A Little Surprise

109 16 6
                                    

"Now, close your eyes, just follow my lead. I won't hurt you,"

Ian berbisik di telinga Ai saat mereka sampai di mobil Ian. Selesai dengan makan malam yang terlambat, karena Julian ada pasien dadakan tepat saat ia mau pulang.

Ai, yang sudah berganti baju menjadi setelan kaus tidur dan celana pendek yang nyaman, kaget saat Julian, yang bilangnya ada pasien dadakan, tiba-tiba ada di depan pintu rumahnya.

Setelah Julian memberitahu kalau ada pasien dadakan, Ai memang memilih pulang dan langsung mandi, tujuan awalnya mau tidur lebih awal sesudah mengirim pesan untuk kekasihnya agar pulang hati-hati setelah selesai dengan pasiennya.

Dokter tampan itu menarik Ai menuju mobilnya tanpa sempat membiarkan Ai berganti baju. Ai cuma bisa bingung dan terus menerus bertanya mau kemana, Ian mendadak jadi bisu sebab tidak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya sejak ia muncul di depan pintu.

Melihat mobil Ian yang berhenti di sebuah rumah makan Minang, Ai sadar kalau sebelumnya mereka memang janjian mau makan Gulai Kepala Kakap di restoran Minang favorit Julian.

Dan di situlah mereka selama satu jam untuk mengisi perut mereka yang lapar.

Hingga kini, Ai kembali duduk di kursi penumpang di sebelah Ian, dengan mata tertutup dasi Julian, ide aja si Ian.

Lagi, Ai bertanya mereka mau kemana tapi Ian hanya diam.

Begitu dirasanya mobil Ian berhenti, Ai pun bertanya lagi,

"Udah boleh buka mata belom?" tanyanya polos.

"Belum, nanti aku kasih tahu kalo kamu udah boleh buka mata," jawab Ian, yang sebenernya lagi senyum manis dengan lesung pipi seksi, dia tahu pacarnya pasti bingung mereka ini mau ngapain.

Bukan Julian namanya kalo gak bikin bingung atau bikin kesel Ai.

"Pelan-pelan, nanti kamu kejedug roof mobil,"

Ian dengan hati-hati menuntun Ai keluar dari mobilnya, menyerahkan kuncinya kepada petugas valet parking , membawa gadisnya memasuki gedung apartemennya.

"Mas Julian, pacarnya mau diapain?" tanya salah satu petugas keamanan yang memang kenal dengan Julian, karena awal pindahan, petugas itu yang menbantu banyak dalam penjelasan layanan dan angkut barang, tentu saja.

"Mau dinikahin, Pak," jawab Julian sekenanya.

Hingga pria itu menuntun Ai menuju lift, mereka menunggu lift dengan resah, Ai sih yang resah. Kalo Julian sih senyam-senyum tampan aja.

"Ada-ada aja kelakuan anak muda," Petugas keamanan itu menggelengkan kepalanya sambil berdecak heran dengan kelakuan Dokter Tampan itu.

"Ayo, masuk lift, Sayang," lagi Julian menuntun Ai yang sudah bagai tuna netra, meraba-raba arah depan dengan mata tertutup dasi Julian.

"Ini dimana sih?! Kok aku sampe diginiin?! Kamu mau macem-macem ya!?"

Kesal Ai pun akhirnya, ia malah menuduh yang bukan-bukan pada Julian.

"Kalo aku mau macem-macemin kamu, dari kemaren-kemaren juga aku bisa, Ai. Udah ikutin aku aja," pria itu kembali berbisik tapi kali ini tepat di pipi putih Ai yang gembil.

As She Dreamt [on hold] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang