empat. (M)

3.1K 334 24
                                    


tags for this chapter : mature content - dry humping.


***


you're my downfall, you're my muse

my worst distraction, my rhythm and blues


you're my end and my beginning

all of me - john legend


***

Jimin tidak pernah menyangka bahwa menghabiskan waktu bersama Jeongguk terasa begitu menyenangkan. Jeongguk memberikan apa yang Jimin rindukan, apa yang Jimin butuhkan.

Kali pertama Jimin melangkahkan kakinya ke dalam hutan dan membiarkan wujud serigalanya mengambil ahli rupa manusianya, Jimin nyaris menangis. Perasaannya campur aduk, bertalu-talu dalam haru dan bahagia. Ia tidak bisa mewujudkannya dengan berucap, tetapi dentuman luar biasa dari jantungnya cukup membuktikan betapa bahagia dirinya saat membiarkan kakinya menapaki lembapnya daratan di bawahnya.

Betapa ia merindukan nalurinya bekerja tanpa patuh, tanpa arahan, sesuka hati menggiringnya kepada apapun yang sedang menantinya. Berserah kepada dirinya, kepada serigalanya, secara utuh tanpa ada hambatan. Betapa ia merindukan sensasi mengendus aroma mangsanya yang menggiurkan, membuatnya berlari tanpa lelah mengikuti jejak mangsanya yang terpapar di atas permukaan tanah maupun berbaur bersama udara yang sedang ia hirup.

Jimin merindukan kebebasannya untuk berburu di hutan.

Merasakan angin bertiup kencang melawannya seiring dengan langkahnya yang terus berpacu dengan cepat. Merasakan taringnya merindu untuk sekedar menancap. Menghirup bau segar darah dari daging mangsanya serta merasakannya dalam indera perasanya. Amis, tetapi menggiurkan dan Jimin sangat menyukainya. Semuanya terasa begitu sempurna. Terasa begitu benar dan sesuai pada tempatnya.

Ketidakhadirannya selama dua tahun mungkin membawa dampak kepada tubuhnya yang kini menjadi lebih mudah untuk merasa lelah. Tidak sekuat dulu, tidak secepat dulu. Tetapi Jimin tidak peduli. Berkurangnya tenaga dalam tubuhnya bukan berarti akan mengurangi nikmatnya perasaan yang ia rasakan saat mampu kembali menjajaki setiap wilayah hutan yang terbentang luas di wilayah teritorial kawanan Jeon.

Dan melakukannya bersama Jeon Jeongguk tentu saja terasa lebih berbeda.

Jimin tidak mengingat apapun selain sederet perdebatan dan perkelahian yang ia lakukan di tahun-tahun sebelumnya bersama Jeongguk saat berburu. Masa ketika mereka saling berusaha untuk menyaingi kemampuan satu sama lain. Masa ketika menjadi pemenang dan mengalahkan satu pihak terasa lebih nikmat dari hakikat untuk berburu.

Saat ini tidak ada perkelahian di antara Jimin dan Jeongguk. Oh. Tentu saja mereka masih saling berdebat tentang hal-hal kecil—mungkin hal ini tidak akan pernah lepas dari dinamika hubungan mereka berdua. Akan tetapi, perdebatan tersebut tentu sudah kalah, didominasi oleh kerja sama dan keakraban yang masih terselubung di balik rasa malu dan canggung.

Tidak ada lagi keinginan untuk menjadi pemenang dan saling mengalahkan. Hanya keinginan untuk melangkah dan berburu bersama.

Jeongguk adalah teman Jimin untuk berburu. Bahkan, jika ingin membuat dirinya meremang dan merasakan gelitik yang menjalar dari perut ke sekujur tubuhnya, Jeongguk bukan saja teman berburunya tetapi calon teman hidupnya. Jimin kerap terlena dengan angannya yang mengajaknya berkelana dalam khayal tentang masa depannya bersama Jeongguk. Membuatnya tanpa sadar menguarkan feromon yang terhirup begitu manis. Membuatnya kehilangan penyanggahan yang tepat kala Jeongguk kembali menyerangnya dengan serentetan kalimat yang membuatnya ingin terhempas jauh dari tempatnya berdiri.

Omega Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang