[3]

33 5 4
                                    

Dendra mengintruksikan Aditya agar menoleh ke arah tangga dengan dagunya.

***

Imut. Itu yang Aditya gumamkan saat melihat Feby. Aditya mengantongi ponselnya dan membenarkan letak duduknya saat Feby menghampirinya.

"Cantik kan? Apa kata bunda juga, kamu kali ini ga bisa nolak" bisik Sarah. Aditya hanya mengangguk fokusnya hanya kepada Feby yang terlihat malu-malu.

"Salam dulu dong, sama calon mertua kamu" kata dinda disebelah Feby, lalu Feby menyalimi tangan calon mertuanya dengan senyum manis khasnya. Imutnya batin Sarah.

"Sama calon suami kamu enggak?" tanya sang ayah. Aditya melihat Feby yang malu-malu saat menghampirinya, dia tersenyum tipis entahlah mungkin dia tertarik dengan gadis dihadapannya ini, saat tangan mereka beradu Aditya bisa merasakan seperti menyentuh kulit bayi, lembut. Aroma tubuhnya pun persis seperti bayi, Aditya suka.

"Kheem..." Dendra berdeham karena sedari tadi tangan keduanya belum lepas, Aditya gelagapan lalu menyengir. Sedangkan Feby terlihat malu dan langsung berdiri disamping mamanya menyembunyikan wajah merahnya.

"Kami sudah menyiapkan makanan, mari kita makan" Ajak sang tuan rumah.

Lalu mereka beranjak dan menghampiri meja makan yang telah tersedia bermacam makanan, selama mereka makan hanya Feby yang bersuara, yang lain hanya mendengarkan sembari tersenyum geli melihat mulut Feby penuh dengan makanan dia tetap mengoceh kemana-mana.

Setelah makan mereka kembali mengobrol di ruang tamu.

"Sekolah Feby gimana?" tanya Sarah.

"Gimana apanya bunda?" tanya Feby. Ya, dia disuruh memanggil Sarah dengan sebutan bunda karena sebentar lagi akan menjadi menantunya kata Sarah.

"Maksud bunda sekolah Feby lancar?" Feby mengangguk antusias.

"Lancar dong bun, malah kata wali kelas nilai Feby udah tinggi loh di kelas Feby." Sarah tersenyum melihatnya, benar kata Dinda Feby ini sangat menggemaskan walaupun sudah berumur 17 tahun. Dan tingkah lakunya sangat polos.

Raffa berdeham sebelum berkata "Jadi begini–"

"Langsung ke intinya aja mas," potong dinda. Raffa mengangguk.

"Adi, kamu sudah tahu bukan akan menikah dengan Feby." Aditya menganggguk.

"Om sama ayah kamu bukan sengaja menjodohkan kalian tapi kami mempunyai janji di masa lalu bahwa akan menikahkan anak-anak kami untuk menjaga silaturahmi,  dan ini saatnya. Ya, Om tahu Feby masih sekolah tapi menurut Om lebih cepat lebih baik, apa kamu tidak keberatan?" Aditya tersenyum.

"Adi nggak keberatan Om, Adi juga mau menikahi putri Om, Adi rasa Feby cocok untuk menjadi istri Adi." dia rasa dia mulai menyukai gadis ini.

"Bukannya kamu sempat menolak Adi," ucap Dendra melirik Aditya dengan senyuman jahil. Aditya mendelik ke arah ayahnya, memang dia sempat menolak namun saat bertemu dengan Feby dia berubah pikiran yang ada dia ingin menikahi Feby.

"Feby?" dinda mengguncang bahu gadis itu pelan. Feby mengerjap dia melamun.

"Kenapa bengong" tanya Dinda. Feby mengerjapkan matanya lucu lalu menggeleng.

"Habisnya kalian ngomongin apa sih Feby gak ngerti." jawab Feby mengerucutkan bibirnya. Sedangkan yang lain tertawa.

"Bunda mau nanya sama Feby" tanya sarah seraya mengelus rambut gadis itu.

"Feby, mau kan nikah sama anak Bunda?" tanya sarah sembari menunjuk Aditya.

