" Kenapa menatap suamiku? Jaga matamu, anak pelakor. "
Yang disindir hanya bisa meringis. Gihae kembali mengunyah makanannya yang tinggal setengah. Sepertinya serba salah jika gihae melakukan sesuatu, bahkan yang tidak ia sengaja. Seperti saat ini, irene terus saja menatapnya tajam karena secara tidak sengaja, baru saja gihae berpapasan dengan netra jaehyun yang ada diseberangnya. Oh, ayolah. Bukannya gihae sengaja ataupun genit. Ia punya mata, jadi wajar saja jika gihae melihat sesuatu yang ada dihadapannya. Tuntutan irene terlalu tidak masuk akal.
" Irene. Jangan memulai keributan. "
Donghae menengahi. Walaupun sebenarnya tidak akan berpengaruh apapun untuk irene. Anak perempuannya ini terlalu keras kepala dan sensitif. Terkadang juga, donghae merasa malu atas ucapan irene yang terdengar kasar. Apalagi, untuk anak polos berusia 18 tahun seperti gihae.
Mendengus kesal, irene menatap sinis, membalas tatapan donghae yang terlihat tidak menyukainya.
" Papa, kenapa kau membela dia terus? Aku hanya memberinya peringatan. Karena, pasti sikap ibunya sama seperti- "" Irene, jaga batasan ucapanmu. Papa tidak suka. " potong donghae cepat, memberinya peringatan.
Seribu kata penegasan apapun yang dilontarkan donghae, rasanya seperti angin lalu bagi irene, wanita itu kembali mengelak dan tetap berpendirian pada apa yang sudah menjadi prinsipnya. Jika gihae sama saja seperti mendiam ibunya. Anggap saja, anak gadis ini seperti bibit perusak kebahagian orang lain. Dan mungkin nanti, akan menjadi perusak kebahagian dirumah ini lagi.
" Aku hanya— "
" Sudahlah, istriku. Papa benar. Kau harus menjaga ucapanmu. "
Kali ini jaehyun yang buka suara. Tatapan yang jengah menatap sang istri membuat irene sedikit gusar. Matanya mendelik menatap jaehyun yang ada disampingnya.
Kedua alis irene terangkat. " Jae? " sahutnya sedikit kesal.
Dan jaehyun, dia berusaha sefokus mungkin pada makan malamnya. Tidak menghiraukan sahutan istrinya yang mungkin nantinya akan memperbesar masalah kecil ini, jika jaehyun menanggapinya lagi. Memang sebenarnya, jaehyun sudah terbiasa bertengkar dengan irene, karena istrinya ini sangat terbawa perasaan jika harus diperingatkan sedikit. Tetapi untuk masalah ini, jaehyun sebagai seorang suami yang bijak. Harus sedikit menegasi irene yang terkadang berbicara sesukanya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
" Aku selesai. "
Semuanya langsung menoleh kearah suara. Memandang jeno yang sudah berdiri dari kursinya dengan ekspresi wajah yang datar.
" Makananmu belum habis, Jeno. " tukas donghae. Tidak biasanya jeno tidak menghabiskan makanannya.
" Mendengar Papa, membela anak kesayangan Papa. Aku jadi tidak nafsu. " ucap jeno dan langsung pergi begitu saja.
Tangan donghae mengepal. Oh sungguh, menanggapi sikap irene saja sudah bisa membuat donghae frustasi. Lalu apa ini? Jeno yang biasanya diam, tidak berkomentar apapun tentang gihae ataupun mendiam istrinya, kini malah berbicara seperti itu.
" Jeno. Jangan bertingkah seperti kakakmu. "
Tetap saja, jeno tidak perduli atas nasihat sang ayah dan terus berjalan kearah pintu keluar rumah.
" Terus terang saja. Aku juga tidak nafsu, untuk makan. Bela saja terus anak kesayanganmu itu, pah. Aku selesai! "
Kali ini irene menyusul jeno. Meninggalkan ruang makan, dan menaiki tangga kearah kamarnya.
Ruang makan yang sebelumnya ramai karena suara keributan kini kembali hening. Sangat kelam dan sunyi. Semua orang merasa canggung didalam ruangan itu. Termasuk gihae sendiri. Ia tidak berani berbicara apa-apa lagi atas kejadian yang baru saja terjadi.
Sungguh! Acara makan malam yang buruk untuk hari pertama gihae dirumah keluarga Lee.
Semua saudara tirinya tidak menyukai kehadirannya dikeluarga ini!
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa vote Komennya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh' Daddy ~ Jjh (HIATUS)
Fanfiction[ Follow sebelum baca ] Han Gihae hanyalah anak tiri di kediaman keluarga Lee. Keberadaannya tidak pernah diharapkan oleh siapapun, kecuali Donghae yang sangat menyayanginya sebagai Daddy. Namun itu tidak lama, setelah kepergian Donghae, Daddy terci...