Selamat membaca, Semoga suka💙Pagi ini cahaya matahari terang seperti biasa. Akhir-akhir ini Bandung memang sedang musim kemarau, alhasil meskipun masih pukul enam pagi cahaya matahari sudah menyebar sampai ke kamar seseorang gadis yang sedang bergelut di atas selimut tebalnya.
Gadis itu bernama Haura, lebih tepatnya Haura Cesilia Agrena.
Haura bergerak gelisah dibalik selimut tebalnya, matanya menyipit kala merasa sinar matahari menusuk matanya.
Siapa sih yang buka gorden kamar? Batinnya kesal.
Haura menyingkap selimut tebalnya, lalu ia mengubah posisi tidurnya jadi membelakangi cahaya matahari.
"Panas banget sih, ini Ac nya mati apa gimana?" gumam Haura kesal.
Kantuk yang sedari tadi sudah menyerang seketika sirna. Suasana kamar yang sedikit panas serta cahaya matahari yang masuk menyinari punggung Haura membuat gadis itu kesal.
Siapa yang tidak kesal jika tidurnya diganggu? Tadinya Haura akan menghabiskan hari Minggunya dengan tidur. Tadi malam Haura begadang menyelesaikan episode drakor yang baru saja ia unduh. Rencananya pagi ini Haura akan tertidur hingga siang. Tapi sekarang? Sepertinya semua itu gagal dilakukan karena ulah seseorang yang sudah membuka gorden dan mematikan Ac nya.
"Siapa sih yang matiin Ac?! Kalau Bi Inah sih gak mungkin, orang semalem gue udah bilang kalau besok mau tidur sampe siang."
Haura mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar, seketika pandangannya terpaku pada tubuh seseorang yang berdiri didepan jendela dengan posisi membelakangi dirinya.
"Lo siapa?!" Pria itu menatap Haura sedetik, lalu setelah itu kembali menatap jendela kamar Haura.
"Heh! Gue tanya lo siapa?!" kesal Haura.
"Lo bisa ngomong gak sih?" sambungnya.
Haura berjalan mendekati pria itu, lalu berdiri disampingnya.
"Halo... dengan siapa saya berbicara?" ujar Haura.
Alih-alih menjawab, pria itu tetap bergeming di tempatnya. Kedua matanya sibuk memperhatikan pemandangan yang terlukis dibalik jendela.
"Kalau lo gak mau ngomong gue panggil Mama nih," ancam Haura.
Saat Haura akan pergi meninggalkan kamar, tiba-tiba sepasang tangan kekar memegang bahunya lalu menariknya pelan hingga punggung Haura menabrak dada pria itu.
"Jangan."
Pria itu membalikan tubuh Haura menjadi menghadap dirinya.
"Jangan bilang Mama kamu," larang pria itu.
Haura mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa?" Dari sekian banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya hanya kata itulah yang keluar dari mulut Haura.
"Belum waktunya," ujar pria itu.
"Oke, gue gak akan bilang Mama gue. Tapi jawab pertanyaan gue, lo siapa? dan Kenapa lo bisa masuk kamar gue?"
"Saya bisa masuk karena ada pintu itu," ia menunjuk kearah pintu putih yang ada di depan mereka.
"Aish... maksud gue kenapa bisa masuk padahal semalam pintunya gue kunci?"
"Kamu lupa kunci pintunya , jadi saya masuk."
Haura berfikir. Masa sih padahal gue ingat banget kalau semalam pintunya udah gue kunci. Batin Haura.
"Terus, lo ngapain masuk kamar gue? Mau maling?"
Pria itu mengangguk kecil.
Haura membulatkan kedua matanya. "Serius? Tapi, tv, handphone, sama laptop gue masih aman. Emang lo mau maling apaan?"
"Hati kamu," ujar pria itu.
"Hah? Gimana-gimana?"
Pria itu menghela nafas kecil, lalu membalikan badannya membelakangi Haura.
"Lupain," ujarnya.
"Lo sebenarnya siapa sih? Kenapa bisa nyasar ke rumah gue? Kenapa gak ke rumahnya Nita aja?" ujar Haura. Fyi Nita adalah tetangganya Haura.
"Karena disana gak ada kamu," ujar pria itu.
"Jadi lo kesini karena ada gue?" tanya Haura.
Tanpa menatap Haura, pria itu mengangguk.
"Emang mau ngapain?"
"Saya mau jagain kamu," ujar pria itu.
"Kenapa harus dijagain? Gue bukan ratu, atau anak konglomerat yang harus dijagain. Gue bisa jaga diri gue sendiri," ujar Haura.
Pria itu membalikan tubuhnya menatap Haura yang berada tepat disampingnya.
"Gak bisa, saya harus jagain kamu. Ini perintah!" tuturnya.
Haura semakin bingung dibuatnya.
"Perintah siapa?"
"Kamu banyak tanya ya," ujar pria itu.
Haura memutar bola matanya jengah. "Gue banyak tanya karena penasaran."
"Tapi saya pusing denger kamu ngomong terus," balas pria itu.
Haura duduk di sofa kamarnya karena lelah terus terusan berdiri. Dan tanpa Haura sangka pria itu ikut duduk disampingnya.
Suasana menjadi hening. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing masing.
"Lo Alien?" tanya Haura tiba-tiba. Pria itu menarik sebelah alisnya merasa tak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Haura.
"Atau jangan-jangan lo Vampir? kulit lo putih banget, muka lo juga pucet," sambung Haura.
"Saya bukan Vampir," ia menyangkal.
"Ya terus, lo Hantu? Dedemit? Atau—"
"Saya Rafka ...."
Terimakasih sudah meluangkan waktunya...
Stay tune and see you soon💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is he?
FantasySebenarnya dia itu siapa? *** "Rafka? Rafka siapa?" tanya Anita. Haura menunjuk Rafka yang sedang tertidur di sofa. "Dia." "Apasih Ra, di sana gaada siapa-siapa. Kamu halu kali," ujar Anita. "Ma, Haura gak halu! Haura bener kok. Coba mama lihat c...