Nungguin ya🤭
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Teguh nampak tidak suka dengan Dianti karena semenjak ada Dianti, Teguh di abaikan oleh Febian. Teguh sampai merengek tapi Febian mencoba mengabaikannya.
"Sebentar ya, Teguh. Teman Papa mau bicara dulu."
"Aku nggak mau, Papa.'
"Sebentar saja, ya?" Teguh kesal dan ia akhirnya diam.
"Jadi gimana sama proyekku?" tanya Febian.
"Tenang, semua berjalan lancar kok, kamu tinggal siapkan tim kamu dan persiapkan semua dengan matang. Satu bocoran lagi, kalau proyek mu ini berhasil maka kamu akan mendapatkan kenaikan jabatan, Ian."
"Oh ya?" Dianti mengangguk semangat.
"Kamu senang?"
"Tentu saja, siapa yang tidak senang dengan rencana ini." Dianti tersenyum dan perlahan ia menggenggam jemari Febian membuat Febian tersentak kaget.
"Di!"
"Jangan salah paham, aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu saja."
"Oh, ya, terima kasih."
"Sama-sama." Tanpa mereka sadari Teguh terus memantau mereka dari mata tajamnya. Ia bahkan tak suka melihat sang Papa berpegangan tangan dengan wanita itu. Tapi, ia tidak bisa mengacau karena belum waktunya.
Dan Teguh pun memiliki ide.
"Papa, aku mau main!" serunya. Febian menoleh begitu pula Dianti.
"Main apa sayang?"
"Main tembak-tembakan air, Pah."
"Oh itu, oke."
Teguh berniat mengajak Dianti tapi ternyata Dianti lebih dulu meminta ikut serta. Teguh pun mengangguk senang.
"Ayo Tante, Teguh senang kalau Tante ikut," jawabnya semangat. Febian sampai heran melihat perubahan Teguh. Padahal tadi ia terllihat tidak suka dengan Dianti kenapa sekarang malah nampak semangat mengajak Dianti bermain.
Apa pun alasannya Febian senang karena Teguh sudah lunak pada Dianti.
Sebenarnya Ian agak takut juga kalau Rose sampai tahu ia pergi dengan Dianti seperti ini. Tapi, tidak mungkin kan ia mengusir Dianti? Toh, Febian tidak melakukan hal-hal aneh yang menjerumus pada perselingkuhan. Eh, selingkuh? Ah, sudah jangan bahas itu posisinya tidak tepat dan sulit di jelaskan mana selingkuhan mana bukan.
"Papa!" Febian tersentak kaget.
"Ya?"
"Aku dari tadi panggilin Papa malah diam aja, itu tuh tempat mainnya, ayo beli koin."
"Iya sayang, maaf ya."
"Teguh," panggil Dianti.
"Apa?" jawabnya.
"Kalau sama orang tua itu tidak boleh kasar, kamu kan udah besar harusnya udah ngerti dong, memangnya Mama mu tidak pernah mengajariku tatakrama ya?" Febian terkejut Dianti mengatakan hal itu pada Teguh.
"Di ...."
"Apa itu tatakrama, Tante?" tanya Teguh yang membuat Febian menghentikan ucapannya.
"Astaga tatakrama saja kamu tidak tahu ya?" Teguh menggeleng.
"Tatakrama itu ...."
"Oke nanti saja jelasinnya Tante, kita kan mau main buka mau belajar. Ayo, Pah!" Teguh menarik lengan Febian untuk masuk ke tempat bermain. Dianti yang di abaikan mereka sangat kesal. Teguh cilik itu nampaknya sangat membahayakan bagi hubungannya dengan Febian. Padahal ia bukan anak kandung tapi gayanya selangit.