Berlanjut soal tabungan. Rasanya ini hal pribadi tapi entah kenapa jari-jariku lancar berbagi ini dengannya.
Aku bercerita soal tinggal sendiri di tanah rantau dan nekat mengambil cicilan rumah.
"Nekat gak sih"
"Ya gak papa Alhamdulillah dong udah mulai nyicil rumah. Penting kan. Nanti kalau udah ada calonnya kan enak, jadi ringan nyicilnya"
"Iya nunggu calonnya mau gak haha. Tapi so far gue mikirnya cicilan ini selagi gue masih usia produktif bakal gue bayar sendiri. Cuma, calonnya siapa aja gatau hahaha"
"Ya nanti juga keliatan dikit-dikt hilalnya tu calon"
Hemm ... Ku mulai bingung meresponnya. Ini arah tujuannya kemana ya?
"Iya nanti gue pinjem teropong hilal Kemenag deh"
"Emang kriteria calon dari seorang lu kayak gimana?"
"Pertama klik sih. Pastinya saling nerima kondisi masing-masing. Lu gimana?
"Gue mah gak neko-neko. Mirip-mirip sama lo lah, menerima apa adanya. Karena saya tidak punya apa-apa hahaha "
"Iyah soalnya menerima kondisi orang itu gak gampang, apalagi keluarga. Gue belajar dari sodara-sodara gue"
"Ya begitu lah, kelitannya ga sesimple yang dipikirkan haha"
"Iya makanya, agak hati-hati gak sih?"
"Yaps betuuuulll"
00.01 WIB
"Lagi ngapain" tanyanya.
"Lagi balas chat lu kan ini. Sama temen gue ini sambil telponan curhat"
"Wuihh multitasking. Udah curhat berapa episode? hahaha"
Perbincangan kami hanya sanggup hingga pukul 00.24 WIB. Kemudian sama-sama terlelap.
"Semalam ketiduran sorry"
"Gak papa. Emang udah larut banget wajar"
YOU ARE READING
Sebulan
RomanceKawan lama hadir di tengah kegelapan kisah sebelumnya, menghibur tapi hanya sejenak. Gejolak rasa untuk bersiap membuka lembaran baru runtuh sesaat tanpa kejelasan. Ini kah 'ghosting'?