Baris Rindu

15 0 0
                                    

Setiap baris rindu yang ku tuliskan dalam lembaran kertas, kini telah menjadi kenangan dan menjadi saksi bisu. Dari setiap untaian doa yang ku lantunkan semoga selalu berpihak kepadamu. Jika kita adalah satu maka ijinkan aku membisikan sesuatu ketelingamu
"Sayang Aku Rindu...."

Pertemuan kita kala itu hanya hitungan jam saja, dan aku mengira perkenalan kita hanya sampai disitu. Ternyata kau melanjutkannya dengan menanyakan nomor ponselku pada akun media sosial ku.

Arga: "Assalamualaikum"

Kenis: "Wa'alaikumussalam. Ia, ada apa ya bang?"

Arga: "kok belum tidur jam segini?"

Kenis: "Oh, hehe ia nih tadi lagi ngerjain tugas kampus."

Arga: "boleh minta nomor WhatsApp nya gak?"

Kenis: "Oh, boleh bang. Ini nomornya 08135*****60

Arga: "Terimakasih adek. Kita lanjut di WA saja ya?"

Kenis: "Sama-sama bang. Silahkan bang."

Seperti yang aku bilang, perkenalan mereka pun berlanjut melalui WhatsApp. Percakapan hingga larut malam pun mereka lakukan. Hari berganti minggu dan minggu pun berganti bulan. Tepat saat satu bulan pertemanan mereka Arga memiliki rasa pada Kenis namun, sebelumnya Arga sudah sering memberi kode dengan bahasa yang tidak mampu dicerna oleh Kenis mentah-mentah. Sebelum pertemanan mereka berjalan satu bulan, Kenis selalu mengatakan pada Arga.

"Anggap saja Kenis seperti adik kandung abang sendiri."
Namun entah mengapa Arga selalu menyangkal permintaan itu, Arga selalu membuat banyak jawaban setiap kali Kenis mengatakan hal itu pada Arga. Untuk pertama kali permintaan itu di lontarkan, Arga menjawabnya dengan
"Ah tidak mau lah. Nanti adek minta uang pada abang hehe."

Untuk kedua kalinya

"Ah tidak mau kalau sekedar abang dan adik nanti kita tidak bisa lebih." Dan kenis pun menjawab hal itu.

"Kalau tidak mau sebagai abang dan adik bagaimana kita jadi sahabat saja?"

"Ah tidak mau jadi sahabat". Jawab Arga

"Lalu abang maunya apa? Kita berteman jangan menggunakan perasaan ya?" Jawab Kenis dengan perasaan bingung, kenapa Arga selalu menolak bentuk hubungan yang aku sebutkan.

Kenis selalu menyelipkan kalimat itu disetiap kali Arga bicara yang akan membawa pembicaraan mereka mengarah kesana, hingga akhirnya Arga pun menanyakan satu hal pada Kenis.

Arga: "Ken, kenapa misalnya kalau kita berteman dengan perasaan?"

Kenis: "Ya... karena takut. Takut nanti kalau salah satu dari kita ada yang kecewa dan hatinya terluka."

Pembicaraan mereka pun lanjut tidak melalui Chattingan namun Arga menelfon Kenis dan membahas hal itu hingga tuntas. Sejak saat itu juga Arga lebih sering menghubungi Kenis dengan menelfon dibandingkan harus mengetik chatt. Arga pun mengulang pertanyaan itu hingga mereka bertarung, "jika salah satu dari kita ada yang berteman pakai perasaan maka dia kalah" jawab Kenis pada Arga dan Arga pun meng ia kan tantangan Kenis.

Hingga beberapa minggu kemudian Arga selalu mencari jalan untuk bisa mengutarakan isi hatinya pada Kenis dan Kenis pun bingung dengan sikap Arga akhir-akhir ini. Kenis tidak mau ke ge eran dengan sikap Arga, namun hal ini sudah terlalu sering dilakukan oleh Arga yang membuat Kenis tidak tahan untuk menanyakan hal serius ini pada Arga.

Kenis: "Apa abang menyukai Kenis?
Kenapa abang selalu membawa pembicaraan kita mengarah kesana?"

Arga: "Nanti adek juga akan tau semuanya."

