Rose tengah memasukkan pakaian yang habis di setrika ke dalam lemari. Sementara Febian tengah sibuk mengotak-atik laptopnya.
"Kenapa laptop mu, Mas?" tanya Rose. Febian menoleh sekilas lalu fokus lagi pada laptopnya.
"Blank nih, mana kerjaan belum kelar lagi," keluhnya.
"Kenapa nggak di bawa ke tempat servis aja?"
"Gitu ya?"
"Iyalah dari pada utak-utik sendiri lama, makan waktu, ya kan?"
"Ya sih, yaudah deh, aku ke tempat servis dulu ya."
"Iya."
"Teguh ajak nggak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Terserah kamu lah. Kalau ribet ya nggak usah."
"Berarti ajak," putusnya. Rose bengong lalu geleng-geleng kepala. Febian pun bergegas merapihkan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu ia pamit pada Rose dengan cara mencium keningnya.
"Aku pergi ya," serunya.
"Dompet?" Langkah Febian terhenti lalu kembali dan mengambil dompetnya.
"Oke, sudah, aku pergi ya!"
"Kunci mobil." Kembali langkah Febian terhenti dan mengambil kunci mobilnya.
"Yups, lengkap, bye sayang!"
"Cium bibir dan pelukkannya?" Kembali Febian menghentikan langkah dan bukan hanya itu ia taruh semua barang yang ia bawa kemudian mengunci pintu kamar. Rose tertawa melihat Febian yang sudah bermuka serius.
"Benar-benar lupa yang ini," ujar Febian yang langsung menarik Rose sampai ia teriak kaget. Mereka bercumbu singkat siang itu.
"Sudah beres, tidak ada yang tertinggal dan yang mengganjal." Febian memainkan kedua alisnya. Rose hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.
"Sudahkan, beneran nggak ada yang ketinggalan lagi?" Febian mencoba memeriksanya.
"Aman."
"Oke aku berangkat sayang."
"Ya, hati-hati."
Febian pun benar-benar keluar dari kamar dan mencari Teguh. Teguh yang tengah main sepeda dengan Kakek di panggilnya dan di ajaknya pergi ke tempat servis. Dengan riang Teguh mengiyakan dan langsung ikut begitu saja.
Sepanjang jalan Teguh tidak bisa diam, ia melihat kanan dan diri, berseru dan bertanya yang harus kudu wajib di jawab oleh Febian. Tentu saja Febian akan menjawabnya dengan baik dan benar agar pengetahuan Teguh bertambah. Karena belajar itu bukan hanya di sekolah tapi di mana pun kaki berpijak.
Mereka akhirnya sampai di tempat servis dan Febian langsung turun di susul Teguh. Teguh nampak melihat-lihat kanan kiri karena ia baru pertama kali ke tempat servis elektronik.
"Papa, itu seperti laptop Papa."
"Iya, sama."
"Yang itu seperti ponsel Papa."
"Iya."
"Kalau yang itu seperti ponsel Mama."
Febian menahan tawanya karena Teguh tak mau diam. Ia pun menggandeng Teguh dan menuju counter yang akan memperbaiki laptopnya. Febian duduk dan menjelaskan masalahnya.
"Teguh, jangan ke mana-mana, duduk di sini samping Papa.'
"Ya, Pah."
Teguh benar-benar duduk diam di samping Febian sementara Febian sibuk menjelaskan masalah laptopnya dan berapa kira-kira bayarannya.