Happy reading~
.
.
.Kyuhyun pernah membaca di suatu tempat. Di sana tertulis bahwa sebuah pelukan bisa memberikan rasa aman pada seseorang.
Kalau diingat-ingat, Kyuhyun tidak pernah memeluk orang lain selain keluarganya sendiri. Itu pun terjadi sudah lama sekali.
Kemudian hari itu datang. Senja di pinggir jalan dekat sekolah. Seseorang yang tengah dicarinya hadir dalam keadaan sulit, bertemankan tas besar berisi segala yang gadis itu punya. Menelusuri jalan tanpa tahu arah tujuan. Kehilangan baik harta maupun orang yang paling berharga. Sendirian.
Detik itu Kyuhyun teringat akan tulisan yang pernah ia baca. Lalu tanpa pikir panjang segera merealisasi. Mencoba memberikan rasa aman pada gadis yang sesungguhnya rapuh di dalam. Pelukannya disambut tangisan keras. Bukti bahwa sang gadis telah berada pada batas kepura-puraan.
Mereka masih sangat muda, seharusnya masih menikmati masa-masa SMA, kesulitan yang si gadis hadapi bagi Kyuhyun benar-benar berlebihan. Segalanya keterlaluan.
Benar bahwa itu semua adalah bentuk cobaan hidup. Tapi orang-orang yang punya andil dalam menambah beban si Benalu sungguh tidak masuk akal. Termasuk teman-teman sekolah mereka. Kyuhyun... tidak mau jadi orang yang seperti itu. Ia... tidak mau menjadi bagian dari mereka.
Maka dari itu, Kyuhyun membuat keputusan penting ketika Seohyun mencapai garis finish. Setelah semua tertawaan serta cemoohan yang gadis itu terima sepanjang berlari, Kyuhyun akan menunjukkan kalau masih ada satu yang peduli. Dia. Seohyun aman bersamanya.
Tidak ada saksi mata pelukan pertama mereka di pinggir jalan senja itu. Pun pelukan di atap saat Seohyun memutuskan pamit pulang ke Ulsan. Dan jujur, waktu itu untuk satu atau dua alasan, Kyuhyun tak mau ada yang melihat mereka. Tapi sekarang berbeda. Pria Cho itu memeluk gadis yang sama secara terang-terangan, seolah ingin membuat pertunjukkan. Walau tujuan aslinya adalah mengungkapkan pada sang gadis kalau ia aman.
“Kau sudah bekerja keras.”
Seohyun balas memeluk meski agak ragu di awal, “Terima kasih..”
Moment itu manis dan mengharukan, tapi tidak berlangsung lama. Kyuhyun melerai lebih dulu, menciptakan jarak, menarik Seohyun duduk di tanah. Lantas secara tergesa melepas sepatu sebelah kiri sang gadis yang menurut instingnya tidak beres.
“T-tunggu, Kyuhyun-”
“Diam!”
Dan... terbukti benar.
Kaos kaki sebelah kiri Seohyun berubah warna. Warna putih yang semula mendominasi bagian dasar tergantikan oleh warna merah darah. Benar-benar merah karena darah. Kondisinya sudah sobek di beberapa titik karena tembusan pecahan kaca.
“Mereka akan membayar semua ini, kau pegang omonganku.” Kyuhyun menatap tajam mata berkaca-kaca milik gadis di depannya.
Tubuh yang jadi lebih kurus dalam seminggu terakhir itu diangkat oleh sang kapten basket. Banyak siswi menjerit menyaksikannya. Baik karena adegan heroik tersebut, maupun karena pemandangan telapak kaki Seohyun yang berlumur cairan kental merah pekat.
Tahu-tahu Changmin dan Minho sudah di sana mendampingi sahabat baik mereka. Raut mereka juga khawatir dan ngeri atas pemandangan yang tersaji. Suasana mulai rusuh. Beberapa guru di sekitar turut menghampiri, tapi tindakan Kyuhyun lebih cepat dari siapa pun juga.
“Minho, tolong bawa sepatunya, itu barang bukti. Dan Changmin, tolong temui tim basketku, bilang aku akan sedikit terlambat.”
Pria bermarga Cho itu segera membawa lari gadis dalam gendongan setelah meminta pertolongan pada dua kawan baiknya. Permintaan yang langsung dilaksanakan. Minho mengekorinya menuju klinik sekolah sambil menjinjing sepasang sepatu bernoda darah, sementara Changmin pergi ke arena pertandingan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . Warning: so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..