Kenis: "Kenapa harus nanti? Kenapa tidak jawab jujur?

Arga: "Baiklah, ia abang menyukai adek dan abang juga tidak tahu sejak kapan rasa ini tumbuh dan semakin bertambah rasa itu."

Kenis: "berarti abang kalah dalam tantangan ini haha."

Arga: "Hehe ia dek, tapi abang benar-benar menyukai adek."

Kenis: "Apa yang membuat abang menyukai Kenis?"

Arga: "Tidak tahu. Abang cuma merasa nyaman sama adek dan adek mampu mengerti keadaan abang dan kondisi yang abang jalani saat ini."

Kenis: "Hanya itu kah? Tapi Kenis bukanlah seperti wanita yang abang idam-idamkan. Kenis tidak pintar, tidak cantik dan juga tidak terlalu suka baca buku sedangkan abang adalah pria yang pintar, kritis, sangat menyukai buku."

Arga: "Ah, itu bukanlah suatu masalah dan abang juga tidak memiliki kriteria khusus pada wanita. Cukup Gendernya wanita saja itu sudah bisa.

Dan percakapan mereka pun terus berlanjut. Arga sering melontarkan kata-kata cinta dan sayangnya pada senjanya, ia senjanya. Karena Kenis adalah wanita yang begitu menyukai senja dan Arga menyimpan nomor di kontaknya dengan nama Senjaku. Arga selalu menelfon Kenis setiap pagi sebelum Arga tidur pagi-pagi.

Ia, pagi-pagi dikarenakan Arga selalu sering bahkan hampir setiap hari Arga bergadang hingga pagi hari. Sebagai penghantar tidur nyenyaknya Arga menelfon Kenis dan menyemangati kenis di setiap paginya dan tidak lupa pula Arga selalu mengucapkan sesuatu pada Kenis.
Love you senjaku, semangat ya, sehat-sehat disana.

Itulah yang selalu Arga katakan pada Kenis sebelum Arga terbang ke alam mimpinya. Hari terus bergati dan pada akhir bulan itu Arga berpamitan pada Kenis bahwa dia akan pergi ke suatu Desa dan saat itu juga komunikasi mereka tidak lagi lancar seperti jalan tol dan tidak semulus kulit wajah tanpa pori-pori. Beberapa kali Arga mengabari Kenis dan mencoba untuk melakukan Video Call namun Kenis menolak panggilan itu yang membuat Arga pun sedikit kecewa.

Saat itu Arga benar-benar sibuk dengan aktivitasnya di Desa tersebut. Dan sangkin sibuknya Arga tidak sempat memberi kabar pada Kenis dan sekalinya Arga memberi kabar Arga mengatakan pada Kenis bahwa dia akan menelfonnya esok hari, namun keesokan harinya Kenis pun menunggu telfon Arga dari pagi hingga keesokan harinya. Kenis pun bertanya-tanya pada hatinya
"Kenapa dia berubah? Kenapa dia tidak menepati janjinya."

Minggu pun berganti bulan. Mereka pun menyambung komunikasi mereka yang sempat terputus.

(Dalam hati Kenis)

"Aku tidak ingin memutus hubungan apapun denganmu sebab kamulah orang yang aku cari dalam hidupku. Kesederhanaan yang kau punya adalah impian dalam hidupku, kemuliaan hatimu yang membuatku ingin tetap bersamamu."

Obrolan mereka di Chattingan pun mengundang pertanyaan dari Arga.

"Haha abang lucu seperti pelawak saja" jawab Kenis.

"Tapi adek suka kan?" Tanya Arga pada Kenis.

"Haha ia dong" dan Kenis pun tak sadar bahwa ucapan yang ia lontarkan tadi ada isi hatinya yang sesungguhnya.

"Adek suka dengan abang?" Tanya Arga.

"Ia bang." Jawab Kenis dengan tulus.

Namun komunikasi mereka tetap sama seperti yang aku katakan tadi. Tidak selancar jalan tol dan tidak semulus kulit wajah tanpa pori-pori. Beberapa bulan kemudian Arga hilang tanpa kabar dan semenjak saat itu Arga pun berubah tidak seperti dulu lagi.

Aku, Kamu Dan Ketentuan SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang