Chapter 12

1.8K 222 126
                                    

Happy reading~
.
.
.

Seohyun bukanlah satu-satunya gadis yang harus bekerja keras di usia remaja dan merupakan seorang siswi SMA. Banyak yang bernasib kurang lebih sama seperti gadis itu. Namun, Seohyun adalah satu-satunya yang berhasil mendapat perhatian Kyuhyun.

Tidak pernah dalam hidupnya, Kyuhyun memberi perhatian pada seseorang yang tengah berusaha keras menjalani kehidupan. Itu bukan urusannya. Tapi Seohyun mungkin sebuah pengecualian.

Segala kesulitan yang dialami gadis itu membangkitkan sisi manusiawi dalam diri Kyuhyun. Entah sejak kapan rasa ingin mengulurkan tangan itu ada. Saat sadar bahwa Seohyun adalah supporter sejatinya? Saat melihat Seohyun berpakaian compang-camping di rooftop? Atau saat pertama kali melihat Seohyun menangis dan mengeluh pada angin di halaman belakang sekolah? Entahlah, Kyuhyun tidak tahu.

Yang jelas... sekarang Kyuhyun sama sekali tidak menginginkan ujian lain menimpa Seohyun melebihi apa yang telah gadis itu terima sejak datang ke kota ini. Kyuhyun tidak bisa kembali ke awal dan bersikap apatis seperti dulu.

Maka saat menemukan gadis yang seharusnya sedang beristirahat nyaman di rumah sesuai perintah dari sang kakak -yang mendapat dukungan penuh darinya- malah ada di pinggir jalan membagikan selebaran berisi entah apa, Kyuhyun tidak bisa tinggal diam. Gadis itu maunya apa?

Benalu... gadis bodoh... Semakin dekat, semakin Kyuhyun ingin memaki gadis yang kelewat sibuk mencari uang di sana. Namun demikian, semua makian itu tidak berarti apa-apa karena yang sesungguhnya menguasai hati adalah rasa khawatir.

Takdir terbukti merupakan sebuah misteri ketika secara kebetulan lembar terakhir brosur yang Seohyun bagikan jatuh ke tangan Kyuhyun.

“Ini brosur gym-”

“Apa yang kau lakukan di sini?”

Angin musim gugur tiba-tiba menjadi lebih dingin karena suara familiar itu. Perlahan Seohyun mendongak dan menemukan Kyuhyun berdiri tegap di depannya.

“K-Kyuhyun..” brosur yang dipegang hampir ia tarik lagi, tapi gerakan Kyuhyun lebih cepat. Brosur terakhir itu sempurna berpindah tangan. “A-a-aku-”

“Kau ini keras kepala ya. Kakakku menyuruhmu untuk istirahat saja di rumah.”

“T-tapi ‘kan Kak Ahra hanya bilang aku tidak boleh bekerja di rumah, artinya boleh kalau di luar..”

“Bodoh. Kalau di rumah saja tidak boleh, apalagi di luar!”

Benar juga.

Seohyun menunduk dalam, “Maaf..”

Kyuhyun menatap kepala yang dipamerkan padanya itu, lalu menghela napas. Onyx-nya kemudian beralih pada brosur. Bukan karena penasaran promosi apa yang ada di sana, melainkan penasaran apa yang membuat si Benalu melakukan pekerjaan ini.

“Masuk ke mobilku, kita pulang.”

“T-tunggu dulu, aku minta bayaranku dulu di sana.” telunjuk Seohyun mengarah pada sebuah mobil sedan yang sejak tadi mengawasi.

“Kuantar.”

Tidak ada protesan. Sang gadis menurut saja saat tangannya ditarik untuk segera menyelesaikan urusan di sini. Ia tak mau mendebat Kyuhyun. Pria itu sudah memperlihatkan tanda-tanda kemarahan, Seohyun tak ingin memperparah.

“Sudah ‘kan? Sekarang pulang.”

Sekali lagi, Kyuhyun menarik Seohyun setelah gadis itu mendapat bayaran ditambah sedikit pujian dari sang bos bahwa kerjanya bagus sekali. Namun, si Benalu rupanya masih enggan pulang.

That Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang