Oleh: Lailia MuafidahSenja hilang ditelan malam, malam pun datang dengan keheningan. Terasa sunyi dan juga sendiri, di mana waktu pas bagi para kaum perempuan yang sedang _sadgirl_. Begitupun juga dengan diriku. "Akhirnya keluar juga ya, setelah sekian lama," kataku pada seseorang bertubuh besar dan berkumis tipis yang duduk di depanku. Sambil menghabiskan _thaitea_ rasa coklat kesukaanku, akupun merasa senang karena bisa bertemu dengan kekasihku. Dengan senyumannya yang begitu manis, dia membawaku pada asmaraloka. Mungkin terasa _alay_ namun aku merasa bahagia.
Hingga jam telah berlarut akhirnya kita pulang. Terasa sangat sebentar, namun jika berpatokan jam sekitar 5 jam aku bersamanya. Sampai rumah aku kembali mengingat masa-masa aku tertawa bahagia saat keluar dengannya. Sudah cukup lama sekitar 5 bulan dan akhirnya bertemu hanya 5 jam. Padahal satu sekolah, satu kampung. Namun jarang sekali bertemu, dan aku hanya bisa sekedar saling menyapa. 5 jam sungguh berati seperti orang lain yang menjalani hubungan LDR. Aneh memang, sekampung namun jarang main ke rumah dan jarang ketemu juga, tetapi masih tetap berhubungan baik.
2 bulan setelah hari aku dan dia jalan bareng. Ternyata kembali lagi pada masa 5 bulan tak bertemu, akhirnya bertemu pada 5 jam saja seperti kemarin. _Aku masih sibuk, mungkin satu bulan lagi kita bakal jalan bareng._ Sepenggal pesan _chat_ dia ketika aku mengajak keluar dia . Entahlah, hubungan ini terasa seperti LDR. Setiap malam datang selalu teringat pada 5 jam yang dulu, di mana waktu terakhir aku dengannya bertemu. Sedih rasanya karena memang jarang sekali bisa keluar jalan bareng dengannya, sekalipun janjian pasti gagal. Namun, apakah satu bulan lagi bisa bertemu dengannya lagi? Sesuai dengan ucapan pesan yang tersampaikan pada diriku. Aku pun juga tak tahu, akankah bisa bertemu namun aku masih tetap menunggu?
Bojonegoro,16 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan di Waktu Terakhir
Cerita PendekDetakannya masih terdengar. Tuturnya masih terngiang. Sebelum raganya benar-benar menghilang. Penaku menorehkan. Sejuta rasa yang mungkin suatu saat akan sirna. Hingga waktu yang telah ditentukan.