sebuah petunjuk

1 1 0
                                    

Agatha duduk di kursi tunggu yang berada di depan resepsionis rumah sakit, sedari tadi ia hanya melihat sang ibu yang sedang mengurusi biaya administrasi nya.

"Agatha"

Ia menolehkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang memanggilnya.

"Sora?" Ucap Agatha terkejut.

Sora hanya mengangguk dan mengeluarkan air mata, rambutnya acak-acakan dan pakaian nya berantakan.

"Aku minta maaf ya" ucap nya sambil menahan isak tangis.

"Aku minta maaf" ucap nya sekali lagi sambil memeluk Agatha.

"Eh" Agatha terkejut dengan sikap Sora kepada nya tanpa pikir panjang ia langsung membalas pelukannya dan berkata.

"Iya gak papa aku udah maafin kamu kok" ucap Agatha sambil menepuk-nepuk punggung Sora yang membuat sang empu semakin menangis.

"Makasih" ucap nya dari balik pundak Agatha.

"Iya sama-sama, udah kamu jangan nangis ya" ucap Agatha sambil melepaskan pelukannya.

Sora hanya mengangguk sambil berterima kasih lalu menemui ibu Agatha.

"Tante" panggil nya.

Ibu Agatha memandang Sora dengan wajah yang sedih mungkin ia kecewa terhadap sikap Sora kemarin, Sora memegang tangan sang ibu lalu berkata.

"Semua biaya rumah sakit nya aku aja yang nanggung ya Tan, sekalian ngucapin minta maaf buat kemarin" ucap Sora memandang sang ibu.

"Gak usah nak gak papa" ucap Ibu Agatha sungkan.

"Gak papa Tan" ucap Sora sambil mengambil uang dari tas branded nya.

Ibu Agatha hanya bisa memandang sikap Sora pada nya tanpa ada prasangka aneh atau apapun itu, yang pasti ia sangat tersentuh dengan sikap Sora.

"Makasih ya nak Sora" ucap Ibu Agatha.

"Iya Tan gak papa saya pulang dulu ya, oh ya Tan saya minta maaf ya" ucap Sora memandang sang ibu yang sudah berubah mimik wajahnya.

"Iya nak gak papa ibu udah maafin kamu" ucap Ibu Agatha.

Sora mengangguk dan tersenyum sumringah ia lalu berbalik badan dan meninggalkan runah sakit itu.

**
Agatha berdiri tepat di depan sebuah  almari tua, ia memandangi sekeliling.

Mata nya tidak dapat melihat jelas keberadaannya sekarang karena pencahayaan yang remang remang namun, setelah di lihat lebih jeli lagi ia baru sadar bahwa ia sekarang berada di gudang sekolah dan ini adalah mimpi yang sama pada saat ia masih di rumah sakit.

Ia terus saja memandangi sekeliling tanpa rasa takut ia berteriak ‘halo’ dan bertanya ‘apakah ada orang?’, kegiatannya terhenti ketika ia melihat sesosok anak kecil berusia sekitar 12 tahun berdiri tepat di depan almari.

Wajahnya menghadap lurus ke arah Agatha tangannya terangkat menunjuk ke arah almari lalu ia refleks mundur untuk memberi jalan kepada Agatha.

Agatha hanya mengernyit heran melihat makhluk itu ia tidak dapat melihat jelas wajahnya karena pandangan nya sedikit buram ketika sepasang bola matanya melihat wajah anak itu.

Agatha langsung mengerti dengan sikap anak itu, ia langsung pergi mendekati almari dan mengacak acak isinya guna menemukan sebuah barang atau petunjuk yang mungkin berguna untuk anak itu.

Ia mengeluarkan semua isi isi nya, ia bahkan rela tangannya penuh debu hanya untuk mencari sebuah petunjuk.

"Ck, kok gak ada petunjuk sama sekali sih" ucap Agatha sambil berkacak pinggang.

Ia mencari nya sekali lagi barang kali ada sesuatu yang ketinggalan atau nyelip nyelip gitu.

"Kok tetep gak ada apa-apa" Agatha berjalan ke samping almari sambil memukul mukul kepalanya.

Ia menyenderkan punggungnya ke sisi kiri almari tatapannya lurus ke atas dan pikirannya melayang ke mana-mana.

Ia harus menemukan petunjuk itu bagaimana pun caranya, ia lalu berdiri tegap dan meneliti setiap sisi almari.

Matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah lubang kecil tapi sangat mencurigakan keberadaannya, ia lalu berjongkok dan meneliti lubang mencurigakan itu.

Ia lalu berdiri dan menggeser almari itu agar ia dapat mengetahui lebih banyak tentang lubang misterius itu, dengan susah payah ia mendorong nya sendirian.

Krek

Krek

Suara gesekan almari itu sangat nyaridan memekakkan telinga Agatha namun, ia tak pernah putus asa ia mendorong benda itu yang sudah lapuk itu sekuat tenaga dan...

"Tes berhasil" sorak sorak gembira keluar dari mulut Agatha ia langsung mengamati lubang itu yang ternyata sebesar dua orang laki-laki dewasa.

Ia mengernyit kan dahi nya lalu memasukkan kepalanya ke dalam lubang itu.

Gelap

Satu kata yang diucapkan di hati Agatha, ia lalu memasukkan kepalanya lebih ke dalam lagi agar bisa melihat lebih jelas ke dalam.

Kekepoan Agatha tidak dapat tertandingi ia bahkan melangkahkan kakinya masuk ke dalam tanpa melihat lihat terlebih dahulu.

Ia terkejut dan terperosok ke bawah karena ia tidak mengetahui bahwa ada anak tangga yang seharusnya ia pijak terlebih dahulu saat masuk ke dalam lubang ini.

Bugh

"Aww"

"Heh heh heh" Agatha terkejut bukan main ketika merasakan tubuhnya seperti terhempas ke tanah.

Sungguh efek mimpi buruk sangatlah tidak menyenangkan

Ia lalu terduduk untuk menetralkan nafas nya yang memburu karena efek mimpi buruk tadi.

Sepertinya ku menemukan sebuah petunjuk

Halo vote and comment ya😁

Share juga boleh😂

indigo: Kematian ReinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang