02. friends?

18 7 7
                                    

❛❛Your brother is always the first male friend you will have in your life.❜❜

—Ritu Ghatourey

🖤





Senin datang menyambut pagi. Membuat Adel harus bangun pagi, mandi, sarapan, kemudian berangkat menuju sekolahnya.

Iya sekolah, pemerintah sudah membuka kembali sekolah dan pembelajaran tatap muka selama 4 jam dalam sehari. Karena itu, kini ia harus kembali ke sekolah, bertemu guru-guru juga teman yang sebenarnya nggak ia rindukan itu. Entahlah, empat bulan sudah ia lewati hanya berdiam diri di rumah, membuatnya sedikit ragu untuk kembali ke sekolah. Karena pada kenyataannya, apa yang selama ini ia pelajari lewat daring justru membuatnya semakin tidak memahami materi pembelajaran dan terlihatnya semakin bodoh kalau dipikir-pikir. 

SMA. Sebentar lagi, habis sudah masa sekolahnya. 12 tahun bersekolah Adel jalani dengan baik.

Tapi tidak sebaik itu, terkadang ia pun pernah membolos, tidak mengerjakan pr, pura-pura sakit, pergi ke kantin saat jam pelajaran, dan masih banyak lagi kenakalan-kenakalan yang pernah ia lakukan dimasa sekolah.

Mungkin, kenakalan-kenakalan itu lah yang akan membuatnya rindu masa sekolah.

Jadi ia melakukan itu supaya ia mempunyai kenangan mengesankan, bukan hanya kenangan berangkat, belajar, dan pulang seperti anak sekolah pada umumnya.

Ia ingin mempunyai kenangan menjadi anak sekolah yang tidak biasa. Tapi juga tidak terlalu menonjolkan kenakalan-kenakalan yang dapat merugikan banyak orang pun dengan dirinya.

Adel itu anak IPS. XII IPS 1. Kelasnya berada tepat di dekat lapangan sekolah. Itu artinya, kelasnya berada di tengah sekolahan. Karena lapangan  berada tepat di tengah sekolahan.

Ribet? Ya pokoknya begitulah Adel dan kehidupannya yang dipenuhi oleh lika-liku kehidupan yang membingungkan pikiran dan batin.

Adel kini tengah memakai sepatu, menalinya asal-asalan kemudian menyelipkannya sembarangan ke dalam sepatu hitam yang lama-lama mulai memudar warnanya dan kusut.

Cakra yang sedari tadi sudah menunggunya lama sambil memanasi mobil yang akan membawanya menuju sekolah hanya mendengus, menahan sabar sebelum ia benar-benar menggeplak kepala adiknya yang kini dengan sengaja melambatkan menali sepatu yang tak kunjung selesai.

Plak!

"Woi?!" Adel berteriak pada sang kakak, kemudian mendengus. "Sakit njir!" ia mengelus kepalanya yang kena geplak Cakra.

"Buruan ogeb! Jam berapa ini?!" Cakra menunjuk jam tangannya, terlihat pada raut wajah jika ia benar-benar kesal.

"Baru juga jam tujuh kurang limabelas!" jawab Adel, sewot.

"Kakak masuk jam 8. Belum nganter kamu makan waktu 15 menit, ke kampus kakak 45-50 menit, belum nanti nyari parkir susah soalnya kampus kakak jalannya lagi diperbaiki, musti muter dulu." jelas Cakra yang hanya dibalas dengusan sang adik. "Iya, iya."

Adel memasuki mobil, pun dengan Cakra. Tak lupa ia memasang seatbelt. Kakaknya yang kini tengah memakai kacamata hitam, menoleh ke arahnya. "Dek, kakak ganteng nggak?"

Adel ingin muntah seketika.

"Jawab dek," Cakra menanyainya lagi. Adel masih diam, karena malas sekali meladeni sang kakak yang tingkat kepedeannya sudah melebihi batas wajar.

"Gantengan juga Jaemin." jawabnya kemudian.

"Alah, Korea mulu." sewot Cakra.

Adel diam saja karena saat ini ia sedang tak ingin berdebat dengan kakaknya. Kemudian, Cakra melajukan mobilnya menuju sekolahan.

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang