Agatha menyalakan senter nya dan mengarahkan nya ke dalam ruang rahasia itu.
Tanpa berpikir panjang ia langsung memasuki nya dengan melewati sebuah tangga terlebih dahulu.
Kesan seram lah yang pertama di tangkap oleh otak nya, ia terus merapalkan doa doa agar terlindungi selalu.
Langkah demi langkah kakinya hanya di warnai dengan kegelapan, tidak ada pencahayaan yang cukup untuk petunjuk jalan nya.
Ia memasuki ruangan itu semakin dalam, suasana semakin mencekam dan oksigen di dalam sini semakin menipis.
Ia melihat lihat ke sekeliling sambil menyoroti nya, di sini ia hanya melihat sel sel penjara yang terbengkalai.
Jumlahnya sangat banyak dan bentuknya yang menyeramkan karena di setiap penjara ada senjata senjata tajam dan sebuah alat yang di gunakan untuk menyiksa para tawanannya.
Di sana terdapat sebuah tali gantung yang di lengkapi dengan senjata senjata tajam yang di gunakan untuk memutilasi dan menyiksa orang orang yang akan ia eksekusi mati.
Di dalam penjara sana ada juga sisa sisa tulang belulang sang tawanan, banyak sekali jumlahnya dan berbau sangat tidak sedap.
Badan Agatha semakin merinding dan ketakutan ketika melihat arwah para tawanan di samping tulang belulang mereka dengan keadaan yang sangat mengerikan dan tubuhnya yang tidak utuh.
Tatapan mereka penuh dengan kebencian, kemarahan, kesedihan dan kesakitan yang cukup mendalam.
Perasaan iba langsung muncul di dalam benaknya, ia meneteskan air mata sebagai bukti seberapa kejam nya jaman penjajahan dulu.
Ia terus menyoroti arwah itu satu persatu, ia terus saja mendoakan mereka agar mereka semua tenang di alam sana dan bisa berkumpul dengan keluarga mereka semua.
Ia melangkah kan kakinya lebih cepat lagi tujuan nya kesini hanyalah untuk mencari sebuah petunjuk yang bisa membantu menyelesaikan misi nya.
Ia melewati jalan sesuai dengan instingnya yang tajam, di persimpangan jalan ia berbelok ke arah kiri dan menemukan seorang anak kecil yang berada di mimpinya.
"Kamu?" Tunjuk Agatha kepada anak kecil itu.
'Aku Rein Tan mu' ucap Rein di depan Agatha.
'aku hanya ingin kau membantuku dan menolong ku agar aku bisa tenang di atas sana' ucap Rein.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Agatha kebingungan.
Rein tidak menjawab pertanyaan Agatha ia malah menghilang dan membuat Agatha bingung.
Ia memanggil manggil nama Rein berharap hantu itu kembali dan menjelaskan apa maksud dari perkataan nya.
Agatha terus berteriak memanggil nama 'Rein' dan berjalan menyusuri lorong itu dengan sebuah senter yang berada di tangannya.
Langkah kakinya seketika terhenti ketika melihat jajaran tentara Belanda lengkap dengan semua senjatanya berbaris rapi memanjang ke belakang.
Mereka nampak gagah dengan baju kebanggaan mereka dan juga nampak seram dengan wajah yang cacat dan baju penuh darah.
Tatapan mereka lurus, kosong yang entah kemana arah nya. Mereka hanya diam sambil terus berdiri tegap sambil membawa senjata berlaras panjang.
Agatha meneguk ludahnya ketika melihat barisan tentara itu, sedikit ragu ia menyoroti wajah mereka satu satu dan sangat mengerikan.
Agatha melewati mereka dan berusaha mengacuhkan nya, ia terus saja menunduk tak berani melihat sedetik pun tubuh dan wajah mereka.
Semakin lama ia berjalan tentara itu semakin sedikit, ia lalu memasuki sebuah ruangan yang sempat ia curigai dan menyoroti nya dengan senter.
Berdebu, bau dan dinding yang lapuk. Itulah deskripsi yang pas untuk ruangan yang sepertinya rahasia itu.
Ia melangkah kan kakinya ke dalam tanpa rasa takut dan ragu ia terus saja berjalan dan menemukan sebuah... Tulang belulang dua orang manusia dewasa dan seorang anak kecil.
Agatha membekap mulutnya sendiri karena sangat terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang ini.
Ia mendekati tulang itu dan mengambil sebuah sapu tangan yang sangat lapuk di sebelah tulang anak kecil itu.
Rein dan Elizabeth
Itu lah isi dari sapu tangan itu, Agatha menggenggam erat dan memasukkan nya ke dalam kantung baju nya.
"Jadi ini alasan mu menyuruh ku untuk membantu dan menolong mu?"
"Kau menyuruhku untuk mencari tahu penyebab kematian mu dan menyuruh ku untuk me makam kan mu dengan layak Rein?"
Gumam Agatha sambil menatap tulang tengkorak Rein yang pada saat itu masih berusia 13 tahun.
Agatha langsung berdiri dan berlari menuju pintu keluar, ia harus memberitahu hal ini kepada kepala sekolah nya dan menghentikan nya untuk menghancurkan tempat ini.
Agatha terus berlari sambil menangis di kepalanya terus mengingat wajah Rein yang sangat tenang dan datar, sifatnya yang dingin dan dewasa membuat teman-teman nya selalu bersikap manja kepadanya dan menganggap nya kakak.
Satu persatu bulir bulir air mata menetes dan mengalir deras membasahi pipinya, sesekali ia memejamkan matanya ketik melewati para arwah yang dulu pernah jadi tawanan.
Ternyata di balik perhatian mu yang sangat besar kepada ku tersembunyi lah sebuah rahasia besar yang merenggut nyawa mu dan menjadikan sebagai salah satu dari 'mereka'yang tidak pernah tenang di alam nya karena sebuah urusan hidup mereka yang belum selesai ataupun kematian 'mereka' yang sangat mengenaskan.
Vote and comment ya😂
Bantu share dong biar rame yang baca biar Author seneng dan semangat nulis nya😊.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo: Kematian Rein
Horror(FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU!! SHARE CERITA AUTHOR JUGA YA😁) Setiap langkah kaki ku, setiap kedipan mata ku dan setiap hembusan nafas ku bertambah banyaklah 'mereka'