Feby mengangguk antusias, "Iya! Feby mau nikah sama pangeran ganteng," ucapnya antusias. Yang lain tersenyum melihatnya. Polos sekali gadis ini.

"Kalau begitu pernikahan akan dilaksanakan sehabis kenaikan kelas Feby" ujar Raffa.

"Kamu tidak ingin mendengar Aditya setuju atau tidak?" tanya Dendra. Raffa tersenyum, "Aku tidak membutuhkan persetujuan Adi, karna Adi pasti setuju. Iya kan Adi?" tanya Raffa sembari menaik turunkan alisnya menggoda Aditya, dia sempat melihat Aditya mencuri pandangan terhadap putrinya. Ia yakin Aditya menyukai putrinya.

Dendra dan yang lain mengalihkan atensinya kepada Aditya yang tersenyum lalu mengangguk, "Iya, Adi setuju kok." lebih cepat lebih baik bukan itu kan yang Raffa bilang tadi, jelas dia setuju, karena Feby itu lucu, polos, cantik siapa yang tidak mau dengannya.

Obrolan pun berlanjut tentang pernikahan yang akan diadakan di rumah secara sederhana itu pun atas permintaan Aditya, dia memikirkan Feby yang note nya masih sekolah.

"Kamu tidak mau mengobrol berdua dengan Feby, Adi?" tanya Raffa.

Dinda mengangguk, "Iya, kalian kan bentar lagi nikah biar ga canggung sana ngobrol berdua mengenal satu sama lain" ucapnya.

Aditya juga sedari tadi ingin mengajak Feby ngobrol berdua namun takut tidak dibolehkan, tapi sekarang sudah diberi lampu hijau. Dia mengangguk lalu berdiri kemudian mengulurkan tangan pada Feby. Feby melihat kearah mamanya yang mengangguk, malu-malu Feby meraih tangan itu.

Aditya menggenggam tangan itu lalu mengajaknya keluar rumah. Taman mungkin cocok untuk mengobrol berdua. Mereka duduk dikursi panjang yang ada ditaman rumah Feby. Tangan mereka masih bergandengan.

Aditya menghadapkan badannya pada Feby, sehingga mereka saling berhadapan.

"Kamu cantik." ujar Aditya lembut.

"Kata mama emang Feby Cantik kok," ucapnya polos. Aditya terkekeh.

"Om Adi tau, kata mama Feby bakal nikah sama pangeran ganteng, tapi kata Feby Om itu lebih dari pangeran ganteng," ucap Feby polos, Aditya terkekeh kesekian kali, lucu sekali gadisnya ini, eh tunggu apa tadi Om? What? Dia masih muda.

"Jangan panggil Om ya, aku masih muda loh." Feby mengerjap lucu menatap Aditya.

"Rey, aku seumuran sama dia cuma beda fakultas aja." tutur Aditya.

Feby mengangguk-angguk mengerti.

"Terus Feby manggil kakak kaya kak Rey?"

"Panggil sayang aja."

"Kok, sayang sih?" Aditya dibuat tersenyum oleh tingkah menggemaskan Feby.

"Bentar lagi kan nikah ga apa-apa dong."

"Tapi kan kata kak Rey panggilan sayang itu cuma buat orang yang udah nikah atau pacaran, Feby kan belum nikah jadi gak boleh."

"Feby kan bentar lagi nikah sama Adi, jadi panggil sayang aja."

"Emang boleh?"

"Boleh kok."

"gak ah Feby panggil Adi aja." ingin rasanya Aditya mencubit pipi chubby Feby.

"Ya udah Adi aja." Ujar Aditya mengelus pucuk rambut Feby.

"Besok Feby sekolah kan?" Feby mengangguk.

"Nanti aku jemput."

"Mau ngapain?"

"Nganterin kamu sekolah." Aditya mencubit pipi gadis itu karna gemas. Sedangkan Feby mengerucutkan bibirnya.

"Ih sakit Adi." Feby mengelus pipinya yang merah.

***
Tbc.
Ga bisa rangkai kata kalo kurang ngefeel maap

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang