•Genit dikit•

22 8 3
                                    


Enjoyy sahabat :)

Kini motor Nathan sudah terparkir rapi digarasi rumah orang tua Natha dan Nathan. Rumah mereka berdua hanya bersebelahan namun disatukan dengan pagar yang melingkar.

Paham?

Atau nggak?

Mampuss.

"KAKEK!" teriak Natha sambil membuka pintu kamar kakeknya.

Natha memang ciri-ciri cucu durhaka. Untungnya sang kakek tidak memiliki riwayat jantung.

Dan ya, bisa ia lihat kakeknya-Alfa, yang duduk dikursi roda sembari membaca buku juga kacamata yang bertengger dihidungnya. Kakek Natha tidak sedang sakit atau yang lainnya, namun umurnya yang sudah menginjak 80 tahun membuatnya kesulitan untuk berjalan. Lalu Rafa ayahnya memberi kursi roda agar memudahkannya.

"Natha bawain gado-gado kesayangan kakek lohh," kata Natha sambil meletakkan gado gado yang sudah dipindahkan ke dalam piring diatas meja.

Alfa melepaskan kacamatanya dan menutup bukunya, "Terimakasih," katanya dengan suara serak khas orang tua, lalu menyuapkan gado-gado itu kemulutnya.

Natha hanya mengangguk lalu melemparkan tubuhnya ke kasur milik kakek. Ia sedang memikirkan sesuatu.

Masa gue harus tanya sama kakek? Batin Natha.

Namun baru saja Natha membuka mulutnya, pintu kamar kakek tiba-tiba dibuka dan menampakkan wajah Nathan dengan cengiran khasnya.

"Belom pulang lu?" tanya Natha bermaksud menyindir. Sejujurnya, ia bosan melihat wajah tampan nan tengil Nathan. Setiap pagi ia melihat Nathan yang sudah berbaring disofa empuk rumahnya dengan kedua tangan memainkan ponsel. Saat siang hari, ia dan Nathan harus membelikan gado-gado untuk kakek. Jika sore, biasanya Nathan akan bermain dengan kirana adiknya atau hanya numpang makan dan mandi dirumahnya. Dan ketika malam, Nathan hanya sekedar ngopi-ngopi bersama papa Rafa.

Maklum, Nathan anak tunggal dan kedua orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Melupakan seorang Nathan tampan nan malang yang butuh akan kasih sayang.

Sial, kenapa bahasanya jadi jijik begini?

Oke, back to topic.

"Mama Arsi nyuruh lo kebawah," kata Nathan sambil menduduki kursi kosong tepat disebelah kakek Alfa.

Natha mengernyit. Sepertinya ia tidak membuat kesalahan apapun.

"Disuruh ngapain bang?"

Nathan menggedikkan bahunya sambil tangannya mencomot kerupuk gado-gado milik kakek Alfa dengan wajah menyengir tanpa dosa. Sang kakek hanya menghela napas. Sudah hafal dengan sifat para cucunya.

"NATHA!"

"Anjir lah, nyonya udah marah pasti," gumam Natha segera bangun dari posisi tidurnya karena mendengar teriakan maut mami. Ia berjalan dengan malas sambil melebarkan pintu kamar kakeknya.

"NAYLTHALIA QUEEN ARSHAFIN! PINTER YA KAMU SEKARANG. DIPANGGIL MAMINYA MALAH DIEM AJA. "

Natha menjadi kelabakan sendiri. Ia langsung lari terbirit-birit menghampiri asal suara mami Arsi.

"IYA NYONYA! BABU SEGERA DATANG!"

Nathan sampai tertawa terbahak bahak melihat kelakuan anak dan ibu itu yang sifatnya hampir sama. Namun Nathan tertawa hanya untuk sesaat, karena kemudian, ia jadi merindukan suasana harmonis keluarganya.

Hiks

***

Disepanjang perjalanan, Natha berkomat-kamit dengan kesal bahkan sesekali ia mengumpat kasar. Ia merasa begitu kesal dengan Arsi. Tangan kirinya mengepal kuat sambil memegangi stang motor.

Before I'm PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang