Bab 1 - Ditinggalkan

376 25 0
                                    

Rose, seorang mahasiswi tingkat akhir yang telah menyelesaikan tugas akhirnya kini sedang menelusuri koridor kampusnya. Matanya mengekori setiap ruangan di gedung fakultas untuk mencari kekasihnya yang sudah  satu minggu mengabaikan setiap pesan dan panggilan darinya. Rose merutuki kesalahannya karena telah mengatakan sesuatu yang penting hanya melalui pesan singkat. Harusnya ia mengatakannya secara langsung untuk mengetahui respon pria itu. Bukannya harus diabaikan seperti ini. Akhirnya rose dapat menemukan sang kekasih diantara orang-orang yang berlalu lalang di koridor gedung tersebut. Rose meraih tangan pria tersebut kemudian menariknya menuju sebuah ruangan kelas yang sedang tidak digunakan untuk perkuliahan.

“Oppa, kita harus bicara.” Ucap rose. “Apa aku harus mengulangi lagi perkataanku padamu. Apa kurang jelas yang kukatakan saat itu.” Pria tersebut tampak tidak menyukai topik pembahasan yang Rose katakan, tampak dari nada suara yang ia tinggikan. “Oppa aku mohon jangan seperti ini. Bagaimanapun ini adalah darah dagingmu. Tolong pertimbangkan kembali.” Rose menatap dalam manik mata kekasihnya, berharap akan ada sedikit harapan dari kekasihnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bagaimanapun Rose telah berulang kali untuk menolak kemauan kekasihnya untuk melakukan hubungan intim sebelum menikah. Akan tetapi kekasih rose adalah pria yang keras dan pemaksa dan akhirnya dengan sangat terpaksa Rose melakukan hal tersebut.

“Aku tegaskan sekali lagi padamu Rose. Aku tidak akan mengubah keputusanku. Gugurkan kandunganmu. aku tidak bisa menikahimu dan aku juga tidak menginginkan anak darimu. Kurasa itu cukup jelas. Minggu depan aku akan wisuda dan aku tidak mau mendapatkan gangguan apapun darimu.” Ucap pria tersebut dengan sinis. Matanya menatap penuh kebencian terhadap Rose.

Seakan hanya Rose sendiri yang bersalah disini. Pria tersebut kemudian melepas paksa tangannya yang sedari tadi digenggam Rose kemudian bergegas berpaling dari sana. Rose berusaha menahan lengan pria tersebut, akan tetapi tubuhnya terasa lebih lemah dari biasanya. Pertahanan Rose runtuh, berulang kali ia berusaha menyeka air mata yang menetes ke pipinya. Ia tidak menyangka kekasih yang telah bersamanya selama 3 tahun tega mencampakkannya begitu saja setelah mengetahui Rose mengandung anaknya.
Setelah tangisnya cukup reda Rose berjalan keluar dari gedung kampusnya. Ia menatap ke langit yang telah mendung, menandakan hujan akan segera turun.

Rose segera berlari menuju halte bus. Untung saja bus yang akan ia tumpangi baru tiba. Ia segera naik dan menyandarkan punggungnya ke salah satu kursi disana. Matanya tampak sayu menatap kearah jalanan. Sudah beberapa hari ini ia tidak bisa tidur setelah mendengar jawaban dari kekasihnya. Padahal untuk menyiapkan mental agar dapat mengatakan pada kekasihnya saja ia butuh waktu selama 1 bulan. Ya, Rose sangat takut untuk mengetahui respon pria itu hingga butuh waktu selama itu. Rose bahkan tidak ingat pasti kapan terakhir kali ia datang bulan sehingga ia tidak tau pasti berapa usia kandungannya. Hingga akhirnya Rose menyadari ada yang berbeda dari tubuhnya. Ia sering memuntahkan makanannya di pagi hari dan berakhir dengan menatap beberapa buah testpack yang menunjukkan dua garis merah. Kini pikirannya melayang mengingat semua kejadian demi kejadian yang beruntutan dipikirannya.

Kini ia telah turun dari bus, namun tampaknya ia salah menaiki bus sehingga ia memutuskan untuk turun di dekat sungai Han. Ia menyusuri pinggiran sungai hingga sampai ke atas jembatan. Pikirannya sangat kacau. Ia tidak dapat memutuskan bagaimana yang terbaik bagi dirinya dan janinya. Ia tidak mungkin menuruti kemauan kekasihnya untuk membunuh darah dagingnya sendiri. Namun ia juga tidak mau dicampakkan pria yang ia cintai itu. Bagaimanapun hanya pria itu yang ia miliki. Rose adalah anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal ketika Rose berusia 18 tahun sehingga membuatnya harus hidup mandiri mengingat Rose juga tidak memiliki saudara kandung. Tetapi disisi lain ia tidak sanggup harus membunuh janin yang tidak berdosa.

Rose sangat frustasi, ia menaiki pagar pembatas disisi jembatan tersebut. Badannya telah basah terguyur hujan yang deras. Ia tidak dapat berpikir jernih. Ia memilih mengakhiri hidupnya saja dan mati bersama janinnya dari pada harus membunuhnya ataupun kehilangan kekasihnya.

“Aargh sial kenapa mobilku tiba-tiba mati, bagaimana caranya aku bisa sampai ke seminar itu tepat waktu jika begini. Sangat sial.” Gerutu seorang pria yang berpakaian rapi dengan setelan jas tersebut. Ia tampak mengeluarkan telepon genggamnya dan menekan beberapa kali kelayarnya. “yeoboseyo, ne mobilku tiba-tiba mati didekat sungai han. Bisa segera kirimkan montir untuk memperbaikinya.” Pria tersebut diam sembari mendengar jawaban dari operator asuransi mobil yang ia hubungi. “ atas nama Park Chanyeol. terimakasih, akan ku kirimkan lokasinya sesegera mungkin.” Pria tersebut menutup sambungan telepon genggamnya.

Setelah mengirimkan pesan ia memutuskan untuk melihat pemandangan sungai han dari atas jembatan tempat ia berdiri sekarang. Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan. Ia sedikit bergidik ngeri mendengar suara tersebut dan memutuskan untuk menoleh kearah suara tersebut. Ia menemukan seorang wanita telah menaiki jembatan dengan suara tangisan tersedu-sedu. Betapa terkejutnya pria itu melihat seorang gadis yang siap untuk melompat ke sungai.

“nona berhenti kumohon” pria itu kini berlai mendekati gadis itu.
“Apapun masalah yang terjadi padamu, hidupmu lebih berharga nona. Jangan berbuat nekat dengan melakukan bunuh diri. Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya nona.” Ia berusaha sekali lagi untuk menghentikan gadis tersebut. Akhirnya gadis tersebut mau menolah kearah pria itu.
“Apa yang kau tau tentang hidup. Hidupku telah hancur. Kekasih yang kucintai mencampakkanku setelah tau aku mengandung darah dagingnya dan menyuruhku untuk membunuh janin ini.” Rose yang sedari tadi menahan diri kini tak sanggup dan meluapkan seluruh emosi yang terpendam dalam batinnya. “jika ia menginginkan aku untuk membunuh anak ini lebih baik aku ikut mati bersamanya.” Isak Rose yang semakin menjadi-jadi.
“kau tidak boleh egois nona. Anak yang kau kandung memiliki hak untuk hidup. Kau sebagai ibunya seharusnya melindunginya bukan justru berniat untuk membunuh dirimu sendiri dengan anakmu. Apa kau tidak memikirkan perasaan orang tuamu? Bagaimana perasaan mereka jika mengetahui putrinya menjadi pembunuh."

To be continued

colourtwist

Me, You & the Baby (Chanrose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang