Siang itu sepulang sekolah, setelah aku melepas seragamku dan menggantinya dengan pakaian rumah, aku duduk di ruang tamu sambil membawa kotak berisi koleksi mainan. Mainan yang paling kusukai adalah bola kasti, meski aku tak tahu bagaimana cara memainkan benda tersebut, aku tetap senang mengoleksinya. Aku mempunyai empat bola kasti berwarna hijau yang harganya standar, dan satu bola kasti berwarna abu-abu yang harganya lumayan mahal. Maka tidak salah, 'kan, aku lebih menyayangi bola kasti abu-abuku?
Saat itu Ibu memanggilku untuk makan siang dan menyudahi kegiatan bermainku. Maka setelah membereskan mainanku ke dalam kotak mainan, aku menghampiri Ibu yang saat itu telah memberikanku sepiring sup kesukaanku. "Makanlah!" katanya berseru.
Aku menerimanya, lalu diam sejenak. Ibu yang melihat tingkahku langsung mengernyitkan dahinya samar-samar. "Ada apa?" tanya Ibu kemudian.
Aku mendongak dan menyerahkan sup itu kepada Ibu. "Makanlah sesendok sup ini."
"Ada apa? Itu untukmu, Ibu sudah makan tadi." Ibu menolak, dan membuatku menatapnya tak percaya.
Aku pun menggelengkan kepalaku keukeuh, dan tetap memaksa Ibu untuk menyicipi sup buatannya sendiri. Tapi begitulah Ibu, wanita itu selalu mempunyai alasan untuk menolak permintaanku. Hingga aku akhirnya lelah dan mulai melontarkan kata-kata yang sedang bersarang di kepala. "Ada racun di dalam sup ini." Akhirnya aku membuka suara, dan kulihat wajah Ibu berubah. "Kita akan membuktikannya setelah Ibu yang terlebih dahulu mencicipinya," lanjutku seraya tertawa.
Kini giliran Ibu yang diam, lalu tersenyum penuh makna. "Kau salah." Ibu meraih sesendok sup yang sudah kusiapkan untuknya. "Ibu tidak menambahkan racun di mangkuknya. Ibu hanya menambahkan obat tidur agar kau bisa tidur beberapa saat saja."
Ibu meraih mangkuk yang kupegang dan menjejalkan sendok itu ke mulutku. Lalu, keinginan Ibu rupanya berhasil di dengar Tuhan secepat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Depresi
HorrorSebuah perjalanan panjang yang akan kuceritakan. Ujung bulan juli, 31 Juli 2020.