Diselamatkan?

42 6 9
                                    

Aku membuka mataku, cahaya matahari membuatku terbangun. Aku merasa bahwa pendarahan kecil di lenganku telah tertutup. Walaupun begitu aku mendapatkan sakit yang luar biasa dan masalah terbesar adalah kurungan yang belum terbuka, walaupun cukup untuk di bilang rusak.

Ada sebuah gerakan tapakan, sepertinya itu adalah serigala. Tapi ada juga tapakan manusia.

"Oyy tunggu kamu mau kemana" terdengar suara manusia, seperti itulah bila di artikan.

Serigala itu mendekati bekas rumput itu sambil mengibaskan ekornya.

Ternyata manusia tersebut adalah seorang perempuan, dia terlihat terkejut dengan kerusakan yang ada di dekatnya.

"Apa apaan ini pasti serangan monster berr itu." Kata cewek itu dengan bahasa yang sama seperti dua orang itu.

"Kenapa ada darah disini aku harus mengikutinya." Katanya yang mulai berjalan ke arahku.

Aku mencoba membangkitkan tubuhku, ternyata bisa. Hebatnya lagi aku merasa seperti di sembuhkan.

Aku segera duduk, sepertinya aku masih terlalu lelah untuk berkata.

Perempuan itu melihat ke arah kurunganku, dia terkejut.

"Hah ada orang?, aku harus segera menyelematkannya." Katanya sambil segera mencari pisau di tas kecilnya.

Aku mencoba mendorong pintu kurungan itu, ternyata pintunya terbuka -atau memang sudah bisa terbuka sebelum kereta ini hancur. Aku memaksakan diriku berdiri lalu keluar. Kulihat sekeliling, ternyata ada tas lamaku di samping kurungan. "Sangat bagus" gumamku dalam hatiku.
Aku segera memakainnya lalu meminum air yang ada di dalam tas tersebut.

"Lah kemana orang itu?" Kata perempuan itu sambil melihat kekiri kanan.

Aku habis meneguk air yang ada di botol. Sekarang aku punya suara untuk mengomong.

"Disini, terima kasih karena mau membantuku." Kataku sambil mengecek tas kecilku.

"Hah? Dimana, lagipula kenapa seorang budak bisa ngomong?" Katanya yang berjalan ke arahku.

Jadi disini budak tak pandai berbicara ya. Aku terkejut dengan informasi ini.

"Karena aku bukan budak!" Jawabku kepadanya.

"Benar juga. Lagi pula jangan ngegas lah." Setelah mengatakan itu dia sedikit tersenyum.

Seperti yang kuduga dia memakai baju abad pertengahan. Dari yang kulihat sepertinya dia berumur 17 s/d 19 tahun. seperti itulah bila dilihat dari umur manusia di tempatku sebelumnya.(dunia tempat dimana aku dilahirkan). Matanya berwarna biru gelap, mungkin karena dia membelakangi cahaya, rambutnya berwarna coklat kekuningan, atau mungkin sebaliknya.

Sebelum aku sempat menganalisa dengan seksama bibirnya terlihat bergerak untuk berbicara.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya yang mau duduk di depanku.

"Aku mau pergi, apakah ada kota terdekat dari sini." Kataku sambil mau berdiri.

"Aku saja belum duduk tapi sudah mau pergi.. Sudahlah, ikuti aja jalan ini pasti bakal ketemu kota kok." Katanya sambil berdiri.

"Mau aku pandu?" Tanyanya seperti mau membantu.

Dia bersiul segera serigala besar mendekatinya.

"Tidak usah hanya ikuti jalan ini aja bukan?" Sepertinya aku terbiasa dengan bahasa disini.

"Ya sih, semoga beruntung, aku mau melanjutkan jelajahi tempat ini." Katanya sambil melambaikan tangan kepadaku.

Aku segera berjalan mengikuti jalan ini dengan harapan bisa melihat sebuah kota.

Petualang Tanpa ManaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang