Chapter 2

8 3 0
                                    

       Atmosfer musim semi selalu membuat damai suasana hati. Pohon pohon bunga di sepanjang tepi jalan merekah, dan udara juga menghangat. Salju salju mulai menghilang digantikan dengan cerahnya matahari.
       Piknik sepertinya sangat menyenangkan. Duduk bersantai di atas rerumputan dengan alas tikar. Menikmati cerahnya pagi ditemani dengan kimbab, dan telur gulung. Liburan yang menyenangkan, bukan? Atau sekedar akhir pekan yang menyenangkan?
       Tidak, tidak. Tidak ada kata 'santai' atau 'libur' dalam kamus seorang mahasiswa. Semester 6 sudah bukan waktunya santai santai, bukan? Skripsi menuntut kita untuk terus mengasah dan 'memeras' otak. Beberapa dari mereka ada yang sampai tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkannnya. Hendak tidur teringat dan bangun tidur juga terngiang.

       Ting . . . . Tong . . . .
       Seseorang menekan bel.
       "Annyeong hasseyo, Soo Ji imnida," ucap seorang gadis sambil berdiri di depan pintu rumah yang sepertinya adalah rumah temannya.
       "Ha Ri(ah), Nae Hyun Ah(ya)! (Ha Ri, ini aku, Hyun Ah!)" imbuh kawan yang berdiri bersamanya. Memakai ransel di punggung dan satunya lagi menenteng totebag. Tapi kedua gadis itu sama sama membawa buku buku tebal, ada beberapa kertas.
       Pukul 18.00 KST, 2 orang gadis datang bertamu. Perlu dipertanyakan. Tapi tidak. Melihat mereka berdua saja, sudah jelas ini tentang kuliah. Siapa yang mau pergi malam malam begini? Lebih baik istirahat di rumah, iya kan? Sayangnya bagi mereka, soal skripsi itu tidak ada kata 'kompromi'. Kompromi untuk mengulur waktu.
       "Eung, kalian benar benar datang? Aku pikir kalian tidak serius," ujar sang pemilik rumah yang oleh 2 gadis tadi dipanggil Ha Ri.
       "Aku benar benar buntu, asal kau tahu," jawab salah satu gadis itu yang tadi menyebut namanya Hyun Ah.
       "Arraseo. Deureoghae (masuklah)," Ha Ri mempersilahkan 2 temannya masuk.
       "Ayo kita langsung belajar saja," Hyun Ah terlihat pusing karena skripsi itu.
       "Ke kamarku saja kalau begitu." Begitu tiba, mereka langsung ke kamar Ha Ri. Kalau biasanya mereka duduk dan makan camilan saat datang ke rumah Ha Ri, maka malam ini mereka langsung bergelut dengan buku, pena, dan laptop. Ransel dan totebag yang Hyun Ah dan Soo Ji bawa, itu berarti isinya laptop dan charger.
       "Aku sudah menghitung ini berulang kali. Kenapa hasilnya justru seperti ini," keluh Hyun Ah.
       "Coba ku lihat," Ha Ri menggeser buku Hyun Ah dan mengamati catatan perhitungannya.
       "Apa kau menggunakan rumus ini?" tanya Ha Ri.
       "Eung."
       "Tentu saja ini yang kau dapat. Apa kau tidak membaca pembahasannya dulu? Rumusnya tidak kau balik."
       "Benarkah?"
       "Ya. Kau harus membaliknya dulu. Pakai segitiga rumus."
       "Segitiga rumus . . . Apa seperti ini?" Hyun Ah menunjukkan bukunya pada Ha Ri.
       "Eung, setelah itu baru kau bisa memasukkan nilainya," Ha Ri mengiyakan.
       "Astaga, aku salah memakai rumus. Aku tidak percaya ini," gumam Hyun Ah.
       "Gomawo, Ha Ri(ah)," lanjutnya.
       "Mmm, cheonma (sama sama)."
       "Eung, Ha Ri(ah) . . . Apa yang harus aku tulis selanjutnya?" Soo Ji yang tadinya sibuk mengetik pendahuluan akhirnya angkat suara.
       "Coba kulihat," Ha Ri menghampirinya.
       "Kau harus mengubah ukuran font-nya sedikit lebih kecil."
       "Aaaa, chaeseonghaeyo," Soo Ji mengangguk paham.
       "Sudah, apa ada masalah lagi?" tanya Ha Ri.
       "Eopseoyo. Kau bisa lanjutkan tugasmu sendiri. Gomawo," sahut Hyun Ah.
       "Keurae. Keureom," Ha Ri kembali ke tugasnya yang sebenarnya 2X lebih banyak selesai daripada Hyun Ah dan Soo Ji. Yah, secara Ha Ri termasuk mahasiswi cerdas. Kemampuannya menangkap pelajaran memang lebih cepat daripada 2 temannya itu.
       "Ha Ri(ah), kau sudah mengerjakannya sejauh mana?" Soo Ji mengintip laptop Ha Ri.
       "Aku? Aku sedang menyusun angket dan tabel observasi," jawab Ha Ri tanpa menoleh.
       "Kau sungguh sudah sejauh itu?!" Hyun Ah membulat.
       "Wah, aku baru saja bab latar belakang," ujar Soo Ji.
       "Aku tersangkut karena rumus. Astaga . . . ." Hyun Ah menggaruk garuk kepala. Menyadari seberapa payahnya dia.
       "Yak, yeoreobun fighting!! (Hei, semuanya semangat!!)" seru Ha Ri.
       "Fighting!" sahut Soo Ji.
