02 | Sakral

2.2K 218 93
                                    

Kamis, 31 Juli 2022

Rumah kayu jati yang dijadikan posko KKN oleh ke-limabelas Mahasiswa dari Universitas Bumantera ini merupakan tempat singgah seorang penduduk Desa, yang sudah ditinggalkan lama sekitar 23 tahun yang lalu oleh sang empunya.

Ketika para Mahasiswa menanyakan terkait silsilah ataupun asal-usul pemilik rumah tersebut, penduduk Desa maupun Kepala Desa Anantara memberikan penolakan penjelasan secara spesifik.

Hal itulah yang menjadikan mereka penasaran hingga saat ini (?)

Meski begitu, penduduk desa menjelaskan bahwa━ sejak lama pun, dari tahun ke tahun, rumah ini kerap dijadikan sebagai tempat kegiatan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) khusus kawasan Dusun Serayu, layaknya meronda dan berpatroli malam dalam meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat setempat. Yang tentunya, biasa dilakukan oleh bapak-bapak penduduk Desa, maupun para pemuda Karang Taruna. Itulah mengapa, kebersihan di tempat ini menjadi sedikit terjaga.

Walaupun bangunan rumah kayu jati tersebut terkesan kolot nan kuno, namun rumah tersebut terlihat kokoh nan apik. Dikarenakan bahan baku bangunan terbuat dari kayu jati yang sifatnya kuat dan tahan lama, kayu jati yang sejatinya memiliki kandungan minyak yang dapat membantu mengusir serangga berupa rayap bahkan melindungi dari jamur yang dapat merusak tekstur kayu itu sendiri.

Bahkan furniture-furniture yang tersedia didalamnya, seperti lemari, kursi, juga meja, terlihat masih kokoh dan layak pakai, hanya saja warna cat-nya sudah sangat begitu usang dan pudar, ya wajar.

Dulu ketika survei lokasi, tidak ada satupun penduduk Desa di Dusun Hanasta maupun Dusun Upeksha yang ingin menyewakan dan menyinggahkan tempat tinggalnya untuk mereka. Lantas, Bapak Cahyono, NL.P selaku kepala Desa Anantara yang baru diangkat jabatannya bulan lalu, menyarankan para Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Bumantera tersebut guna menempati salah satu tempat tinggal di Dusun Serayu yang 99,9% bangunannya terbuat dari kayu jati tersebut, dikarenakan penduduk Desa yang biasa meronda, sudah tidak pernah datang lagi kesana sejak tiga bulan yang lalu. Alasan lain, menurut Pak Cahyono, daripada susah-susah mencari dan mengeluarkan biaya sewa untuk mengontrak di tempat lain, lebih baik singgah di rumah ini saja, toh disini gratis??! setidaknya dapat sedikit menghemat pengeluaran kas keanggotaan KKN mereka yang sudah jauh-jauh datang ke Desa ini guna mengimplementasikan Program Kerja.

Posko KKN mereka terdiri atas;
4 ruang kamar dengan ukuran 6 m x 6 m,  ruang tengah dengan ukuran 8 m x 8 m,  dapur dengan ukuran 4 m × 4 m, dan 1 tempat pemandian yang terpisah, terletak di luar rumah.

Ruang kamar 1, dihuni oleh anggota perempuan, tak lain tak bukan, Sukma, Dhara, Gendhis, Karina, Laksmi, dan Dahayu.

Ruang kamar 2, ditempati oleh Jendral, Eric, Ajun, dan Nana.

Ruang kamar 3, ditempati oleh Chandra, Panji, Wisnu, Harsa, dan Satya.

Terakhir ruang kamar 4, merupakan area terlarang di rumah tersebut yang diwanti-wanti dan diamanati oleh Kepala Desa dan penduduk Desa setempat, untuk 'tidak pernah dibuka' sekalipun, oleh siapapun.

Masih di malam yang sama, sepulang dari acara tahlil seorang warga desa, sebagian banyaknya anggota KKN Desa Anantara 04 tersebut sedang terduduk santai dengan beragam gaya di ruang tengah guna menunggu dan menanti nasi putih yang akan dimasak oleh petugas piket hari ini, yakni, Ghendis dan Laksmi.

Sayang sekali, 15 potong ayam goreng serundeng yang tak sempat termakan━ traktiran Eric yang dibeli dari Pasar Hanasta sore tadi, saat ini sudah dalam keadaan dkk, (dingin, keras, dan kaku). Kalau kata Nana mah yang orang Sunda, "geus gaaleun, arapal teu gaaleun?".

