Adaptasi

3.3K 110 2
                                    

Ilham berfikir keras berfikir mateng untuk hal yang satu ini ia takut sekali pasangannya tidak sukai nyaman terhadap dia , Ilham merasa bingung seperti tersesat di samudra antartika.

NURI POV

"Aku masih tak percaya aku akan dijodohkan seperti zaman dulu ,aku harus apa ya Allah ,apa aku harus ikutin ibunda?apa aku harus menerima lamaran jika Ia melamarku? Ini sungguh tidak adil seharusnya dalam hal ini aku juga ikut berkesepakatan ahhh" aku menjambak rambutku frustasi.

Lalu aku berlari dengan nafas terengah-engah menanyakan kepada ibuku

"ibunda apa aku harus mengikutin kemauan mu? menerima lamaran lelaki itu ? bahkan aku tidak sama sekali tertarik"

"itukan belum ada proses nanti sehabis kalian nikah baru adaptasi layaknya seorang yang Genius dengan keadaan"

"itukan.... Ah sudahlah bu ini masalah hati ibu ini adalah janji suci" aku berkata dengan mimik mengemis

"tenang saja pilihan seorang ibu tidak akan salah ,ikuti kali ini saja perkataan ibu ,ibu hanya ingin melihat kamu bahagia dengan pilihan ibu" aku mengusap keningku lalu mencium lembut kening ibuku.

"baik ibu Nuri akan lakukan mau ibu"

ILHAM POV

"haduh pasti ini beberapa hari lagi aku akan menikah ,ibu sepertinya sudah tidak sabar mempunyai cucu ,tetapi jika Ia mau bersetubuh denganku selepas menikah ya ya ya"dengan mata mendelik keatas aku menghela nafas panjang,  aku sungguh kebingungan.

Sungguh kebingungan ini sangat bmembuatnya frustasi dengan keadaan ini.

Ku dengar ada yang mengetuk ternyata yang mengetuk sudah berhasil melewati pintu gerbang dan satpam ,saat kumembuka pintu ternyata... Ibu Nuri dan Nuri aku sangat kaget dan bibirku sempat membisu sejenak saat Ibu nuri memberi senyum kepada ku ,lalu aku lari mencari ibuku aku harap Ia menemui Ibu Nuri dan membatalkan rancangan nikah ini. Sesak sekali dadaku seakan-akan oksigen berubah menjadi karbon dioksida.

"ibu ada yang mencari"

"siapa nak?"

"entahlah aku tidak mengenal kurang lebih 2 hari"

"hush" ibuku langsung menemui tamu yang sudah datang kerumahku

"oh Ibu nuri makin cantik aja"ucap Ibu Ilham

"hehe bisa aja ini ibu" ucap Ibu Nuri

"haduh ini ibu-ibu memuji biar jadi nikah apa yak" nuri menimpali,

"ibu gimana nih pernikahan anak kita?gaksabar loh mau gendong cucu ini hehe"ucap Ibu Nuri dengan malu-malu

"aduh iya ya kapan secepatnya deh besok Ilham akan mengajak Nuri ke busana pernikahan yang bernuansa Islami"

"oalah iya-iya tuh dengerin ya Nuri besok kamu harus liat-liat baju untuk nikah" ucap Ibu Nuri

"iya bu"ucap Nuri dengan lemas.

"nanti kalau ada 2 anak dari Ilham dan Nuri kita gendong satu-satu ya bu hehe"ujar Ibu Nuri

"aduh iya ibu udah gaksabaran banget ini aduh"ucap Ibuku

"aduh dikira anak peliharaan apa dibagi-bagi" batinku bergumam,  lalu aku pamit untuk pergi menemui toko Faldi siapa tau Faldi ada disitu

Sesampainya ditoko Faldi yang terdekat ternyata benar Faldi ditoko sedang membantu menata barang-barang yang baru datang.

"wish barang baru ini Di?"

"iya ini baju sama jaket baru dari pabrik ,mesennya sih udah lama tapi baru masuk alesannya si produksinya biasalah... oiya, tumben dateng kesini mau beli baju?"

"ah enggak ini aku mau curhat"

"curhat tentang apa?"

"ganggu kamu ngak?"

"tenang aja lu enggak ganggu gua yaudah sini ikut gua ke ruangan gua"ujar Faldi sambil menarik tanganku

"jadi gini Di aku beberapa hari lagi kayaknya akan nikah dengan wanita yang baru aku kenal yang waktu itu aku cerita padamu ada perempuan ditaman itu"

"ohh itu wah hebat bisa kebetulan begitu ya kok bisa?"

"bisalah namanya juga dunia seakan-akan sempit kalau aku ceritain mah panjang ,ada solusi enggak untuk aku?"ujarku dengan bingung

"hmmm" Faldi berpikir keras dia selalu mempunyai akal yang cemerlang "oiya gini aja kamu hamilin anak orang nah nantikan kamu enggak jadi nikahkan sama itu anak?"

"ih bedul gimanasih masa begitu" aku tersentak kemudian menempeleng kepala Faldi,  kali ini aku salah meminta bantuan padanya.

Besok harinya Ilham dan Nuri pergi ke Mall ke salah satu toko menjual gaun pengantin dengan bertema islami

"Ham?woy?"

"apa Nur?"

"kamu kepaksa nikah sama aku?"

"kalau aku boleh jujursi iya"

"oh berarti kita sama aku juga terpaksa karena aku sangat patuh aja sama orang tua"

"tetapi sehabis kita nikah kita bisakok mengetahui satu sama lain terus pendekatan supaya kita makin erat kan sudah nikah jadi Syah"

"ah tidak jangan mimpi ya ,yaudah sana pesen bajunya terus kita ke toko cicin"

"iya-iya"dengan menundukan kepala dengan hati yang sedih dengar jawaban Nuri.

Mereka berdua pergi ke toko cicin untuk simbol pernikahan

"belinya yang gimana yang berapa gram?dan karat Nur?"

"tidak usah mahal lagian juga gakbakal aku pake ,hanya saat acara pernikahan saja"

"kenapa kamu gakpake Nur?akukan sudah membelikannya"menatap Nuri

"jangan harap kamu bisa milikin aku! Ini tuh aku terpaksa ,masih mending aku mau dasar ngelunjak!!" ujar dengan nada tinggi

"yaampun kan kita bisa pendekatan PDKt gitu ,kita bisa klop-kok satu sama lain kamu jangan gitu dong"

"apasih!!"

"ngakok"dengan wajah tersenyum dan hati sedih Ilham hanya bisa rasakan.

Selepasnya belanja mereka pulang Ilham dengan penuh rasa tanggung jawab mengantar Nuri pulang terlebih dahulu. Tiba-tiba ibu Ilham memanggil dengan suara keras membuat Ilham kwatir dengan ibu.

"Ilhammmmmmm?"dengan suara menjerit

"apa bu masyaallah bu istigfar suaranya kenceng banget"

"kamis kamu harus menikah!"

"apa?kamis?kamis sekarang?"wajah kaget memenuhi mimik Ilham

"iya nak kamu harus siap kamu jangan keluar rumah dari sekarang ,dan ini kunci mobil semuanya ibu simpen lalu satpam tidak akan membukakan pintu kalau kamu keluar ibu sudah bilang tadi sama mang ujo"

"yaampun segitunya banget bu?"dengan wajah lemes setelah mendengar itu

"iyalah kamu itu harus jaga kondisi badan biar FIT nanti ijab kobulnya tidak gerogi gitu"

"iyadeh"dengan mimik pasrah

Termenungnya Ilham memikirkan sebentar lagi aku akan berumah tangga dan perempuan yang nikahi sepertinya tidak patuh dan mencintaiku tetapi aku makluminlah namanya baru kenal ,Ilham lalu tertidur pulas.

Kamis sudah datang menjemput Ilham dengan hari bahagia suasana ceria hati bangga tetapi tidak untuk Nuri.

BISMILLAH YANG MELINGKAR DIJARIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang