PROLOG

544 99 43
                                    

GADIS remaja berseragam SMA Harapan Bunda tergeletak di sisi jalan sepi depan sebuah rumah tanpa penghuni. Darah pekatnya mengencer karena hujan, mengalir melewati sisi-sisi tubuhnya yang basah dan sulit untuk digerakkan. Hujan semakin lebat dan belum ada satu orang pun yang lewat.

Dia merintih, menangis, merasakan nyeri yang luar biasa di kaki kanan dan lengan kirinya. Tubuhnya terasa lengket di aspal seperti tikus yang sekarat oleh lem perangkap. Satu-satunya hal yang masih bisa dia syukuri adalah kepalanya tidak apa-apa. Otaknya selamat. Bahkan, dia masih ingat benar kejadian yang menimpanya barusan, bahwa dia ternyata sudah diincar!

Dia tidak pernah menduga atau curiga kepada siapa pun. Gadis itu hanya patah hati. Orang yang diam-diam dia cintai membuangnya seperti benda yang tak lagi memiliki fungsi. Hatinya remuk, dan pengkhianatan yang dia saksikan oleh mata dan segenap otaknya yang cemerlang itu terlalu menyesakkan. Dia ingin menjauh, berjalan penuh pikir dan peluh, hingga tanpa sadar kakinya telah menapak di tempat rahasia milik mereka berdua. Rumah kosong dengan tanah lapang yang nyaman itulah harta mereka satu-satunya, untuk bersembunyi melakukan keseruan gila.

Tangis gadis itu mendadak pecah oleh kenangan masa kecil mereka yang kesepian. Dia duduk dengan khusyuk di undakan rumah yang kerap mereka bersihkan. Rambut pendeknya sedikit bergerak-gerak karena angin akhir november yang lebih kerap datang. Aroma hujan sudah terhidu, tapi gadis itu tetap diam dengan tetes air mata yang jatuh satu demi satu. Sesekali dia tersenyum, membayangkan aksi mereka zaman dulu.

Masih terekam jelas ketika kali pertama mereka mencampurkan Coca-cola dengan Mentos demi melihat semburan air kola yang spektakuler. "Permukaan berpori permen mentos mempercepat pelepasan gas karbon dioksida pada Coca-cola," jelas anak laki-laki itu kepadanya waktu itu. Padahal, dia juga sudah tahu kalau Mentos adalah katalisator dalam reaksi itu.

Lain waktu, mereka kompak mencuri telur, garam, dan gelas dari dapur rumah untuk dibawa ke tempat ini hanya karena ingin menyaksikan telur mengambang di dalam air. Anak laki-laki itu berteori lagi. "Kalau air ditambah garam, telurnya akan mengambang. Karena massa jenis atau kerapatan air menjadi lebih besar dari telur."

Anak laki-laki itu tampak gemas karena melihatnya seperti belum mengerti juga. "Intinya telur jadi lebih ringan di air garam," pungkasnya. Padahal, gadis itu sengaja diam saja. Dia suka melihat anak laki-laki itu menjelaskan teori-teori dengan semangat dan sepenuh hati. Sesungguhnya, dia bahkan sudah tahu siapa yang menemukan hukum gaya ke atas seperti yang menimpa telur mereka. Rumusnya pun sudah di luar kepala.

Dari teori massa jenis itu pula yang membuat mereka akhirnya membuat botol pelangi dari campuran cairan dan zat pewarna makanan yang mereka temukan di dapur.

Gerimis di bulan November akhirnya datang dan membuyarkan lamunan panjang gadis itu. Dia cepat-cepat mengusap air matanya dan bersiap beranjak. Namun, ada yang ganjil. Perasaannya mendadak tidak tenang karena melihat ada mobil sedan mewah putih terparkir di luar. Biasanya jalan kecil ini sepi, dan buat apa mobil semewah itu berhenti? Di rumah kosong lagi!

Gadis itu buru-buru mengambil buku sketsa besar di tas. Dia menuliskan dengan lincah ciri-ciri mobil itu ke tempat dia menumpahkan ide gila di kepalanya. B 8723 AL sedan mewah putih. Atau silver? Ah, matanya tidak begitu jelas karena hujan mulai deras. Dia memang hanya sedikit paham tentang mobil. Namun, dia masih bisa melihat logo semacam ketidaksamaan dalam teori order matematika di antara lampunya yang berbentuk persegi panjang dengan lengkungan di sudut.

Hujan makin menggila, dan gadis itu memutuskan untuk pulang segera.
Namun, nahas, mobil itu seperti mengikutinya. Awalnya pelan, tapi suara mesin mobil yang dia tahu mungkin bisa mengeluarkan hingga 290 tenaga kuda ini makin mendekatinya. Hujan mengacaukan pandangan. Lampu persegi panjang itu seperti mata yang lurus menatapnya nyalang. Mengancam tepat di tubuhnya hingga membentuk bayangan hitam. Tidak ada pilihan lain. Instingnya mengatakan dia harus lari.

Sekarang!

Gadis itu mengerahkan semua tenaganya. Kecipak-cipuk air di kakinya yang terbalut dad shoes kikuk lawas seperti detak mundur bom ganas. Jantungnya berdentam kurang ajar. Dia tahu telah diincar. Selama berlari otaknya mencoba berpikir; jika kecepatan tertinggi sebuah mobil sedan adalah 250 km/jam atau 155 mph, maka hanya dengan kecepatan minimal dia....

BRAAAKKKK!

Sepersekian detik otaknya pun berhenti berpikir.

Gadis itu hanya merasakan sesuatu yang keras menabrak sisi kanan tubuhnya. Dia tak bisa mengingatnya lagi. Hanya rasa sakit yang dia rasakan. Gadis itu tersadar tergeletak di sisi jalan sepi, di bawah hujan lebat, dan berharap ada yang menemukannya sebelum terlambat!

----------------------------------------------------------

Author Note:

Alhamdulillah.
Finally, daku nulis lagi setelah lama bengong aja. Naskah ini tuh dulu berjudul EIN-SCIENCE, romance gemes persaingan anak SMA Harapan Bunda yang bergabung di klub sains dan klub jurnalistik. Baru up sampai 3 bab di Wattpad, dan tahun ini saya memutuskan untuk merombaknya total dengan premis dan genre baru (misteri) bersama geng MCK lianurida dan ranieva.

Semoga cerita Glenta dan Sabeth versi baru lebih menarik yak, bikin kamu tegang, dan tetep buat gemes unyu-unyu khas remaja. Amiiin.

The Story Behind akan menemani kamu setiap hari Selasa dan Sabtu pukul 20.00 WIB. Jangan lupa disimpan di library kamu, ya. Kasih vote dan komen dongs, biar makin semangat lanjutinnya.

Salam hangat,
Nara

THE STORY BEHIND (EinScience)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang