Chapter 02

188 38 14
                                    

Argana yang bersender didinding tepat di samping lapangan bersama teman-temannya menoleh melihat prempuan yang sangat dikenal di SMA Taruna. Siapa lagi kalau bukan Gea. Cewek itu terlihat baru saja dari perpustakaan. Terbukti dengan beberapa novel yang dia bawa ditangannya. Lelaki yang berada di dekat Argana menyapa Gea dan menggodanya namun Gea hanya tersenyum menanggapinya.

"Udah beres olahraganya?" tanya Gea sembari mengulurkan tangannya menampilkan sebuah amplop berwarna biru muda. Mendekatkan benda itu pada Argana. Namun Argana justru menghela nafas jengah. Sangat menunjukan bahwa Argana tidak menyukai tindakan Gea.

Gea tersenyum lagi. Ia tarik tangannya yang terulur. Gea mengalihkan pandangannya kepada Gama. Cewek itu mendekatinya.
"Gue titip buat bos lo." Gea menyelipkan amplop itu di saku Gama.

"Hm." gumam Gama dibarengi anggukan.

"Besok-besok bikin surat buat gue aja, Ge. Pasti gue terima dengan senang hati. Bahkan gue pajang dikamar gue," kata Reyga seolah menyindir Argana.

"Iya lo mau. Gea-nya yang gak mau!" ketus Teo.

"Nyamber aja lo. Maksud gue juga gak harus surat cinta Ge. Surat penyerahan saham misalnya atau surat penangkapan buat Teo."

Gea hanya terkekeh mendengarnya. Cewe itu berbalik, berjalan untuk segera pergi dari sana. Namun sayang semua novel yang dia dekap ditangannya jatuh berserakan. Jelas membuat Gama bergegas menghampiri Gea untuk membantunya.

"Jangan mikirin Argana terus," bisik Gama mengais satu persatu novel Gea.

"Tangan gue licin," kata Gea saat Gama meletakan beberapa novel kembali ke dekapan Gea. Keduanya saling bertatapan membuat Gama tertawa begitu juga Gea.

Serasi, Gama dan Gea memang terlihat sangat serasi. Gea berparas cantik, pintar, banyak memiliki bakat sangat cocok jika bersanding dengan Gama. Lelaki yang juga setara jeniusnya, tampan, dan multitalenta.

Tidak bisa berbohong. Gama memang menyukai Gea. Tapi faktanya Gama hanya bisa diam bahkan harus mengubur perasaanya dalam-dalam. Karena Gama tau perasaan Gea hanya untuk Argana. Sekalipun Gama mengutarakan perasaannya pada Gea, dia hanya akan mendapat kenyataan pahit yang tidak pernah dia inginkan. Bagi Gama melihat Gea tersenyum kepadanya saja sangat sudah cukup.

"Kok kaya ada panas-panasnya dikit ya?" seru Reyga berniat menggoda Argana. Tapi sepertinya Argana tidak perduli. Argana memalingkan wajah yang sebelumnya tidak sadar memperhatikan Gama dan Gea.

"Hati boleh panas, otak harus tetep dingin," timpal Teo membuat Reyga tertawa mendengarnya apalagi melihat ekspresi Argana yang merasa tersindir.

"Gan, butuh kipas gak? Ini gue ada sobekan kardus nyolong di warung Abah tadi." Reyga memperlihatkan sebuah sobekan kardus ditangannya.

"Keringet lo makin banyak, Gan. Panas banget ya? Mau gue beliin es di kantin ga?" tawar Darel membuat Reyga tak tahan menahan tawa lalu menabok Darel setelahnya.

"Berisik lo semua!" ujar Argana.

"Udah woi kasian muka Bos udah merah!" seru Teo.

"Rel lu tau gak persoalan ini dinamakan apa?" tanya Reyga membuat Darel yang sedang mengipasi wajahnya menoleh.

"Apa?" jawabnya.

ARGANAYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang