Bab 4

451 30 13
                                    

Selang beberapa bulan kemudian, tiba-tiba Dira seperti hilang di telan bumi, tidak ada kabar beritanya.

Kami sudah lulus sekolah dan Dira sudah mendapatkan pekerjaan.

Menurut mbak Dyah, semenjak bekerja, Dira sering ganti nomor telfon, untuk pulang pun hanya sekali dalam satu minggu. Padahal jarak rumah dengan tempat kerja hanya 30km/ 1 jam perjalanan.

Karena penasaran aku mendesak mbak Dyah untuk bicara,

"Mbak, sebenarnya ada masalah apa sih mbak?,.. Kok sampek kesannya Dira itu minggat, gak jelas kabarnya"

"Aku bingung mau jelasinnya En, aku takut kamu tambah bingung juga" jawab mbak Dyah

"Mending bingung mbak daripada gantung gak ada kepastian gini" 😏

Akhirnya mbak Dyah mau bercerita,

"Iya udah aku ceritakan dari awal ya,... Sejak kejadian kamu mergoki Dira kasih darah mens itu ke minuman Putra, Dira jadi lebih tega ke Putra. Bahkan Putra sampai sering nangis dan memohon-mohon kalau lagi bertengkar sama Dira. Aku pernah dengar Dira minta Putra buat ngembaliin keadaan seperti semula, Dira minta keperawanannya dikembalikan" 🙄

"Putra hanya bisa menangis dan bersujud di kaki Dira,.. Ketika aku ingin menengahi, Dira melotot dan ngancem bakalan bikin Putra tambah sengsara. Aku juga heran kenapa Putra bisa setakut itu sama Dira, sampai sampai Ortu ku aja gak bisa ngehalangin kemauan Dira".

"Akhirnya Putra ingin menebus dosanya dengan menikahi Dira, namun dengan syarat usia Putra harus 19th. Sambil menunggu itu, Putra pamit pergi bekerja di luar provinsi dan berharap dalam waktu satu bulan akan pulang dan bisa menikahi Dira. Namun ternyata dalam masa penantian itu, Dira justru meninggalkan rumah dengan alasan bekerja".

"Iya Dira emang kerja tapi dia sulit dihubungi, nomor selalu ganti. Jarang pulang dan ternyata aku dengar kabar kalau mereka udah putus. Dan Dira punya gandengan baru En"

Aku pun terkejut dan kaget,

"Dira kok jadi se parah ini sih mbak?" tanyaku

"Gak parah lagi En, gila,... Hari, tanggal, udah ditentuin,.. Eh dianya malah kabur dan ninggalin Putra, bahkan sekarang punya cowok baru. Setiap malem Putra telfon aku sambil nangis-nangis. Udah disana kerjanya kasar buka lahan, di hutan sinyal susah, bisa pegang hp kalau malam aja, eh malah Dira kaya gini,.."

Aku pun tak bisa berkata-kata lagi.

Oke fiks aku harus ketemu Dira dan nanya maunya apa,,
-------------------------------------------------------------------------

Satu minggu kemudian,...

Hari Sabtu,... Aku nekat ke kota sebelah untuk menemui Dira. Dari alamat yang diberikan mbak Dyah, sangat mudah untuk menemukannya. Kami pun bertemu dan mengobrol,

Aku : "Ra, kok kamu sekarang jadi gini sih?"
Dira : "Kalau kamu kesini hanya buat hakimi aku, mending kamu pulang En"
Aku : "Enggak gitu, kamu itu pada dasarnya baik Ra, tapi kok tiba-tiba begini sih?"
Dira : "Aku tu dah capek banget ya ngadepi Putra",

"Aku sejak awal emang udah keliru, kenapa milih dia,.. Kenapa mentingin tampang doang, kurang apa aku?,.. Aku dah sabar, aku nuruti apapun kemauan dia, ternyata dia manfaatin aku bahkan tega main tangan sama aku. 3 tahun itu gak sebentar En,.. Sakit jiwa raga aku, aku cuma mau Putra ngerasain apa yang aku rasain selama 3 th ini,.. Dan setelah itu ketika dia udah sakit, sadar dan minta maaf, aku udah hilang dari kehidupan dia,.. Gila gak sih cewek sebaik aku trus masih dia tundukin pake guna-guna?,... Sampai aku rela melucuti harga diriku?,.. Bahkan disakiti dia, masih iya iya aja"

- PELET GETIH REGET-(PELET DARAH KOTOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang