「 Chapter 1 」

869 88 7
                                    

Sebelumnya saya mau bilang, kalau fanfic ini adalah lanjutan dari akun saya yang deryxx bagi yang belum pernah baca chapter sebelumnya, silahkan cek disana, terima kasih.



Rumah kecil dengan cat putih yang mulai memudar itu sicheng pandang lama. Setelah 25 tahun hidup bersama kedua orang tuanya, kini ia memulai hidup barunya bersama sang suami—yuta. Dan menghabiskan sisa hidupnya bersama pria itu.

"Jangan melamun!"

Teguran itu membuat sicheng sedikit terkejut. Ia menoleh; terlihat yuta telah berdiri disampingnya. Otomatis sicheng mengukir senyum disusul dengan anggukan kecil.

Sicheng membiarkan yuta memasuki rumah berukuran kecil itu terlebih dahulu. Rumah bercat putih itu adalah rumah milik yuta. Itu artinya, ia dan yuta tak hanya tinggal berdua, ada sang ibu mertua yang akan memantau kegiatannya dengan yuta.

Pintu baru saja yuta buka. Namun seorang wanita datang mendekati keduanya dengan raut kesal yang terlihat di wajah cantiknya.

"Kenapa lama sekali?" Tanya wanita itu kesal dengan melempar tatapan sinis pada yuta.

Yuta menghela nafas. Oh tuhan, ia baru saja sampai. Tapi ibunya itu sudah menyuguhkannya dengan pertanyaan. "Ibu.. Kami terkena macet saat dalam perjalanan menuju kemari." Ucapnya dengan sabar.

Ibunya—seohyun mengangguk paham. Ada alasan mengapa wanita cantik itu kesal. Seohyun takut terjadi apa-apa pada putra dan menantu nya.

"Baiklah.. Ibu mengerti."

"Sekarang, kalian berdua beristirahatlah. Ibu yakin kalian pasti lelah." Ucap seohyun pada keduanya.

Mata yuta melirik sicheng, pria manis itu membalasnya dengan anggukan kecil. Mereka memutuskan untuk mengurungkan rencana yang sempat dibicarakan saat menuju kemari. Tubuh keduanya merasakan hal yang sama; sangat lelah.

Mengikuti yuta yang melangkah menuju kamarnya, sicheng terdiam saat pintu kamar itu terbuka. Hanya ada ranjang sederhana dan banyak poster anime yang terpajang pada dinding yang mulai mengelupas. Tak ada hiasan bunga mawar yang terlihat.

Keinginan tentang pernikahan mewah dan bulan madu yang indah sicheng hilangkan saat ia berpacaran dengan yuta. Sicheng tau resikonya jika menikah dengan pria seperti yuta; akan ada banyak masalah keuangan yang mereka hadapi kedepannya. Namun sicheng juga tak berhak protes, karena kehidupannya tidak lah mewah—hanya saja lebih mampu dari yuta.

"Hey.." Panggil yuta saat melihat sicheng yang masih berdiri didepan kamar.

Didekatinya sicheng. Kedua tangan yuta melingkar pada pinggul ramping tersebut. Bibirnya menempel di dahi sicheng cukup lama. "Maaf ya?" Bisiknya lirih sembari menatap sicheng sendu.

Sicheng tertawa pelan. "Kenapa minta maaf?"

"Pernikahan kita berbeda dengan orang lain. Sangat sederhana, dan aku.. Tak memiliki banyak uang untuk mengajakmu pergi berbulan madu." Suara yuta bergetar. Ia takut, sicheng kecewa dengannya dan merasa tidak puas dengan pernikahan mereka.

Sicheng tersenyum seraya menangkup wajah yuta. "Tak apa.." Ucapnya dengan mengusap wajah tampan suaminya. "Aku mengerti." Lanjutnya, lalu memberi kecupan pada bibir yuta.

"S-sungguh?"

"Tentu saja. Tenanglah.. Aku tidak banyak menuntut."

Walaupun sebenarnya sicheng sangat menginginkannya, tapi tetap-ia tidak akan bisa pergi berbulan madu dalam waktu yang sangat cepat. Mungkin nanti, keinginan sicheng akan terpenuhi saat pernikahannya dengan yuta berumur 2 atau 3 tahun.

When He Loved Me •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang