★★★JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW AKUN WPSquad_Literasi DAN AKUN IG @squad.literasi
BERBAGAI CERITA MENARIK AKAN KALIAN TEMUKAN DISINI, SERTA ANTOLOGI, DAN BERMACAM-MACAM QUOTES
★★★
Lesmana Rembulan, anak itu hanya bisa menangis tersedu-sedu menyaksikan buku PR nya dirusak oleh teman sekelasnya sendiri. Lagi-lagi perlakuan yang sama setiap harinya. Tidak berdaya, setiap hal ini terjadi padanya Lesmana hanya bisa menangis. Tidak satupun yang mau menolongnya, bahkan banyak dari mereka justru menertawakan. Tawa yang membuat Lesmana kian lama makin muak dibuatnya.
Pulang sekolah, seperti biasa Lesmana jalan sendirian dengan keranjang berisi ubi rebus yang hanya terjual sebagian. Ya, Lesmana harus melakukannya demi membantu ibunya membayar uang sekolahnya yang tergolong lumayan mahal. Masih dengan wajah murung, pembullyan yang dialami Lesmana hampir tiap hari seakan mimpi buruk yang merusak harinya.
"Hai!" sapa seseorang dari arah belakang.
Pelan-pelan Lesmana menoleh. Anak laki-laki yang nampak seusianya itu tersenyum ramah. Dengan kulit putih yang kalau diperhatikan malah seperti pucat pasi.
Lesmana menunduk. "Siapa kamu?"
"Aku Rai! Aku anak baru di sekolah kamu. Aku tadi liat kamu nangis di sekolah. Maaf ya, aku gak sempet nolongin kamu."
Lesmana memberanikan diri menatap Rai.
"Sejujurnya aku juga gak suka liat mereka semaunya gitu," ucap Rai.
"Kamu... Serius?" tanya Lesmana ragu-ragu. Tentu saja, Rai nampak sangat membela Lesmana. Untuk pertama kalinya, ada yang berani menyuarakan hal ini. Menentang pembullyan yang selama ini terjadi. Beberapa orang memilih mengabaikan, atau sekadar pura-pura tidak tau.
"Iya. Sekarang kita temenan ya? Aku gak mau kamu sendirian." Rai mengulurkan tangan yang disambut Lesmana ragu-ragu. Baru beberapa detik kulit mereka bersentuhan, Lesmana reflek melepas genggaman.
"Tangan kamu dingin banget? Habis pegang es ya?" tanya Lesmana. Rai tertawa.
"Iya nih. Oh ya, jualan kamu kayaknya enak, aku beli deh!"
Dan selama beberapa hari, mereka menjadi akrab. Lesmana sangat suka berteman dengan Rai yang ceria. Rai juga sanggup melindungi Lesmana.
"Oh ya, kita harus kasih mereka balasan Karena udah jailin kamu," ucap Rai saat Lesamana baru saja berjualan ubi rebus.
"Balasan apa?" tanya Lesmana bingung. Rai langsung menarik tangan Lesmana dan membawanya menuju meja Kevin, Naren, dan Varo. Tiga anak yang sering membully Lesmana.
"Eh... Kamu ngapain Rai?!" lirih Lesmana takut. Saat Rai meletakkan permen karet yang sudah dikunyah ke bangku masing-masing anak itu.
"Biar mereka kapok!" ucap Rai semangat.
Benar saja, jebakan berhasil. Kevin, Naren dan Varo berdiri dengan celana berlumuran permen karet.
Esoknya, beberapa usaha pembalasan dengan Rai semakin sering keduanya lakukan. Mulai dari yang biasa, sampai hal yang membuat Lesmana agak was-was.
"Pokoknya, kamu ajak aja mereka bertiga ke gudang," suruh Rai yang Kali ini wajahnya agak asing buat Lesmana. Kulitnya lebih pucat dari biasanya, tatapan matanya juga membuat Lesmana ingin terus menunduk.
"Jangan lupa bawa gunting." Rai memegang bahu Lesmana, membuatnya terperanjat. Rai nyengir, entah kenapa jantung Lesmana menjadi berdetak keras.
"Buat apa Rai?" tanya Lesmana.
"KITA BUNUH MEREKA!"
Lesmana tersentak kaget. Suara Rai terlalu berbeda tadi dan kalimatnya... Jauh dari wajar.
"Maksud... Kamu?"
"Dia udah nyakitin kamu! Rasa sakit kamu udah terlalu menumpuk. Gak papa kalau kita balas mereka. Satu aja udah bikin kenyang deh."
Lesmana mengerinyit.
"Ehh maksudnya... Satu aja, udah bikin yang lain takut." Rai menatap Lesmana lekat. Entah kenapa, auranya makin membuat Lesmana takut.
"Rai gak boleh sampai segitunya Rai. Yang kita lakuin udah cukup."
Rai yang berdiri membelakangi Lesmana, menoleh, tidak dengan berbalik, namun kepalanya berputar 180°. Matanya memerah. Saat ia menyeringai, giginya runcing membuat Lesmana tersentak kebelakang.
"RAI!" teriak Lesmana spontan.
"SATU AJA CUKUP BUAT KU!" Rai perlahan berubah menjadi sesosok mengerikan. Tangannya berubah menjadi menyeramkan dengan jari-jari panjang Dan kuku tajam. Wajahnya hancur, badannya mengeluarkan bau anyir yang membuat kepala Lesmana pusing.
"Rai... Kamu bukan manusia!"
"MEMANG! TAPI AKU SUKA MANUSIA!" Suaranya jelas berbeda. Lesmana Makin bingung. Makin takut, badannya gemetar saat ini.
"AKU LAPAR! DAN SATU MANUSIA SAJA CUKUP. TIDAK TEMAN MU, TIDAK MASALAH!" Lesmana mundur, sialnya, ia menabrak tembok.
"KAUUU! KAU JUGA BISA MEMBUATKU KENYANG!"
Lesmana berlari kencang, secepat yang ia bisa. Namun makhluk menyeramkan itu cuma tertawa. Dan dengan sekali tangkap, Lesmana sudah digenggamannya.
Lesmana menjerit saat merasakan tulang kakinya patah sebab ditarik paksa. membuat nya tidak bisa berlari bahkan berjalan pun tergopoh-gopoh. Yang saat ini dia lakukan tak lain hanya meminta keajaiban menyertainya sambil menangis di dalam do'a nya agar semua cepat berlalu dan menjalanin kehidupan yang baru tanpa ada rasa hampa tidak memiliki teman , tetapi masih ada Allah yang selalu ada melindunginya.
-TAMAT-
★★★
Karya by:
1. Zulfikar Ali M.
2. Rahma
3. Rika★★★
JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW AKUN WP Squad_Literasi DAN AKUN IG @squad.literasi
★★★