Walau begitu, ada untungnya juga mereka ikut acara tahlil, karena mereka tidak pulang dengan keadaan tangan kosong, tentu saja mereka mendapat jamuan atau sajian tahlil yang dikenal dengan sesaji, semacam ragam jajanan tradisional pasar layaknya lapis legit, getuk, kue nagasari, kue putu ayu, dadar gulung, putu mayang, risoles, lemper, onde-onde, agar-agar, dan masih banyak yang lainnya.

Keluarga duka tak tanggung-tanggung memberikan jamuan atau sajian tahlil tersebut pada mereka, 1 kantung plastik hitam berukuran besar, untuk dimakan ramai-ramai, katanya.

Sesaji tersebut setidaknya mampu mengganjal perut mereka yang belum diisi asupan sama sekali, apalagi perut seorang Jendral yang sudah berpaduan suara sedari tadi.

"ASUUUUU !!!"
Teriak sekaligus bentak dari seorang Harsa Aditya Gautama, mampu mengalihkan fokus manusia-manusia disana terhadap dirinya.

Sesaat ucapan sakral itu keluar, lantas dirinya langsung melepehkan dan memuntahkan sebuah lemper yang baru saja dimakan olehnya.

"Udah gua bilang kalo ngomong tuh dijaga. Kita lagi di kampung orang" Peringat Jendral selaku Koordinator Mahasiswa KKN Desa Anantara, yang saat ini tengah fokus memakan agar-agar.

"Kenapa sih lu?" Tanya Nana yang keheranan.

Pemuda bernama Harsa itu segera mencari air putih terdekat yang terdapat di sekitarnya, hingga akhirnya, air putih milik Satya lah yang kemudian ia teguk sampai habis tak bersisa, dengan keadaan tergesa-gesa.

"MAKANANYA BAU BANGKE TIKUS NJINGGG!!! KALIAN GAK NGERASA APA?" Tutur Harsa.

Mendengar jawaban pemuda yang saat ini keadaan surainya tengah kunciran apple hair tersebut, lantas menjadikan kawan-kawannya disana langsung mengerutkan kedua alis dan kening mereka, keheranan. Seolah membentuk ekspresi "HAH?"

Sampai akhirnya seorang Ajun angkat bicara, "Halahh! Itumah indra pengecap sama pengendusan lu aja yang gak waras. Makanannya enak-enak aja kok" tuturnya sembari menikmati lapis legit.

Mereka rasa, omongan Ajun ada benarnya juga, sedari tadi pun━ mereka memakan sesaji tersebut dalam keadaaan aman-aman saja, tidak ada yang salah kok. Bahkan, seorang Chandra Wiratama sudah menghabiskan 15 macam ragam jajanan tradisional tersebut.

"Lagi apes aja kali lu. Noh coba makan yang lain" saran Chandra, sembari menyerahkan kantung plastik hitam berukuran besar berisi sesaji itu pada Harsa.

Lantas segera indra penciuman Harsa didekatkan pada kantung plastik tersebut, guna mengendus-ngendus makanan yang lain, barangkali ucapan Chandra ada benarnya, mungkin tadi dirinya kurang beruntung (?)

"HUEKKKKKK"

Namun lagi-lagi, pemuda itu merasakan aroma busuk yang membuat dirinya kembali bergidik ngeri.

Sampai akhirnya salah seorang pemudi berparas ayu bak batari angkat bicara,
"Hush! Nggak boleh gitu. Lo nggak ngehargain banget pemberian orang" Tegur Dahayu, sembari tangan kanannya aktif menggeplak punggung Harsa.

Namun Harsa berani 'bersumpah' kala itu, bahwa sesaji tersebut memang 'betul-betul' mengeluarkan aroma busuk yang 'sangat-sangat' tidak sedap.

"HUEKKKKKK"

"HARSA BERISIK ANJINGGGGG. NGILANGIN SELERA MAKAN GUA AJA LU" Cerocos Panji, yang akhirnya masuk dalam perbincangan, dimana saat ini, dirinya tengah menikmati Kue Putu Ayu.

"Sensitif banget ya indra penciuman lo, kek Ibu hamil" keluh Karina yang sepertinya mulai geram mendengar Harsa yang mual-mual seperti itu, layaknya wanita yang tengah hamil muda.

Mendengar pendapat Karina, menjadikan seorang Wisnu kerap membuka suara, "MENDING DI CHECK AJA COBA. KALI AJA SI HARSA GARIS DUA"

Oleh karena perkataan seorang Wisnu yang baru saja terucap, lantas menjadikan ke-sebelas orang manusia yang berada disana kompak terbahak di jam 00.05.


─────── ·  ·  ·  ► bersambung...

ANANTARA '04 | KPOP 00'LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang