Chapter 2

9 4 0
                                    

Selamat membaca💟

__________

Semenjak dari ruang keluarga tadi Lalea lebih banyak diam. Ia masih tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Oika—tantenya.

Harus kah ia mengikuti semua permintaan terakhir sang Omah tercinta? Lalea mengistirahatkan badannya di kasur single itu. Jika Lalea menerima semua ini apakah orang itu juga akan menerima? Apakah nanti kedepannya mereka berdua akan bahagia?

Menarik nafas sebentar kemudian membuang nya perlahan. Ia melamun memikirkan kejadian tadi di ruang keluarga.

Flashback<

"Omah menulis surat ini untuk terakhir kalinya. Dan ternyata surat ini untuk cucu cucu omah." Ujar Oika menaruh sebuah kertas di atas meja.

Mungkin ini surat warisan— pikir Lalea tak perduli. Ia hanya diam melihat surat yang sedikit lusuh itu.

"Dan nenek meminta cucu yang pertama kali baca itu kamu Lala." Ujar Kiyara melihat gadis sulung nya.

Lalea sedikit terkejut. Kenapa harus ia dulu yang lebih baca? Ia mengambil surat itu, melihat satu persatu orang yang berada di sekitarnya. Perlahan ia buka surat lusuh itu membaca setiap kata apa yang omah nya perintah,mengulang terus beberapa kalimat yang membuat Lalea sangat sangat terkejut. Matanya beralih ke arah Raregar atau yang biasa di sebut Egar. Perlahan surat itu jatuh dari tangan Lalea. Masih sangat terkejut ia langsung berlari menaiki tangga ke arah kamar tanpa memperdulikan panggilan mamahnya.

Off flashback>

Cklekkk

Pintu kamar Lalea terbuka,menampilkan sosok tubuh yang proposional dan dada bidangnya dengan tinggi semapai berjalan mendekat ke arah Lalea.

Lalea merubah posisi tidur nya menjadi  duduk. Menatap mata coklat terang itu dengan gugup. Untuk apa ia menghampiri Lalea? Tidak tau apa jantung Lalea sedang berdebar kencang? Bukan jatuh cinta, melainkan takut setengah mati.

"Ngapain?" tanya Lalea menunduk.

"Gue udah baca."

"Baca a-apa?"

"Surat wasiat omah."

Egar mengambil kursi belajar Lalea menyeretnya sampai di samping Lalea lalu Egar duduk sambil terus menatap Lalea yang menunduk. Dalam hati cowok itu terus mengulang kalimat nama ' Lala '

Tidak pernah menyangka sebelumnya akan menjadi seperti ini. Ia dan Lalea harus menikah. Itulah permintaan terakhir Omah nya. Lagi pula Egar heran kenapa Omah nya itu menyuruhnya menikahi sepupunya sendiri?.

"Kalau lo gak setuju gue bisa bilang ke Mamah." Ujar Egar masih menatap Lalea

"Tap—"

"Mamah pasti ngerti La." potong Egar menunduk. Memijit pelan kening nya yang terasa sedikit pusing. Jika mereka akan menikah, otomatis tanggung jawab Egar bertambah. Mau di kasih makan apa Lalea nanti jika mereka sudah menikah? Sedangkan Egar masih berstatus pelajar.

Ia tau keluarga nya sangat amat cukup. Hidup nya sedari kecil selalu mewah. Mau sesederhana apapun Egar,tetap saja kemewahan itu takan pernah lepas. Tetapi Egar tidak mau membiayai istrinya kelak dengan uang papah nya. Ia ingin hidup mandiri.

"Bukan itu." Kata Lalea pelan.

Lalea menatap wajah Egar takut-takut. Melihat Egar yang mengangkat alisnya tanda tidak mengerti. "Lo terima perjodohan ini?"

LaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang