04 | Hilang

1.7K 201 65
                                    

Jum'at, 01 Agustus 2022

"LHO? KOK AYAMNYA CUMA ADA 14 ??!"

Pertanyaan tersebut muncul dari alat ucap seorang pemudi bernama Dhara Arthawidya.

Situasi terkini, di kesunyian malam yang kian berlanjut, ke-limabelas anggota KKN Desa Anantara tersebut rupanya tengah melaksanakan aktivitas makan bersama di ruang tengah, disaat nasi baru saja termasak sempurna. Tak heran banyak yang berkoar diantara mereka, "Akhirnya, perut bisa keisi juga".

Namun entah mengapa, kejadian ganjil kembali terjadi dalam posko mereka, usai Dhara membagikan ayam goreng serundeng traktiran Eric yang dibeli dari Pasar Hanasta sore tadi oleh petugas piket lainnya yakni Harsa dan Satya, dimana ayam tersebut mendadak menghilang 1 potong.

Menjadikan Dhara tidak mendapat bagian, disaat dirinya tengah dalam keadaan lapar-laparnya.

"Makan punya gua aja" tutur Jendral dan Eric, yang keduanya kebetulan duduk dihadapan Dhara. Berucap pada waktu yang bersamaan. Jam yang sama, menit yang sama, detik yang sama pula.

Bukan Dhara yang membalas tawaran mereka, justru malah Nana yang angkat bicara, "Bisa nggak ngomongnya nggak usah kompakan juga kek paduan suara? bikin bingung si Dhara-nya" timpalnya.

"Muka samaan, tahun lahir samaan, bisep samaan, masa mbak crush juga harus samaan?" celoteh Panji, yang akhirnya masuk dalam perbincangan.

Lantas menjadikan seorang Dhara Arthawidya itu memandang ketus ke arah pemuda yang barusan saja mengeluarkan suara━ pun juga terdapat pemudi yang bernama Karina kian menatap sorotan tajam pada Dhara.

"Muka samaan gimana? Gantengan gua kemana-mana" bantah seorang Jendral Laksamana, yang kepercayaan dirinya berada di atas rata-rata. Mencapai 3.676 meter diatas permukaan laut.

"Introspeksi diri Pak. Lu juga ganteng gara-gara pake skincare punya gua" sanggah Eric Lesmana Madaharsa, yang tak lain tak bukan merupakan saudara sepupu dari seorang Jendral Laksamana.

Akhirnya tidak satupun diantara keduanya yang Dhara pilih, dirinya lebih memilih untuk meminta sedikit bagian milik Dahayu saja, yang berada disampingnya.

Melihat kejadian ganjil yang terjadi, lantas Harsa yang kebetulan tadi bertugas membeli 15 potong ayam tersebut akhirnya membuka suara,
"Kok bisa ngilang satu?" Herannya.

"Ya kemana lagi? Paling si Chandra ngambil dua" Candaan sekaligus tuduhan tersebut keluar dari mulut pemuda yang bernama Wisnu.

Merasa namanya terpanggil karena kalimat negatif, seorang Chandra lantas segera membuka suara, guna membela dirinya━ walau dalam keadaan mulut tengah dipenuhi asupan makanan, "GWAK BWOLEH FWITNAH GWUA KWALAU NWGGAK AWDA BWUKTINYA"

Lantas Wisnu kembali memastikan,
"SUMPAH LU CHAN?"

"SUMPWAH NU!!!" 

"DEMI APA?"

"DEMWIKIAN" tutur Chandra, ngawur.

"DEMI KESEJAHTERAAN PERUT GUA LAHHH" gurau Chandra, mencoba mencairkan suasana.

"Seriusan Chandra!!?" Desak Karina yang rupanya hanya melihat sepotong ayam yang terdapat di atas piring Chandra.

"YA NGGAK LAH. SUMPAH BUKAN GUE YANG NGAMBIL" terang Chandra, dengan ungkapan sejujur-jujurnya. Seraya tangan kirinya membentuk logo peace 2 jari.

Perkataan Chandra memang nyata adanya, sesuka-sukanya pemuda tersebut dengan yang namanya makan, dirinya tak pernah sampai mengambil hak orang lain.

"Tadi yang beli pas ngambil ke baki salah ngitung kali. Atau pas si abang/mbak penjual masukin ke bungkusannya ketinggalan satu, udahlah nggak usah di-overthinking-in" sewot Panji, yang mulai geram akan topik pembicaraan tengah malam ini, akan misteri hilangnya 1 ayam potong di posko KKN Desa Anantara tersebut. Sedang makan pula ada-ada saja hal yang diributkan.

Namun Satya yang bertugas menemani Harsa saat membeli ayam goreng serundeng pada gerobakan kaki lima di pasar Hanastna tadi, selaku yang mengambil potongan-potongan ayam pada baki, seolah tidak menyetujui perkataan Panji. "Tadi gue yang ngambil. Gue juga yang ngeliat abangnya ngemasukin ke bungkusan. Udah bener kok. Harusnya ada 15" tutur Satya.

Satu-satunya pemuda yang kerap dipercayai ucapannya oleh penghuni posko hanyalah Satya. Kalau seorang pemuda asal Program Studi / Prodi Pendidikan Agama Islam tersebut yang dijuluki oleh kawan-kawan KKNnya 'tidak pernah berkata dusta' itu sampai angkat bicara, mereka juga lantas mempercayai kalau kejadian ini memanglah tidak patut dipandang sebelah mata, apalagi dibiarkan begitu saja.

Oleh karena pengakuan Satya tersebut, lantas menjadikan seorang pemuda yang bernama Ajun Prawira, yang saat ini duduk di pojokan sana, akhirnya membuka suara. "Yaudah sih just chill aja, paling juga diambil dedemit" simpulnya.

Memanglah seorang Ajun Prawira, yang sekalinya bicara, selalu langsung pada intinya.

"Jun, shut up your freaking mouth!
Please filter your language" tegur Eric. Sama seperti saudara sepupunya, Eric adalah orang kedua yang senantiasa berusaha untuk memperingatkan ucapan kawan-kawannya.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut seorang Ajun tersebut, lantas menjadikan Jendral memanggil kawan di samping kirinya, "Harsa?"

"Gimana Pak Kormades?" Balas pemuda yang saat ini keadaan surainya masih dengan kunciran apple hair tersebut.

"Tolong cariin lakban item bekas masang banner KKN kemarin. Mau gua lakban mulut si Ajun" jelasnya.

Menghiraukan percakapan sekitar, terdapat hal yang dapat mengalihkan dan mengusik perhatian seorang pemudi berparas ayu bak batari bernama Dahayu Andiningrum. "Lho Gendhis? kenapa makannya gak pake nasi?" Ucapnya, yang baru saja menyadari.

Perkataan dari Dahayu tadi nyaris menjadikan ke-tigabelas pasang mata manusia yang terdapat disana sontak memandang piring milik Gendhis.

Rupanya pemudi pemilik nama asli Gendhis Primaningtyas itu masih tak menyangka akan kejadian di sumur tua yang tadi kerap dialaminya. Seolah hal itu langsung saja menghilangkan selera makannya. Karena dalam pandangannya, 'Nasi yang tengah dimakan oleh kawan-kawannya tersebut, telah dicuci menggunakan cairan darah berwarna merah pekat, yang menimbulkan aroma busuk kian menyengat'.

Oleh karena perspektif yang berbeda, seorang Gayatri Laksmi Keshwari, bahkan sedari tadi pun terus menanyakan 'hal apa' yang membuat Gendhis berteriak hingga tega meninggalkan dirinya seorang diri. 

Namun Gendhis tetap berkukuh untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada siapapun, menurutnya, "Percuma gue cerita, nggak akan ada yang percaya". Dirinya hanya berniat untuk menceritakan kejadian tersebut nanti saja jikalau kegiatan KKN ini sudah usai, dan mereka sudah benar-benar pergi meninggalkan desa ini.

"Gendhis makan yang bener!!!"
Suara berpesan teguran milik Harsa Aditya Gautama itu rupanya mulai terdengar seisi ruangan.

"Gue nggak lapar" balas Gendhis seraya menggelengkan kuat kepalanya.

"Gak usah pake acara diet-dietan, kalo sakit gua juga yang repot" tutur Haidar kembali berpesan━ karena tepat di 3 hari yang lalu, gadis itu baru saja jatuh sakit.

Pemuda tersebut berusaha mengingatkan selaku saudara sepupu dari seorang Gendhis Primaningtyas, dimana orang tua Ghendis pun mengamanatkan dan memercayakan anak semata wayangnya itu pada dirinya.

"Gue janji gak akan repotin lo lagi. Gue bisa jaga diri" ujar Gendhis, yang menjadikan pemuda bernama Harsa itu angkat tangan guna menasihatinya.

Dan kegiatan makan malam bersama di posko KKN Desa Anantara tersebut kian berlanjut━ lantas disudahi pukul 01.15 waktu setempat.

───────── ·  ·  ·  ► bersambung...

ANANTARA '04 | KPOP 00'LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang