Tatapan sinis langsung tercetak jelas diwajah yang sebelumnya terlihat dingin. Irene mengubar smirknya sebagai rasa tak suka atas pandangan yang pertama kali ia lihat. Bagaimana sosok figur seorang ayah yang sangat penting baginya, sekarang sudah dikuasai oleh gadis yang sangat irene tidak sukai dan saat ini ada kemungkinan besar rasa tidak suka itu berubah lebih dalam lagi; Benci.
Begitu juga dengan jeno yang berada tepat dibelakang irene. Ia mendengus tak suka dengan tatapan tajam kearah dua orang yang lebih tepatnya terlihat sedang adu mesra dibandingkan adu kasih sayang. Bagi jeno, Ayahnya yang sedang memangku saudara tirinya itu, bukankah terlihat seperti pria tua yang sedang memangku perempuan murahan? Sangat tidak pantas.
" Pagi, papa. " seru jaehyun. Ia melangkah, melewati dua kakak beradik yang masih bergeming di tangga; menatap sinis kearah donghae dan gihae yang sedang membelakangi mereka. Tangan jaehyun masih terfokus mengancingkan pergelangan tangan kemejanya. Lalu duduk di kursi, tepat dihadapan sang ayah mertua.
" Ya Jaehyun. Kenapa kau sendiri? Irene dimana? " sahut donghae, sementara gihae masih asik mengunyah makanannya diatas pangkuan sang ayah.
" Disini. " tak perlu menunggu jawaban dari jaehyun, irene langsung mensahuti pertanyaan ayahnya dan langsung saja menarik kursi dan duduk disamping suaminya. Tatapan irene tak terlepas dari gadis yang ada dihadapannya. Terlihat santai tanpa tahu etika dan tatakrama yang benar saat diruang makan. Ingin sekali irene mendorong tubuh gadis itu dari pangkuan sang ayah. Ya, irene kesal. Sangat kesal dengan tingkah sok manja yang dilakukan gihae. Sungguh menggelikan!
Tak lama, jeno datang. Ia terpaksa duduk dikursi yang berada disamping sang ayah. Sungguh, rasanya muak! Saat melihat lebih jelas lagi, wajah gadis sok lugu yang sekarang ada disampingnya. Jeno tidak menyukai sama sekali; tingkah saudara tirinya yang sangat dekat dengan ayahnya.
Dan hari pertama gihae, sarapan di kediam keluarga Lee. Tampak mencengkam, karena ada dua pasang mata yang sesekali terlihat sangat tidak menyukainya. Gihae rasa, dua saudara tirinya ini sangat tidak menyukai kehadirannya. Terutama irene, keberadaannya yang berada dihadapan gihae, tampak jelas menatap tajam dan penuh kebencian. Gihae sangat tidak nyaman dengan tatapan itu. Dan akhirnya, gihae lebih memilih menikmati makananya dan menunduk, berusaha tidak memperdulikan tatapan-tapapan kebencian itu.
Drrtt... Drtt..
Suara dering ponsel terdengar ricuh. Donghae segera merogoh ponselnya dari kantung celana yang ia pakai. Melihat nama kontak yang menghubunginya. Dan pastinya ini panggilan penting.
" Sebentar sayang. Daddy ingin menerima telepon dulu. " ucap donghae spontan.
Gihae mengangguk, lalu turun dari pangkuan Daddy-nya. Membiarkannya pergi leluasa menerima telepon. Dan gihae kini duduk dikursi, yang donghae duduki tadi.
Percakapan yang penting terdengar samar dari arah tempat donghae berada. Namun gihae berusaha tetap fokus dengan sarapannya. Walaupun irene masih menatapnya dengan tatapan mengintimidasi tak suka.
Suara kursi yang didorong mundur terdengar memekik, membuat semuanya terfokus kearah jeno yang sudah berdiri. Tanpa bicara apapun lagi setelah sarapannya selesai, jeno langsung pergi; meninggalkan ruang makan yang terasa hening beberapa saat, sebelum irene memulai keributan lagi.
" Dimana jeno? " tanya donghae yang menyadari keberadaan putranya tidak ada diruang makan.
Irene berdecak, " Sudah pergi. " jawabnya jelas.
Mendengar itu, donghae mengerutkan keningnya, merasa heran dengan sikap putranya yang sekarang berubah menjadi tidak sopan kepadanya. " Kenapa anak itu tidak pamit dulu padaku? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh' Daddy ~ Jjh (HIATUS)
Fanfiction[ Follow sebelum baca ] Han Gihae hanyalah anak tiri di kediaman keluarga Lee. Keberadaannya tidak pernah diharapkan oleh siapapun, kecuali Donghae yang sangat menyayanginya sebagai Daddy. Namun itu tidak lama, setelah kepergian Donghae, Daddy terci...