21

12.1K 2.1K 122
                                    

Rabu (22.11), 05 Agustus 2020

Masih dikit juga, tapi gatel pen update ☻

Pengen cerita ini tamat di 20an bab aja. Tapi gak tau bisa apa nggak. Biasanya kalau aku bikin cerita selalu molor berbab-bab -_-

------------------------

"Sungguh? Kau tidak keberatan?" Meisya bertanya ragu saat Zie menghentikan mobilnya di halaman rumah kontrakannya.

"Tentu saja," Zie tersenyum geli seraya turun dari mobil. Meisya mengikuti sambil menggendong baby Bo yang tengah terlelap. "Rumahku tidak besar. Tapi ini pasti jauh lebih nyaman daripada hotel," lanjut Zie seraya membuka pintu.

"Kau baik sekali." Meisya tersenyum berterima kasih pada Zie.

"Mungkin tidak terlalu baik," Zie meringis. "Bo pasti akan merepotkan Anda."

"Kau masih bersikap formal."

"Oh, maaf—err, Tante."

"Itu lebih baik." Meisya tertawa pelan. "Dan Bo sama sekali tidak merepotkan. Dia sangat tenang." Meisya mencium lembut puncak kepala baby Bo sementara si kecil berbaring nyaman dengan pipi menempel di pundak Meisya. "Persis sekali putra Tante saat sekecil ini. Tapi sekarang jelas dia bukan bocah yang tenang. Ah, kalau dipikir-pikir, baby Bo sangat mirip John saat kecil."

"Siapa?" Zie yang sedang menyiapkan boks bayi baby Bo bertanya.

"Anak Tante. Bo sangat mirip dia."

"Yang sedang Tante cari di kota ini?"

"Iya."

"Kalian terpisah atau bagaimana?"

Meisya tertawa kecil. "Tidak sedramatis di film-film. Kalau aku menunggu, atau mendesaknya lebih keras, dia pasti pulang. Hanya saja—" Meisya mendesah. "ada sedikit masalah yang membuatku merasa harus menemuinya."

Pembicaraan terhenti saat Meisya membaringkan baby Bo lalu Zie menepuk-nepuk bokong si balita agar semakin terlelap. Setelahnya mereka keluar dan Zie menunjukkan kamar untuk Meisya.

"Semoga Tante merasa nyaman."

"Ini lebih dari nyaman."

Setelah Meisya meletakkan tasnya di kamar lalu bergabung dengan Zie di dapur yang sedang menyiapkan makan siang, Zie melanjutkan obrolan yang terputus sebelumnya.

"Jadi, sebenarnya Tante tahu di mana putra Tante tinggal dan nomor teleponnya?"

Meisya mendesah. "Sama sekali tidak tahu."

"Lalu bagaimana Tante yakin dia ada di kota ini?"

"Dari seseorang. Intinya Tante percaya orang ini. Tapi dia tidak bisa memberitahu lebih."

Zie mengangguk paham. "Jangan khawatir. Aku pasti akan membantu. Yah, memang aku termasuk orang baru di kota ini. Belum mengenal banyak orang. Tapi kurasa itu lebih baik daripada Tante mencari sendirian."

"Kau benar. Sekali lagi terima kasih."

"Aku bahkan belum membantu apapun," Zie tersenyum malu.

"Tempat ini jelas bantuan yang sangat besar. Sini biar Tante yang mengupasnya. Kau masak apa?"

"Hanya sup biasa dan ayam goreng. Ayamnya juga sisa tadi pagi." Zie tampak menyesal. "Kalau tahu aku akan kedatangan tamu, aku pasti—"

"Ini sudah lebih dari cukup. Jangan membuat Tante merasa tidak enak."

"Bukan begitu."

Meisya mengibaskan tangan. "Lupakan tentang makanannya. Jadi, kau hanya bertiga di sini?"

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang