Akhirnya aku bertemu dengan orang bodoh ini, dan berhasil mengembalikan ingatannya. Syukurlah Helmet ini masih berfungsi, setidaknya untuk mengembalikan ingatan pria malas ini.
"Theo, dimana Chika?!" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Erwin.
"Dia tidak ada disini, aku akan menjelaskannya nanti setelah menceritakan semuanya padamu," jawabku mencoba tenang.
"Oh. Bang, ambilkan aku segelas air, kepalaku sangat pusing sekali!" celoteh Erwin sambil kembali duduk di kursi dengan gaya malasnya.
Si pria pelayan kafe yang galak itupun segera mengambilkan air untuknya, ditemani ekspresi kebingungan dengan apa yang telah terjadi.
"Apa kau benar-benar Pak Erwin yang kukenal?!" tanya seorang gadis cantik narsis yang menghampiri Erwin penasaran.
"Haha! Tentu saja! Karena aku tidak menggunakan kacamata, bukan berarti aku bukan Erwin!" jawab Erwin tengil.
"Wow! Hebat! Kau benar-benar orang yang berbeda!" celoteh pemuda yang terlihat liar. Nampak ia kebingungan juga.
Oke, kini giliran aku yang bicara.
"Erwin! Katakan padaku ingatan terakhirmu saat di rumah!" tanyaku to the point.
"Sebentar, Theo! Kepalaku masih pusing. Setidaknya berikan aku waktu untuk bernapas dulu! Lagipula, lihatlah ekspresi kebingungan mereka! Apa kau tidak ada niatan untuk mencairkan pikiran mereka terlebih dahulu?!".
"Haha, tenanglah. Kalian semua teman-teman Erwin, kan? Maka, duduklah! Aku akan menceritakan dongeng panjang kepada kalian!".
Dengan ekspresi penuh heran, empat orang itu duduk di bangku kafe.
"Jadi, seperti yang aku bilang padamu saat itu, ada hantu dengan rambut panjang dan bertubuh tinggi di rumahku. Dia menangkapku dan memasukkan aku kedalam kapsul aneh secara paksa, " Erwin tiba-tiba angkat suara. Aku kagum dengannya yang masih bisa bersikap tenang dengan ini semua.
"Hahaha, kau masih saja menganggapnya sebagai hantu ya! Orang tinggi itu bukanlah hantu!"
Keempat orang ini hanya menyimak saja, tidak berani menyela obrolan kami.
Aku pun mengeluarkan dua barang dari ranselku. Yaitu laptop, dan buku petunjuk. Aku menyalakan laptop, sementara Erwin hanya memperhatikan saja.
"Wow! Hebaaat! Benda itu bisa menyala!" celetuk Gadis muda yang tadinya duduk, langsung berdiri terkagum.
"Haha! Perkenalkan, benda ini bernama laptop. Kau bisa melakukan apa saja disini!"
"Apa saja?" kata penjaga kafe yang tadi.
"Lebih tepatnya, benda ini bisa menyimpan informasi dan mencari informasi! Kau bisa berkeliling dunia, dan tau kabar tentang dunia lewat benda ini".
"Hebat!" reaksi anak berandal dan bocah bertopi terkagum.
"Erwin, Apakah kau merindukan benda ini? Haha, aku tidak menyangka dunia ini begitu kuno!"
"Lupakan tentang laptop! Lebih baik kau ceritakan semua yang kau ketahui! Kepalaku saat ini berputar sangat cepat!" reaksi Erwin dengan ekspresi yang masih sama.
Aku memasang flashdisk, dan memperlihatkan kepadanya tentang organisasi Yellow, dan Rose Project.
"Aku bukan pendongeng yang baik. Jadi, dengarkanlah dengan seksama! Kau bisa mengajukan pertanyaan jika aku sudah selesai bicara, dilarang menyela ceritaku!" aku diam sebentar untuk melihat reaksi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black : The First World
FantasíaAwan empuk, lembut ketika berbaring. Rasanya tidak ingin beranjak bangun dari sini. Tetapi endingnya selalu sama, aku terjatuh, terpeleset dari awan. Seketika tubuhku terjun tinggi dari langit, melihat pemandangan kota asing yang indah dari atas...