KASUS 1: Penghangusan Dosa (Bagian 3)

233 27 28
                                    

Dering bel masuk kelas terdengar sayup-sayup di luar. Atensi kami masih berfokus pada pemuda jaket biru yang baru masuk lewat jendela.

"Kok, kamu malah balik duluan, Reza?" tanya Kak Aliem heran. Pemuda jaket biru yang dipanggil Reza itu mengangkat bahu. "Urusannya lebih cepat selesai dari yang biasanya," ia menjawab santai.

"Afhrez jahat! Huweeee!!!"

Kini kami semua menoleh ke jendela yang terbuka. Seseorang tampak mengintip dari sana, dengan pipi menggembung, wajah merah, dan titikan airmata di ujung-ujung matanya.

Ah... orang dengan mata odd eye yang tadi...

"Ngomong-ngomong," kini dia melihat ke arahku, "itu siapa?"

"Oh, s-saya Agniya Aida Asha. K-korban... korban selamat kecelakaan maut semalam..." aku agak ragu dengan statusku saat ini tapi... yasudahlah.

"Oh, begitu, ya?"wajahnya sekarang tampak riang. Kemudian dia melompat masuk.

"Kenalin, aku Sierra Kafka, dari kelas XI Bahasa. Itu kakak jutek yang jaket biru namanya Reza, Afsheen Rezasky dari kelas yang sama." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Siapa yang kau panggil jutek, hah?" si jaket biru — Kak Reza — tidak terima. "Lah, fakta, loh," Kak Kafka tak ambil pusing.

Sementara aku terpana.

Rambut pendeknya ikal dengan poni sebelah kanan sepanjang bahu. Bulu matanya yang lentik membingkai kedua mata berbeda warna. Kulit putih, badan ramping, serta bibir yang tipis berwarna merah jambu membuatnya cocok mengenakan rompi rajut merah diatas setelan putih abu-abu.

Cantik sekali...

"Pft!!"

Seketika aku menoleh ke arah Kak Daniel yang berusaha menahan tawa. "Nona," katanya padaku, "Sierra kafka itu laki-laki, lho..."

"Eh — Ah? Apa??" tanpa sadar aku gelagapan.

"Dai, kamu nyebelin!!" si odd eye menggerutu. "Lho, kenapa?" balas Kak Daniel masih sambil tertawa, "aku cuma meluruskan kesalahpahaman, loh... dia baru aja mau manggil kamu 'mbak' ahahaha..."

Seketika wajahku merona merah. "Ah, I-itu... t-tapi..."

"Eh? Woy — Aduh itu ngapain kau pakai rok pula?!" Kak Aliem menyembur tawa terpingkal sembari memukul-mukul pahanya sendiri beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh? Woy — Aduh itu ngapain kau pakai rok pula?!" Kak Aliem menyembur tawa terpingkal sembari memukul-mukul pahanya sendiri beberapa kali.

Kak Reza memijit jembatan hidung. Raut wajah pemuda itu terlihat seperti orang kena migrain. "Dia kabur dariku dengan masuk ke ruang konsul cewek."

"Sumpah?! Parah, oii!!" Kak Daniel spontan berdiri.

"Eyy! Di sana lagi ngga ada orang!" Kak Kafka melakukan pembelaan. Kak Aliem terkesiap, "Kafka, jangan-jangan kamu mesum??"

"Enggaaaaa!!!" masih berusaha meyakinkan, sekarang orang ini setengah menangis. Aku jadi kurang yakin dia benaran anak SMA kelas dua atau bocah SD yang salah masuk sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satire Project's Book of CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang