulai lagi untuk berjalan walau sudah puluhan ribukali dia memulainya.

Sampai-sampai cahaya terang memperlihakan sosoknya. Salwa menghampiri pintu besar tersebut.

Lalu dia memasukkinya. Tempat itu. Kebun bunga,begitu banyak bunga. Tetapi terdapat beberapa bunga matahari yang hampir layu.

Bunga itu didasari oleh nama, dan Salwa menoleh keseseorang yang datang disana terdapat Indah, Dipta maupun Intan.

Mereka melihat dan saling memberi senyuman pasti bukan lembut. Lalu mereka melihat bunga didepan mereka dan pilihan ada dua yang mana akak dipilih?

Mempertahankan atau di buang?

Mereka membuang bunga itu disebuah lubang yang besar yang memberi bentuk bulat dipertengahan kebun tersebut.

Tapi tidak dengan Salwa. Dia masih memengan pot bunga tersebut lalu meletakkannya kembali.

Mereka pergi meninggalkan tempat itu bersama tapi Salwa. Gadis itu memilih untuk menyiram bunga matahari yang layu tersebut.

Wajahnya nampak lesu dan sedih saat bunga itu tak kunjung subur. Langkah kaki terdengar Salwa berbalik untuk melihat siapa yang datang?





Itu.






Dipta.






Gadis itu tersenyum lalu duduk disamping Salwa dan membantu nya untuk menyiram bunga matahari tersebut.

Walau belum subur tetap Salwa yakin bunga itu akan subur tapi bukan hari ini dan sekarang ini.





Namun.





Nanti.




Mereka berdua memilih untuk menunggu bunga matahari itu kembali mekar dan memberi keindahan dimata orang lain sehingga memberi senyuman sebagai tanda terima kasih.

Salwa bersyukur masih ada yang mau menyiram bunga nya walau dia sudah tak memiliki bunga.

Hanya ada mereka berdua dikebun bunga tersebut. Dan menunggu bunga yang layu dan hanya satu yang masih berada disana.


MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang