「 Chapter 8 」

373 50 8
                                    

[Mature Content!]

Pantulan dirinya di cermin membuat sicheng mengernyit jijik. Tak disangka, pemilik club ini menyuruhnya untuk melakukan Cross Dressing.

Club? Benar. Sicheng baru saja diterima bekerja disini beberapa menit lalu. Tak perlu pengalaman, yang diperlukan hanyalah goyangan yang mampu membuat pria-pria itu merasa puas.

Namun sebelum si pemilik club menerima sicheng, ia berpesan; bahwa semua resiko akan ditanggung sicheng sendiri. Jika terkena penyakit kelamin atau terjadi kehamilan, maka sicheng tidak boleh menyalahkan si pemilik. Karena itu adalah keinginan sicheng, maka ia harus siap menerima resikonya kan?

"Kau sudah selesai?" Wanita itu—si pemilik club melangkah mendekati sicheng. Tangannya mengacak wig panjang bewarna coklat yang sicheng kenakan. "Jangan seperti ini. Wig ini harus terlihat acak-acakan, agar para pria itu cepat tertarik denganmu." Bisiknya di telinga sicheng.

Sicheng mengangguk kaku. Ia keluar dari ruang rias, lalu mengambil sebuah nampan yang telah berisi dua botol bir. Ya, sicheng harus melayani pengunjung club terlebih dahulu, jika salah satu dari mereka ada yang tertarik, maka saat itulah senilai uang bernilai besar didapat. Tentunya setelah melakukan kegiatan ranjang.

Tumit sicheng sakit—ketika berjalan menggunakan high heels. Ini adalah yang pertama kalinya dalam seumur hidup sicheng menggunakan benda ini. Sungguh, ia geli melihat penampilannya yang seperti wanita.

Sorot mata pengunjung club menatap sicheng lapar. Wajah-wajah penuh nafsu itu sepertinya ingin sekali menjamah tubuh sicheng. Namun sayang sekali, mereka harus bersabar, karena sicheng sedang tidak melayani meja mereka. Pria manis itu berjalan menuju meja nomor 03. 

"Berhenti." Pria yang berada di meja nomor 03 itu bersuara. Ia menghentikkan sicheng yang tengah menuangkan bir ke dalam gelasnya. "Letakkan nampanmu." Ucapnya dengan sedikit tak jelas; khas orang mabuk.

"Duduklah disini."

Dengan susah payah sicheng menelan ludah. Matanya terbelalak, pria itu menepuk pahanya; memerintahkan sicheng agar duduk di pangkuannya. Namun tetap, sicheng mematuhi pria itu. Ia tak tau harus berbuat apa saat berada di pangkuan si pria.

"Wangi sekali.." Racaunya, "kau memakai parfum hm?" Tanya pria itu seraya mendekatkan wajahnya pada leher sicheng, mengendus layaknya seekor anjing.

Reflek—dada sicheng membusung, ketika pria itu mulai menciumi area lehernya, mendesah pelan saat ciuman itu berubah menjadi hisapan lembut.

Pria itu terkekeh. "Aku menyukai desahanmu." Pria itu menjauhkan wajahnya dari leher sicheng, lalu berteriak, "HEY MRS PARK!" Teriaknya pada si pemilik club. "Aku pinjam dia ya!"

Setelah mendapat lampu hijau, pria itu mengajak sicheng menuju kamar yang telah disediakan di tempat ini. Bisa sicheng rasakan jantungnya berdegup kencang, malam ini tubuhnya akan dinikmati, dan yang melakukan itu bukanlah yuta, melainkan pria lain yang sama sekali tak ia kenal. Semua ini demi uang.

High heels yang sicheng kenakan ia lepas setibanya di kamar. Selanjutnya, ia menatap pria itu yang tengah mengeluarkan sesuatu dari kantongnya; bungkusan kondom. Sekali lagi sicheng menelan ludah saat pria itu mendekatinya, serta memeluk pinggul rampingnya.

"Tenanglah, aku akan memakai pengaman."

"Dan lagi.. Kau tak perlu memakai pakaian ini." Ucap pria itu seraya mendaratkan ciuman singkat di bibir sicheng. "Memang terlihat lebih cantik, tapi menurutku.. Kau akan terlihat lebih menggoda saat pakaian ini dilepas." 

Mata sicheng melebar, pandangannya mengarah ke bawah. Tangan pria itu menelusup ke tubuh bagian bawahnya; melepas stocking yang ia pakai. Selanjutnya, pria itu berjongkok, dengan melucuti pakaian bawah sicheng yang tersisa, termasuk dalamannya.

Lenguhan mulai terdengar, saat pria itu mengecup lembut penis miliknya. Tak hanya itu, selain memainkan penis sicheng, pria itu juga menjilat paha mulus itu. Membuat kepala sicheng terdongak dengan mulutnya yang mengeluarkan desahan. 

Selanjutnya, pria itu melepas seluruh pakaian yang ia kenakan, tak lupa ia merobek bungkusan kondom itu, lalu memakainya. Bagai harimau kelaparan, pria itu menerjang sicheng, hingga membuat tubuh itu terjatuh diatas ranjang. Wig yang sicheng gunakan pun terlepas. Menyisakan rambut aslinya yang membuat pria itu menyeringai.

"Sudah ku bilang, kau lebih menggoda jika seperti ini." Ucapnya. Lalu melepas pakaian yang sicheng kenakan. Mengecupi seluruh tubuh bagian atas yang tak tertutup sehelai kain pun.

Kedua mata sicheng tertutup, tubuhnya dilanda tremor, mulutnya tak henti-henti mengeluarkan desahan. Ciuman itu perlahan turun, lalu terhenti di area bawahnya. Kembali pria itu memainkan penis sicheng, memasukkan benda itu ke dalam mulutnya.

"Aahhh!—nnhh.." Reflek sicheng meremas rambut pria itu saat merasakan sesuatu yang aneh pada penisnya.

Saliva pria itu membasahi penis sicheng. Dengan rakus ia melahap benda itu, seolah penis tersebut adalah permen. Sementara sicheng merasakan sesuatu lagi pada area bawahnya, sesuatu yang ingin keluar dari alat kencingnya itu. Dan selanjutnya—cairan bewarna putih membasahi mulut pria itu. Tanpa rasa jijik ia menelan cairan tersebut.

Tak sabar, pria itu membalikkan tubuh sicheng, menjadi tengkurap. Keinginannya untuk merasakan kenikmatan tak dapat ditahan lagi. Ia menduduki tubuh mulus itu; hampir mirip dengan posisi seorang cowboy yang menunggangi kuda. Lalu dengan dorongan pelan penisnya menerobos masuk ke dalam belahan kenyal itu.

Berteriak. Sicheng meremas kuat bantal yang ada disampingnya, guna melampiaskan rasa sakit yang mendera di area bawahnya. Airmata perlahan membasahi wajah manisnya, sungguh! Rasanya sangat perih! Lubangnya terasa tak nyaman akibat benda tak bertulang itu.

Namun perlahan—rasa perih itu menghilang, berganti menjadi nikmat. Berulang kali pria itu menghentakkan tubuhnya, dan berulang kali juga sicheng mendesah tak karuan. Untuk sejenak sicheng melupakan dosa yang telah ia perbuat pada yuta secara diam-diam.

Pria ini benar-benar membuat tubuhnya bergetar, menikmati setiap tumbukan yang penis itu berikan.

---

Sejumlah uang bernilai besar telah sicheng terima. Ia masih terbaring diatas ranjang, sementara si pria—telah pergi setelah menikmati tubuhnya.

Sicheng menangis,

Rasa bersalah itu kembali datang. Ia tak tau bagaimana harus mengatakan hal ini jika suatu saat yuta atau ibu mertuanya mengetahui pekerjaan barunya. 

Namun sebisa mungkin, sicheng akan menutupinya; selamanya. Membayangkan jika ia mengatakan hal yang sebenarnya, tentu akan membuat keduanya marah dan kecewa. Dan yang paling parah, yuta pasti akan memintanya menandatangani surat cerai. Sicheng tak mau itu terjadi.

Pekerjaan ini terpaksa ia lakukan. Karena hanya ini yang bisa sicheng lakukan, demi mudah mendapatkan uang.

Hingga malam semakin larut, dengan langkah tertatih ia meninggalkan tempat kotor itu. Ia tidak tau, sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya setelah pulang nanti.

.

.

.

TBC

Nah lho!

Siapakah pria itu? 🌚

When He Loved Me •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang