notes:
please play music on media for a better experience of reading (better to use wattpad on pc) ᵕ̈─── -', ꒰ 🦢 ꒱ ˎˊ˗ ───
Seoul Chrismast Eve
24 Desember 2007❝Kelak di saat kau cantik seperti angsa di antara bintang-bintang, aku akan hadir bak pangeran seperti dalam dongengmu itu❞
Luna Hwang, gadis kecil blasteran korea-amerika itu tersenyum simpul setelah membaca surat yang tertulis di atas kertas kecokelatan. Tidak ada nama ataupun tanda yang menunjukan eksistensi Sang Pengirim. Kalimat tersebut terukir secara sederhana menggunakan tinta hitam pekat dan dengan tulisan tegak bersambung yang juga tidak khatam–sangat berdempet bahkan hampir tidak terbaca. Lipatan demi lipatan gadis kecil ini buat agar kertas tersebut dapat bersemayam tenang di selipan notebook bersampul kulitnya.
"Sudah siap, Sayang? Sebentar lagi kita berangkat" ujar wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu sembari mengelus rambut tebal buah hatinya. Luna Hwang mengangguk senang, ia melihat bayangan dirinya di cermin oval yang memiliki bingkai kayu berukir indah. Tubuh mungilnya terlihat anggun di balutan gaun putih bersih yang menutupi setengah pahanya, tak lupa sepatu ballet berwarna senada, dan juga rambut hitam yang terikat ke atas.
"Apakah aku akan melakukannya dengan baik, Eomma?"
"Tentu saja, lagipula ini untuk Jeno." Lagi-lagi, Luna Hwang tersenyum simpul. Hanya dengan mendengar namanya, tekad dan semangat gadis kecil itu membara. Sebuah konser amal untuk membantu anak disabilitas adalah sebuah panggung yang akan dimeriahkan oleh Luna dan semua kawan kursus seninya sebentar lagi.
Lee Jeno, seorang anak berkebutuhan khusus yang sangat Luna gemari. Jeno bernasib malang, ia dilahirkan dengan kondisi melihat dunia dalam kegelapan. Nahas, kedua orang tuanya juga sedang mengalami masa keterpurukan pada saat Jeno dilahirkan. Tujuh tahun sudah Jeno belum melihat warna lain selain hitam. Konser amal tersebut merupakan salah satu cara untuk membantu pendanaan operasi mata Lee Jeno.
"Kau terlihat sangat bersemangat, Luna." Kini, wanita cantik itu mencubit gemas pipi anak bungsunya. Hwang Hyunjin juga menyetujui perkataan Sang Ibu dengan anggukan kecil dan juga tatapan gemas pada adiknya.
"Tentu saja, aku ingin Jeno juga bisa melihat putri angsa dalam buku dongengku, bukan hanya mendengar ceritaku sambil memainkan rambutku," Luna Hwang mengambil buku tebal dengan sampul bergambar angsa dan memasukkannya ke dalam tas yang juga berwarna putih, "aku sangat yakin Jeno juga mencintai buku ini sama seperti ku"
Malam natal kali ini terasa lebih dingin dari tahun kemarin. Mobil maserati putih membelah jalanan kota Seoul yang diselimuti salju. Lampu jalan berkerlap kerlip bersautan memberi kehangatan malam itu. Sisi jalan dipenuhi dengan orang bernyanyi Jingle Bell riang. Beberapa anak kecil terlihat melingkari Santa Claus yang merupakan trik marketing sebuah toko kue di sudut jalan. Luna Hwang mempererat baju hangat merah muda yang ia kenakan. Udara dingin menyerbu Luna pada sekujur tubuhnya meski ia berada dalam mobil mewah dengan pemanas yang menyala.
"Setelah konser ini, apa rencanamu, Luna?" tanya Hwang Hyunjin, seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya. Sesaat setelah memberi pertanyaan tersebut, Hyunjin menatap Luna yang sedang asik membuat gambar di jendela dengan uap dari mulutnya untuk mengatasi rasa bosan terjebak lampu merah.
"Menemani operasi Jeno, merawat Jeno, dan membaca dongeng bersama Jeno!" seru Luna dengan nada yang sangat cerah bak matahari melelehkan salju.
Hyunjin mencubit pipi adiknya gemas, "Hanya Jeno? Bagaimana denganku?"
"Luna bosan setiap hari bermain dengan oppa" jawab gadis kecil itu diikuti dengan pipi yang menggembung lucu.
Maserati putih itu kembali berjalan setelah warna merah berubah menjadi hijau. Sebuah truk dari arah berlawanan tiba-tiba membunyikan klakson panjang. Oh Sehun, seorang ajudan kepercayaan keluarga Hwang yang mengendarai mobil tersebut terbelalak dan reflek membanting stir ke arah kiri berharap menghindari badan besar truk tersebut.
Terlambat, laju mobil raksasa itu terlalu cepat didukung dengan licinnya jalanan kota Seoul akibat salju. Maserati putih itu terdorong hingga 10 meter jauhnya dengan keadaan ringsek parah. Mobil tersebut berada dalam posisi terbalik dan juga kaca depan maserati pecah. Airbag yang keluar dari dashboard mobil sama sekali tidak membantu.
Hwang hyunjin yang terhimpit jok mobil mencoba meraih kepala adiknya yang berlumuran darah "Lu-na"
"S-sakit"
Hyunjin tetap berusaha mengelus rambut Luna walau dirinya juga kesakitan.
"Bertahanlah"
─── -', ꒰ 🦢 ꒱ ˎˊ˗ ───
Perban putih penutup mata anak tampan dengan rambut hitam pekat itu mulai dibuka. Jantung Lee Jeno berdegup sangat kencang, ia tidak sabar terbebas dari kegelapan. Senyum manis bak gula tersungging di wajahnya.
Silau. Sangat silau, sehingga Jeno memutuskan menutup matanya kembali. Namun, rasa penasaran lebih mendominasi, Lee Jeno kembali mengerjapkan matanya mencoba beradaptasi dengan cahaya.
"Lee Jeno, ini eomma kau bisa melihat eomma?" Mata anak kecil itu terbuka lebar-lebar, seakan tidak percaya atas apa yang dilihatnya. Air mata mulai menumpuk dan terjatuh dari mata indah itu.
"Eomma sangat cantik"
Kalimat tersebut berhasil membuat lega semua orang di ruangan yang sama. Pelukan bahagia Jeno terima dari kedua orang tuanya, tepuk tangan yang meriah juga Jeno dengarkan dari tim medis yang merawatnya. Mata itu ikut tersenyum dengan khas, bahagia sangat bahagia.
Next Chapter
[1] Cafetaria Lunch
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreary Swan | Jeno
Fanfiction❝Kelak di saat kau cantik seperti angsa di antara bintang-bintang, aku akan hadir bak pangeran seperti dalam dongengmu itu❞ Luna Hwang gadis amnesia keturunan Korea-Amerika yang mengalami tragedi nahas pada malam natal di kota Seoul bertemu dengan s...