1.3. A Man in A Small City

647 84 37
                                    

Tidak mungkin untuk langsung mengambil keputusan. Kondisi pasien itu memang darurat dengan beling yang tertancap di sekitar area jantung. Selain terus meringis kesakitan, Dave dapat melihat bahwa korban kecelakaan tersebut mulai sesak napas, sebentar lagi bisa saja megap-megap layaknya ikan kekurangan air. Namun bagaimanapun, prosedur operasi yang hendak dilakukan adalah sangat berisiko. Silap satu langkah, fatal. Mereka perlu persetujuan dari wali korban terlebih dahulu.

"Dr. Robertson, kita tidak bisa langsung bertindak. Minimal kita harus menghubungi wali pasien untuk meminta persetujuan terlebih dahulu," usul Dave dengan mempertimbangkan segala probabilitas situasi yang mungkin dapat terjadi.

"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Korban kecelakaan itu, Ventricular Septal Defect. Masih diperlukan CT scan untuk memastikan kondisi organ dalam lainnya tidak bermasalah!" seru dr. Robertson tidak terima dengan usulan Dave, jari telunjuknya terus menunjuk-nunjuk ke korban yang berada tidak jauh dari mereka tersebut.

Masalahnya begini, mereka memiliki kode etik. Serta, sudah jelas setiap operasi perlu dilakukan atas izin dari keluarga pasien atau siapa pun walinya. Dave berpikir jauh, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak di-inginkan nantinya? Apa saja dapat terjadi di dunia ini tanpa bisa kita duga. Siapa yang dapat bertanggung jawab atas keselamatan pasien itu?

Di sisi lain, dokter berkulit hitam itu betul. Menunggu lebih lama lagi sama saja menyia-nyiakan peluang emas korban tersebut untuk dapat tetap bertahan hidup. Mungkin Dave bisa menyarankan mereka melakukan CT scan terlebih dahulu, sementara dia akan berusaha mencari tahu wali sang korban yang memungkinkan untuk dihubungi pihak rumah sakit.

Baru saja pria ber-iris mata biru itu hendak mengeluarkan isi kepalanya, pasien yang keadaannya sedari tadi mereka perdebatkan tampak sangat kekurangan oksigen. Dia terlihat berusaha menekan bagian dadanya sambil mencoba mencari bala bantuan. Semua bagian dari tim medis A yang dipimpin oleh Philip Gamma Robertson segera mendekati korban tersebut dengan langkah lebarnya.

Dr. Robertson mendengkus sejenak. Pria berkulit hitam itu juga tampak kalut. "Tidak ada waktu lagi. Siapkan ruangan operasi sesuai instruksi saya." Kemudian juga memerintahkan beberapa untuk mendorong brangkar korban tersebut ke ruang operasi. Dokter yang agak ber-isi satu ini memang tidak sabaran dan keras kepala, tetapi semua orang tahu bahwa beliau memiliki maksud yang mulia.

"Saya akan mencari tahu informasi kor---"

"Tidak cukup waktu, dr. Watson. Tolong carikan Ms. Collins untuk anestesi. Segera." Tanpa memberikan keterangan tambahan atau kesempatan bagi Dave untuk membantah, dokter berkulit hitam itu sudah dengan cepatnya menghilang bersama rekan satu timnya yang lain.

Dave mengacak-acak rambutnya. Semoga saja tidak terjadi hal yang tidak di-inginkan oleh mereka semua.

♡♡♡

Kalau ada kata-kata terlalu berat yang tidak dimengerti, silakan berikan komentar, nanti aku kasih keterangan di setiap akhir bab.

Jangan lupa dukungannya dengan pencet ☆ ya. Thank you.

-ARtLY: August 23, 2020-

With Love
Nade C❤

A Reason to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang