cinco

109 7 0
                                    

"jeno," 

jeno sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia alami. na jaemin, si peringkat nomor dua itu kini tengah berdiri di depannya dan memanggil namanya. baru sekali selama jeno bersekolah disini. bahkan saat kemarin jeno dengan tidak sengaja memeluk jaemin pun, jaemin tidak menyebutkan namanya, melainkan hanya mengucapkan terimakasih dan berlalu begitu saja.

"a-ah, iya. kenapa, na jaemin?" tanya jeno hati-hati.

jeno tidak tahu apa yang terjadi saat ini. sesudah bel masuk berbunyi, jeno dan ketiga temannya yang lain lantas memisahkan diri untuk masuk ke ruang kelas masing-masing. biasanya jeno akan pergi bersama mark, mengingat mereka adalah teman satu kelas, namun tiba-tiba mark mempersilahkan jeno untuk ke kelas terlebih dahulu karena mark ingin pergi ke toilet. selepas itu, jeno yang sedang santai berjalan menuju kelas dikejutkan dengan kehadiran na jaemin yang beridi dan memanggil namanya.

"kita bisa bicara sebentar?" 

***

"terimakasih, ya." jeno menatap datar anak laki-laki di hadapannya. 

jaemin tadi menarik jeno menuju ke taman belakang sekolah yang dekat dengan gedung olah raga outdoor  setelah jeno mengiyakan ajakannya untuk bicara sebntar. namun, yang jaemin katakan setelah waktu yang berjalan hampir lima menit itu diisi keheningan hanya sebuah ucapan terimakasih. jeno tertawa tidak percaya dengan apa yang sedang diaaminya ini.jeno bahkan terlambat masuk ke kelas dan mengikuti pejalaran hanay demi ucapan terimakasih dari seorang na jaemin?

"kamu narik aku kesini cuma mau bilang terimakasih? hm, sama-sama kalau gitu. jadi, boleh aku balik ke kelas? ini udah terlambat dari jam masuk kelas seharusnya." jeno hendak berbalik badan dan meninggalkan jaemin, namun sebuah tangan menariknya dengan pelan.

"maaf. maaf kalau aku kesannya buang-buang waktu kamu. tapi, untuk ngomong gini aja aku perlu banyak keberanian. soalnya aku malu," jaemin menundukkan kepalanya.

jeno kembali berbalik menatap jaemin dan melepaskan pegangan jaemin pada tangannya. perasaan bersalah sedikit masuk memenuhi rongga dadanya. jaemin seperti ingin menangis dan itu bukan hal yang baik. apalagi, kalau saja seseorang lewat disini, pasti akan muncul kesalahpahaman yang lebih dari saat pagi tadi mereka berpelukan. 

"gak apa-apa. maaf kalau aku keterlaluan atau menyinggung perasaan kamu. gak usah malu atau akut. nangis itu manusiawi kok dan aku cuma jalanin naluriku sebagai manusia untuk menghibur manusia lainnya yang lagi sedih," jaemin mengangkat kepalanya. lagi-lagi jeno merasakan sesuatu yang aneh saat menatap jaemin. tidak, jeno yakin betul perasaan itu tidak lebih dari sebuah perasaan kagum karena kesempurnaan paras jaemin.

"jeno, makasih banget buat semuanya. aku gak begitu banyak punya teman. selama ini aku cuma berteman sama renjun, haechan, dan chenle kalau kamu kenal mereka. dari mereka bertiga, gak pernah ada yang ngelauin apa yang kamu lakuin ke aku." jaemin menampilkan senyum manisnya sebagai penggambaran suasana hatinya yang baik saat ini.

"jeno, sebagai ucapan terimakasih, jeno mau gak kalau sabtu malam nanti aku traktir kamu makan malam? dimana aja, tapi jangan yang mahal-mahal. hehehe,"

jeno tentu saja terkejut diberikan ajakan semacam itu. biasanya, jeno akan diajak untuk pergi ke pesta yang berisikan lebih dari sepuluh orang di dalamnya atau kalau hanya ingin dengan kelompok kecil, jeno hanya akan mengajak mark dan hyunjin untuk menemaninya menghabiskan waktu. 

"hm, maaf jaemin. bukannya aku nolak ajakan kamu, tapi aku udah keburu ada janji untuk datang ke acara ulang tahun yeji," 

"aku juga diundang, tapi aku pikir kalau aku dan yeji gak begitu dekat, jadi gak datang juga gak akan jadi masalah, makanya aku ajak kamu makan. tapi ternyata kamu bakalan datang ya ke pesta itu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

blue moon - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang