Better kalo dibaca pelan-pelan, siapa tau notice sesuatu xixi (~‾▿‾)~
─── -', ꒰ 🦢 ꒱ ˎˊ˗ ───
"Kau tertarik dengan gadis itu bukan?" tanya Mark Lee sembari bersandar pada tembok markas UKM basket yang dipenuhi dengan poster.
Waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi, terlalu awal bagi mahasiswa yang memiliki kelas jam 10 nanti. Jeno yang semalaman tidak bisa tidur membanting tubuhnya ke sofa dan memutuskan memetik senar gitar.
"Kau bercanda? Bukannya terbalik?" jawab pria bermarga Lee agak ketus tetap dengan instrumen di tangannya.
Lelaki blasteran Canada tersebut menyeringai kemudian meluaskan pandangan ke seisi ruangan. Mark memilih untuk duduk di samping Jeno dan berusaha membuat melodi menyamai petikan gitar–sebuah pemandangan lazim bagi mahasiswa seni musik.
Lee Jeno memainkan salah satu lagu favoritnya. Lagu ini sebenarnya ingin Jeno persembahkan untuk sahabat kecil yang sangat ia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Luna Hwang? Favorite Girl lagu yang dinyanyikan oleh Justin Bieber. Dengan lagu ini, setidaknya Jeno dapat mengurangi rasa rindu yang menyerbu.
I always knew you were the best
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my showSesaat setelah bait tersebut Jeno nyanyikan, suara gadis kecil nan imut itu kembali terngiang. Lee Jeno benar benar merindukan sosok Luna Hwang. Tak hanya sekali, berkali-kali ia penasaran bagaimana rupa perempuan tersebut sekarang. Bagaimana sifatnya, bagaimana suaranya. Apakah Luna Hwang yang ia kenal masih sama atau jauh berbeda. "Andaikan aku dulu dapat melihatmu lebih awal. Maafkan aku"
You take my breath away
With everything you say
I just wanna be with you
My baby my baby oh
Promise to play no games
Treat you no other way
Than you deserve 'cause you're the girl of my dreams"Luna, 21 November. Anak fakultas sastra, pindahan Amerika. Ia memiliki darah keturunan dan waktu kecil tinggal di Seoul. Entah karena hal apa, pindah ke Negeri Paman Sam. Gadis tersebut sekarang tinggal bersama kakaknya di apartemen termewah di Korea. Luna sangat sensitif terhadap suara, mungkin itu yang membuat kesanmu buruk padanya tempo hari"
Pria pemakai jaket kulit hitam itu menghentikan permainan gitar yang belum selesai dan menatap Mark heran. Ia bahkan memindai Sang Lawan Bicara dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Untuk apa aku mengetahuinya?"
Mark membenarkan tata letak rambut dan menepuk pundak Jeno secara berkala, "just in case if you need it, Lee Jeno, and I know you will"
Jeno meletakkan instrumen petik itu kembali ke tempat asal. Ia berjalan menuju mesin permainan basket dan segera memasukkan beberapa koin ke dalamnya. Selain bermain gitar, bola basket memang sudah sejak lama menjadi pelarian Jeno dalam mengesampingkan pikirannya yang terkadang rumit. Mark mengikuti adik tingkatnya, ia juga mengisi mesin tersebut dengan beberapa keping benda logam dan mulai mencetak skor untuk bola pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreary Swan | Jeno
Hayran Kurgu❝Kelak di saat kau cantik seperti angsa di antara bintang-bintang, aku akan hadir bak pangeran seperti dalam dongengmu itu❞ Luna Hwang gadis amnesia keturunan Korea-Amerika yang mengalami tragedi nahas pada malam natal di kota Seoul bertemu dengan s...