Hari senin telah tiba, kini Nita telah siap dengan seragamnya tak lupa dasi yang biasanya jarang ia pakai kecuali hari senin karena nanti pasti ada pemeriksaan atribut.
Sesampainya di kelas dirinya belum melihat Vika padahal 15 menit lagi sekolah masuk, ia memcoba menghubungi Vika tapi tidak ada jawaban. Kini ia tengah berbaris di lapangan sendirian karena biasanya ia dengan Vika tetapi sahabatnya itu belum sampai juga.
Saat tengah membenarkan topi yang ia pakai seseorang menepuk pundaknya membuat ia refleks menoleh.
“Vik, lo baru dateng?” tanyanya setelah tau bahwa itu Vika.
“Gue kesiangan, terus tadi hampir aja gue ga bisa masuk soalnya gerbang mau ditutup sama satpamnya, btw topi gue udah bener kan?”
“Udah, baris yang bener entar kena marah sama guru”
~ ~ ~ ~
“Kalian ga kekantin?” tanya Tia.
“Kita tadi habis upacara ke koperasi jadi sekarang ga ke kantin” jawab Vika.
“Pupi juga?”
“Yoi tadi dia ikut”
“Yaudah Ziv kita berdua doang”
“Ok”
Nita tengah melihat kebawah dimana murid-murid pergi ke kopersi sekolah. Tanpa sengaja ia melihat sekelompok siswa dengan pakaian tak rapi keluar dari koperasi saat tau mereka siapa dirinya langsung mengalihkan pandangan ke arah lapangan sekolah. Vika yang mengetahuinya menatap bingung.
“Kenapa lo Sa?” tanyanya.
Nita hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menatap ke lapangan.
Vika melihat kebawah dan mengetahui kenapa sahabatnya mengalihkan pandangan, “Oh.. gue tau, udah lah biarin nanti ada les ipa lo berangkatkan?”
“Iya”
Bel telah berbunyi kini lima siswi tengah menunggu guru yang akan mengajarkan les mereka.
“Gaes lesnya telat sebentar guru kita ada urusan, gue sama Tia mau keluar ada yang ikut?” ucap Ziva yang baru saja datang dari ruang guru.
“Gue ikut” Pupi mendekatti Ziva.
“Kita enggak” ucap Vika.
Kini di kelas hanya Nita dan Vika yang tengah membaca buku untuk pembelajaran nanti. Karena bosan Nita membuka handphonenya dan mencari tau untuk kelanjuttan sekolahnya.“Vik, lo sekolah di Malay boleh ga?” tanya Nita masih mencari informasi.
Vika termenung sebentar memikirkan, “Gue mau, tapi ortu gue ga tau bolehhin enggak”
“Gimana minggu depan lo tanya ortu lo gue juga, karena mereka entar pulang”
“Boleh juga tuh”
“Seminggu ini kita cari sekolahnya dulu gimana?” saran Nita.
“Oke, gue juga cari deh” jawabnya kemudian mengambil handphonenya dari loker meja.
~ ~ ~ ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Teen FictionKeadaan yang ada berbeda dengan keinginan Berawal dari biasa saja, berubah menjadi sangat jauh dari kenyataan #23 - forget Aug, 20 #58 - remember Aug, 20 #83 - ingatan Sep, 20