Kalian tahu senyuman? Ya.. Ibuku bilang jika kau tersenyum maka orang disekitarmu akan tersenyum juga!
Jadi untuk itu aku berjuang, entah disaat sedang sakit atau senang, aku selalu tersenyum, walaupun terpaksa, eh eh kalian tahu? Tapi mereka tak sadar bahwa aku senyum secara terpaksa.
Sebegitu sempurnakah senyumanku sampai mereka tak sadar bahwa di dalam tubuhku, di dalam hatiku bahwa perasaanku sedang hancur? Yah baguslah..
Tapi kukira senyumanku akan membuat orang tersenyum.. Yah.. Berhasil.. Tapi tidak kepada keluargaku..
Ahaha yah.. Aku belum pernah dianggap oleh kakakku.. Yah.. Begitulah, aku sudah berusaha membuatnya tersenyum tapi terus saja gagal.. Yang ada aku malah di siksa..
Tapi tak apa! Asalkan mereka senang aku juga senang, tak apa..
Sangat... Tidak menyakitkan sama sekali kok..
Lihatlah! Aku tersenyum.. Aku baik baik saja lho..
"Hhaahh..." Taufan sedang duduk di tepi kasur sembari menatap foto keluarganya diam
'Hanya karena candaanku yang berlebihan kalian menjauhiku..' Batin Taufan
"Bahkan saat aku sedang sakit parah pun kalian kira aku bercanda... Sampai seperti itu ya.." Gumam Taufan sambil mengusap fotonya lembut
"Foto ini.... Foto saat kita berlibur minggu lalu.. Walaupun kalian berfoto denganku secara terpaksa.. Tapi.. Setidaknya akhirnya aku punya foto bersama kalian.." Ucap Taufan lalu menyimpan fotonya di tempatnya lagi
"TAUFAN!! CEPAT KELUAR! KITA BERANGKAT SEKOLAH SEKARANG! DASAR LAMBAT!" Teriak Hali dari lantai bawah
"I iya kak! Mm.." Taufan segera menggendong tasnya lalu keluar kamarnya
"Ck.." Hali mendengus kesal lalu keluar bersama dengan yang lainnya.
"Tunggu.. Um.." Taufan pun hanya berjalan perlahan dari belakang
Taufan menatap ke enam saudaranya yang sedang bercanda dan mengobrol dengan sangat serunya.
Tentu saja tanpa mempedulikan keberadaannya, sudah biasa bagi Taufan disaat ia tidak dianggap, bahkan seperti ia dianggap tidak lahir di dunia ini.
'Aku juga mau bersama kalian...' Batin Taufan
Taufan menghela nafasnya, karena ia tahu yang ia pikirkan hanyalah sebuah ilusi semata saja.
Mana mungkin saudaranya akan mempedulikannya, toh ia pun tak dianggap sama sekali oleh mereka.
BRUK!
Ada seorang anak kecil yang terjatuh di hadapan Taufan, dan yah tentu saja itu membuat Taufan tersentak kaget.
"Ah.. Adik tak apa..?," Tanya Taufan sambil membantu anak kecil itu berdiri
"U ukh.. Mm... Lututku sakit.." Ringis anak kecil itu pelan dan matanya mulai berkaca kaca
"Ah! Kau disana.. Kakak mencarimu kemana mana, ah ya terima kasih sudah menolong adikku." Ucap seorang remaja, yang sepertinya itu ialah kakaknya anak kecil itu
"Sama sama.. Hati hati yah.." Taufan tersenyum tipis
Entah kenapa, hatinya sangat sangat sakit, ia jadi teringat saat kecil, selalu dilindungi oleh kakaknya Halilintar.
Taufan berjalan perlahan, sembari menatap sekitar, Melihat sekelompok keluarga yang bahagia.. Yang peduli satu sama lain, melihat adik kakak bersaudara yang saling menyayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last [One Shoot]
Short Story[SIAPKAN TISU SEBELUM MEMBACA❗❗❗] Kumpulan One Shoot sad ending, tentang seseorang yang terabaikan dan dikucilkan. Pengkhianatan, perpecahan bahkan saling membenci.Terkadang kebencian membawa sebuah petaka 'Seseorang akan sadar disaat orang yang ia...