       "Fighting," lirih Hyun Ah. Tidak sesemangat Ha Ri dan Soo Ji. Kekeliruannya salah memakai rumus, itu sangat payah.
       Semua kembali fokus pada tugas masing masing. Mereka bertiga ini memang selalu bersama sama. Hyun Ah anak seorang pengusaha, Ha Ri anak seorang konglomerat, dan Soo Ji anak seorang arsitek. Ketiganya berasal dari latar belakang orang tua yang berbeda. Ha Ri yang seorang anak konglomerat hidup merantau di Seoul untuk menuntut ilmu. Orang tuanya memiliki usaha pangan di Busan. Dan Ha Ri tinggal di sebuah apertemen di Seoul.
       Ini adalah tahun terakhirnya kuliah. Ha Ri ingin lulus kuliah dengan nilai yang baik agar perantauannya tidak sia sia. Ha Ri, meskipun dia anak seorang konglomerat tapi dia tidak
se-glamour itu. Bahkan terlihat biasa aja dari luar. Hyun Ah dan Soo Ji sangat menyukainya karena Ha Ri bukan orang yang sombong. Dia ramah, dan yang terpenting adalah Ha Ri sangat pengertian. Hyun Ah dan Soo Ji adalah teman pertama Ha Ri saat pertama masuk kuliah. Hingga mereka hampir lulus, sudah banyak hal mereka lakukan bersama sama.
       "Yedeura, kalian tidak lapar?" ujar Hyun Ah.
       Soo Ri berhenti mengetik.
       "Ayo kita makan sesuatu," ajaknya.
       "Aku akan memasak. Ayo kita lihat ada apa di kulkas," jawab Ha Ri seraya bangkit dari duduk.
       "Yeogi mandu isseyeo (ada pangsit di sini)," Soo Ji melongok isi lemari es di rumah Ha Ri.
       "Kimchideo (kimchi juga)," timpal Hyun Ah.
       "Ramyeon meokgo eottaeyo uri? (Bagaimana kalau kita makan ramen?)"
       "Dengan mandu dan kimchi. Johaeyogatteunde (sepertinya bagus)," ujar Ha Ri.
       "Injeong," jawab Hyun Ah dan Soo Ri bersamaan.
       Ha Ri mengambil 3 bungkus ramen dari lemari, Soo Ji merebus air, dan Hyun Ah menata mangkuk. Dia juga menata mandu dan kimchi dalam piring sementara Ha Ri dan Soo Ji memasak ramen. Belajar memang lebih banyak menguras otak. Juga membuat perut lebih cepat lapar daripada kerja fisik.
       Kurang lebih setelah 3 menit, ramen dituangkan ke mangkuk. Asapnya mengepul dan aromanya menyeruak. Mereka duduk dengan makanan di depan mata.
       "Selamat makaan," masing masing menjimpit mi dengan sumpit. Sesekali memakannya dengan mandu dan kimchi. Lezat sekali terasa saat dimakan bersama sama. Mereka memang biasa makan bersama seperti ini di rumah Ha Ri. Hari hari biasa pun mereka sering sekali mengunjungi rumah Ha Ri. Mereka makan camilan, nonton film, dan belajar bersama. Mereka bahkan bisa makan sepiring bertiga. Intinya sudah seperti saudara.
       "Heeh, mashitta," Hyun Ah bersandar di sandaran kursi. Kenyang sekali. Ramen, kimchi, mandu, semuanya ludes.
       "Hey hey, ayo bantu mencuci piring piringnya," Ha Ri beranjak sambil mengangkut piring dan mangkuk yang baru saja mereka gunakan. Mereka berdua kemudian mengekori Ha Ri ke westafel. Ha Ri menggosok piring, Soo Ji membilas, dan Hyun Ah mengeringkan(mengelap). Karena perabotannya tidak banyak, jadi selesai dengan cepat.
       Usai mencuci piring, mereka kembali ke kamar Ha Ri untuk melanjutkan tugas yang tadi sempat tertunda. Energi mereka kembali full setelah makan. Hyun Ah dan Soo Ji sebenarnya memang belum makan malam sebelum datang ke rumah Ha Ri. Dan berakhir menghabiskan sisa mandu yang Ha Ri buat. Tapi tidak jadi masalah. Mandu itu hanya perkara kecil bagi Ha Ri. Dia bisa membuatnya lagi besok. Lagipula tidak akan ada yang memakannya nanti karena Ha Ri hanya sendiri di rumah.
       "Hey, sudah jam berapa sekarang?" Hyun Ah baru sadar ini mungkin sudah larut.
       "Jam 9. Kalian akan pulang?" tanya Ha Ri.
       "Soo Ji(ah), ayo kita menginap saja. Aku tidak bisa mengerjakan ini sendiri di rumah," ajak Hyun Ah. Yang mengaku tidak bisa mengerjakan tugas skripsinya kalau tidak ada Ha Ri di sampingnya. Hyun Ah bisa meminta Ha Ri mengajarinya beberapa hal, juga bisa bertanya. Ha Ri selalu bisa menjelaskan dengan baik dan membuatnya menjadi lebih sederhana. Karena itu Hyun Ah tidak bisa kalau tidak ada Ha Ri.
       "Baiklah. Ayo kita menginap," Soo Ji mengiyakan.
       "Aku akan menelepon ibuku dulu," Hyun Ah mengeluarkan ponsel dan mencari nomor kontak ibunya.
       "Eung, eomma . . . . Aku akan menginap saja di rumah Ha Ri. Aku tidak bisa mengerjakan ini sendiri. Tidak apa apa, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang