KASUS 1: Penghangusan Dosa (Bagian 2)

193 28 38
                                    

Beberapa kurir di pojokan asyik bermain poker sementara segelintir lainnya merokok. Ada juga yang sibuk lomba minum. Sementara, pemuda dan pria anak buah kapal masih di tempat mereka.

"Oh... mantap sekali, ya. Darah 'kompeni'nya masih sampai ke kamu, nih. Saya heran 'cah ganteng' macam kamu malah kerja di tempat kumuh begini."

Si pemuda hanya tertawa kecil.

"Omong-omong, Nak," bapak itu agak mendekat, "kalau dilihat lagi, sepertinya kamu belum ada 18 tahun, ya? Kenapa kerja di tempat seperti ini?"

Seketika raut pemuda itu berubah menatap dingin. "Wah, mata Bapak jeli, ya."

Si bapak tertawa keras. "Iya, lah... saya ini sudah berkeliling dunia. Untuk ukuran orang Dutch, tubuhmu masih ukuran ABG. Meski tinggi saya sudah kalah jauh sama kau."

"Ah, si bapak bisa aja, nih."

Pria itu kembali tertawa sementara ponsel milik si pemuda bergetar. Segera ia memeriksa. Ternyata notifikasi grup chat.

Dai: "Gaess, J-22189"

Reza: "Jam segini?? Gila ya?"

Dai: "Halah biasanya juga ngalong kau:v"

Reza: "Ah gue kan mau push rank. Mana besok ada jadwal sparring jam 6 pagi."

Kafka: ":D?? Ada apa? Ada apa?"

Reza: "Scroll up, Mbel:v gue lemparin hp nih biar otak lu jalan."

Dai: "Hish, ayo ah, berangkat kalian semua! @Aliem. On gak lu?!"

Ah, rupanya dia di-mention. Sang pemuda melirik, ternyata orang bernama Dai ini mengirimkan personal chat padanya.

Dai: "Oi, Liem"

Dai: "Bambang"

Dai: "Buka grup"

Dai: "P"

Dai: "P"

Dai: "P"

Dai: "P"

Dai: "P"

Segera saja ia mengetik jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segera saja ia mengetik jawaban.

Aliem: "Oalah, Cakdut, sabar lah woe. Shift gue belom rampung."

Dai: "Lah yang manggil 'Cakdut' kan cuma Bapak gue weh! Yaudah buruan, gih, aku tungguin di depan bar, ya."

Eh anj*r dia udah di sini??

Kembali ia mengetikkan balasan.

Aliem: "...Ok bentar"

Pemuda bernama Aliem itu kemudian melengos panjang sebelum memasukkan ponsel kembali ke saku celana. "Master," panggilnya sembari menoleh pada seorang pria tinggi besar yang sibuk di belakang meja pub dengan kalkulator di tangan, "saya udah boleh pulang, kan?"

Satire Project's Book of CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang