Sakha : 01

56 3 1
                                    

Ganteng! adalah kesan pertama gue waktu pertama kali melihat lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng! adalah kesan pertama gue waktu pertama kali melihat lo. Tanpa tahu kalau ternyata esoknya gue gak bisa berhenti untuk gak mikirin lo.

===

"Cepetan, Dek!"

"Lari!"

"Woy, cepet!"

Ini adalah hari ketiga sekaligus hari terakhir PKKMB tingkat universitas yang harus gue hadiri, sebelum esok beralih pada tingkat Fakultas. Gue baru saja turun dari ojol ketika suara para senior yang berwajah masam dan sangar itu sudah terdengar bahkan dari radius 200m sebelum gue mencapai gerbang kampus. Mereka meneriaki para mahasiswa baru yang datang dan bikin suasana jadi agak suram. Padahal seharusnya cuaca Jakarta akan cerah hari ini.

"Cepet, Dek!"

Hhhhh, harusnya gue pura-pura sakit aja di kostan.

"Woy lari!"

Gue berupaya keras untuk gak mengeluh, karena bagaimanapun hal-hal yang menurut gue kurang menyenangkan sekarang pasti ada alasannya. Tapi wahai kakak-kakak senior, ini baru jam enam pagi! Terhitung masih ada sisa waktu dua jam sebelum acaranya dimulai. Kenapa kami (para maba) harus diteriakin untuk lari?

Maba lain, yang kebetulan datang bersamaan dengan gue langsung lari menuju tempat absen. Mungkin mereka juga empet dan mengeluh dalam hati seperti gue, tapi mereka memilih jalur aman dan nurut-nurut aja. Gue juga sebenarnya gak ingin cari masalah sama senior, apalagi sampai diingat mukanya. Cuma maaf banget Kakak-kakak yang galak, gue baru habis makan banget jadi gak mau lari.

"Anjir, disuruh lari juga!"

"Heh! Gak tahu caranya lari ya?!"

Pura-pura gak dengar adalah jalan ninjaku supaya gak bersikap makin bar-bar. Beruntungnya di tahun 2019 ini sudah sangat dilarang praktik kekerasan fisik kepada maba oleh senior (meski demikian di beberapa daerah dilaporkan masih ada). Gue selamat sampai tempat absen tanpa harus lari dan tanpa harus mengalami hal buruk, selain tatapan sinis dan teriakan menyebalkan tentunya.

"Kelompok 3 langsung absen ya. Kamu FISIP, kan? Yang paling kanan sama Hansel, habis itu langsung ke lapangan."

Gue mengangguk mendengar ucapan Kak Fenny, mentor kelompok gue yang selalu sigap memberi instruksi di dekat tempat absen setiap pagi. Untungnya selain para senior yang menjaga gerbang, senior lain bersikap baik dan ramah. Coba kalau semuanya galak-galak, bisa sawan gue pergi ke kampus.

Beranjak ke meja paling kanan, gue menemui senior yang tadi disebut bernama Hansel. Cowok yang sejak hari pertama bertugas di tempat absen selalu pakai topi hitam dan menutup sebagian wajahnya menggunakan masker. Kelakuan yang aneh, tapi bisa jadi dia cuma lagi pasang image misterius.

"HI, Politik, atau Komunikasi?" Suara beratnya langsung menyambut setiba gue berdiri di hadapannya. Ketika gue baru mau membuka suara, dia sudah menjawabnya lebih dulu. "Muka-muka anak Komunikasi, nih absen di sini."

Jari telunjuk Kak Hansel menunjuk ke arah map kuning dimana ada kertas A4 berisi daftar nama-nama mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi. Selagi gue mencari nama gue di sana, suara berat lainnya datang. Mengomentari perkataan Kak Hansel barusan.

"Sok tahu lu, segala muka-muka anak Komunikasi."

"Lah emang bener, cuma sesama anak Komunikasi dah yang paham."

"Gaya lu, Han."

"Dih, lu lihat aja tuh nametag-nya."

"Shiena Kiara Wafa, Ilmu Komunikasi."

Mendengar nama gue disebut (dibaca sama itu orang), gue relfeks mengangkat kepala.

"Ketemu gak namanya?"

"Ketemu gak namanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng!

Setidaknya tiga detik gue terpesona oleh parasnya dan disaat itu lagi-lagi Kak Hansel lebih dulu menjawab sebelum gue sempat membalas pertanyaan senior ganteng yang gak gue ketahui namanya. "Kalau gak ada namanya berarti lu belum bayar."

"Udah bayar kok, Kak." Kata gue sambil kembali fokus mencari nama gue.

Kak Hansel malah tertawa, lalu mengambil alih daftar absen. "Sini deh gue cariin nama lu."

"Sok baik dah lu."

Senior ganteng itu agaknya rada julid.

"Apesik, gue kan cuma bersikap baik sebagai seniornya dia."

Menggelengkan kepalanya, si senior ganteng kembali bicara pada gue. "Hati-hati sama si Hansel, gak ada adab dia."

"Anjrit emang lu," balas Kak Hansel sambil ketawa. "Nih Shiena, tanda tangan di sini."

"Tuh kan sokap banget manggil-manggil nama," ucap si senior ganteng. "Liat aja nih mukanya sok ditutup-tutupin kayak penjahat."

"Pft."

Gue tertawa kecil mendengar candaannya, ditambah lagi saat Kak Hansel bilang 'lu juga anj*ng' malah dapat geplakan di kepala oleh Kak April (tim kesehatan) yang kebetulan lewat dan gak sengaja dengar. Tangan gue jadi gemetar karena mau tertawa dan hasilnya tanda tangan gue jadi gak karuan bentuknya.

"Gak ada panutannya banget lu jadi senior."

"Abisnya gara-gara si Monyet tuh mencoba jatuhin nama gue depan maba."

"Kan, kan, kasar lagi."

"Iye-iye maaf, Pril."

Gue bingung antara langsung aja pergi ke lapangan atau permisi dulu, maka untuk sesaat gue mematung di tempat. Hingga tanpa aba-aba suara berat masuk menelisik ke dalam telinga, memecahkan seluruh atensi.

"Kumpul sono ke lapangan, apa mau dianter?"

Dia ... punya pesona yang menarik dan gak bisa dilawan!

=to be continued=

14 Juli 2021

Sakha & ShienaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang