-PROLOG-

116 8 1
                                    

William berjalan cepat menyusuri koridor mencari kelas nya, hari ini ia ada kelas jam 9 pagi tapi lelaki tampan itu malah lupa dan sekarang waktu menunjukan pukul 9 lewat.

Ia berdoa saja semoga dosen nya sekarang tidak seperti sebelum - sebelum nya yang galak kebangetan, kalau iya siap - siap aja kali ya nilai dia terancam.

"Wil!" William menoleh ke belakang saat namanya di panggil oleh lelaki berbaju merah dengan perempuan di sampingnya.

"Eh, apaan bang?" Tanya William

"Ngapain? Ko kesini?" Tanya nya bingung saat melihat William yang buru - buru dan akan masuk kelas

"Gue ada kelas bang ini telat" Ezra mengeryit bingung dengan ucapan William sedangkan perempuan di samping nya tertawa.

"Coba liat sekarang hari apa? Bukannya hari ini lo ga ada kelas, besok baru ada jam 9. Ya kan?" William membuka handphone nya dia menganga kaget saat melihat tanggal dan hari.

"William baru bangun ya? Jadi ga inget hari sama tanggal" kata Senna sambil terkekeh sedangkan William menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Y-yaudah gue mau balik deh. Bang, Ka Senna. Duluan ya" William berlari kabur dari fakultas nya menuju parkiran, ia sungguh malu. Beruntung belum masuk kelas.

"Kenapa bisa salah hari sih, untung belum masuk kelas. Huft" gumam nya sambil memakai helm dan menaiki motor.

Baru saja akan menancapkan gas, suara memanggil membuat William menoleh dan melihat adik tingkatnya itu sedang berlari ke arahnya sembari menggandeng lelaki berkulit gelap yang manis.

"Bang!" William membuang nafas baru saja akan pergi dan melanjutkan tidurnya di rumah ada saja halangan.

"Apaan?" Kata William malas.

Lelaki itu tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya. "Bang, rumah lo ada makanan kaga?"

William mengeryit. "Ada, kenapa?"
Mereka berdua langsung tersenyum senang.
"boleh nebeng makan di lo ga? Baik deh, gue belom makan dari Semalem"

"Yaudah - yaudah" senyuman dari kedua pemuda itu mengembang.
"Makasih bang!"

William langsung menancapkan gas dan pergi menuju rumahnya yang jaraknya lumayan dengan kampus, karna rumah dia yang paling deket sama kampus jadi anak - anak sering ke rumahnya.

••

"REY! REY!"

Raya Valerie Janeetra perempuan berambut hitam pekat itu mendegus kesal saat melihat temannya yang berlari - lari ke arahnya.

"Apa njing" Raya menoleh dengan kesal sedangkan teman nya malah tersenyum lebar tanpa dosa.

"Tau ga?" Raya menatap aneh temannya itu dan tak paham, Sheryl yang tadi nya terlihat sangat exited langsung membuang nafas gusar. "Adek lo ikut tawuran, Cok!!!"

Raya membulat matanya kaget dan langsung lari meninggalkan Sheryl yang belum selesai bicara.

Raya terus berlari keluar dari Fakultas nya menuju sekolah sang adik yang jaraknya lumayan dari Kampusnya.

Raya masuk ke dalam taksi dan terus menelfon sang adik, Raya menggigit jarinya khawatir.

Adiknya tak kunjung mengangkat telfon dan menambah kepanikan Raya. "Kalau beneran ikut tawuran gue pites itu anak" gumamnya

Tiba - tiba mobil taksi berhenti mendadak dan membuat Raya terkejut setengah mati. "Kenapa mas???"

Pemuda taksi itu menoleh. "Di depan ada anak tawuran mbak kayanya anak SMA Harapan Pelita 1"

Raya langsung keluar dari mobil dan memberi uang pada pemuda taksi itu. "Mbak mau kemana???" Raya tidak menjawab ia malah berlari di kerumunan siswa SMA yang sedang beradu jontos.

"ARKAAAAAAAA!!!!" Teriak Raya emosi saat melihat adiknya berada dalam kerumunan itu, seketika semua Siswa langsung terdiam dan menatap ke arah Raya.

"Kaka? anjir mampus gue..." gumam nya khawatir saat melihat sang Kaka yang terlihat sangat sangat marah.

"BALIK KAGA LO ANJING!" Teriaknya murka di depan banyak nya siswa SMA, sangking marah nya ia merasa tidak takut berada di depan siswa yang sedang tawuran.

"KA MINGGIR KA MINGGIR!!! JANGAN KESINI!" Teriak Arka panik saat salah satu lawannya bergerak maju menghampiri sang Kaka yang masih emosi.

"GA! BALIK LO SEKARANG!" Raya tetap berdiri di depan mereka dengan raut kesal, Arka menggaruk rambut nya frustasi.

"AW!" Raya memegang dahinya yang mengeluarkan darah karna lemparan batu dari salah satu lawan sang adik.

"KAN GUE BILANG JUGA APA PULANG!— EH ANJING SINI LO BANGSAT, GA USAH BAWA - BAWA KAKA GUE!" Arka menghampiri laki - laki di pojok kiri dan menarik nya emosi karna telah melukai sang Kaka.

Raya memegang pelipis nya, kepala nya sekarang berkunang - kunang sepertinya sebentar lagi ia akan tumbang.

Tapi beruntung ada tangan yang menarik nya membuat dia sedikit terkejut, sangking pusing nya Raya kaya udah pasrah aja.

Arka udah ga mikirin Raya kemana nya ia berfikir kakanya udah kabur dan sekarang dia lagi mukulin cowok yang lempar batu ke kakanya.


Padahal,



Raya di tarik sama cowok asing, dia William yang niat nya mau pulang ke rumah dan lanjut tidur tapi ngeliat cewek lagi megang dahinya yang berdarah.

Karna jiwa kemalaikatnya bergetar makanya dia bantuin, tapi malah kaya nyusahin nih.

Kaya sekarang mereka udah ngumpet di balik semak - semak, Raya yang udah setengah sadar dan William yang bingung harus gimana.

"Mbak jangan pingsan du— yah malah pingsan gimana dong" William bingung sendiri harus gimana mau keluar terus ke rumah sakit susah karna banyak yang tawuran.

Mau pulang melanjutkan tidurnya seakan sirna karna William harus terjebak dalam situasi seperti ini.

__________________________________

VISUALISASI

VISUALISASI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang