Onigiri

42 9 15
                                    


Hari sudah beranjak sore saat itu. Rana baru saja keluar dari Kopma (Koperasi Mahasiswa) setelah membeli beberapa bungkus Indomie dan sebotol air mineral. Baru beberapa langkah berjalan, ada tangan yang menepuk bahunya.

"Eh? Hendery?"

Hendery tersenyum. "Dari tadi dipanggil nggak noleh."

Rana otomatis mengernyitkan dahi, perasaan nggak ada yang manggil nama dia dari tadi. "Emang manggil gimana?"

"Naya gitu. Kan namanya Ranaya kan?"

"Oalah, maaf. Soalnya biasanya seringnya dipanggil Rana jadi nggak ngeh."

"Kalau gue manggil Naya boleh nggak?"

Rana mengangguk, membuat Hendery tersenyum lagi. Rana baru sadar kalau Hendery sudah berjalan di sebelahnya.

"Bareng ya? Kost-nya daerah belakang FT kan?"

"Iya, kok tahu?"

"Sering lihat di daerah sana."

Sebenarnya Rana bukan tipe orang yang gampang akrab dengan orang baru. Gadis itu merasa canggung, beda dengan Hendery yang terlihat santai.

"Habis beli apa?" tanya Rana basa-basi.

"Hm? Oh ini wonogiri."

Hah? Kedua alis Rana bertaut. Sampai kemudian, Hendery mengeluarkan nasi berbentuk segitiga yang dibungkus pakai rumput laut.

"Itu onigiri, Hendery." Rana tertawa.

Sesaat Hendery bengong tapi kemudian balas tertawa. Rana diam sebentar melihat Hendery tertawa, terpesona beberapa saat. Sampai kemudian Hendery menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa," sahut Rana dengan cepat. Dia otomatis mengambil botol air mineral dari kantung belanjaannya.

Tapi yang namanya Rana memang nggak bisa buka tutup botol sendiri.

"Sini gue bukain," kata Hendery. "Udah sini, tangan lo licin karena keringetan kan?"

"Kok tahu?"

"Kemarin waktu lagi salaman, tangannya dingin."

Oh jadi itu alasan kenapa kemarin pegang tangannya lama.

Habis dibukain, Rana mau langsung minum sambil mereka jalan. Tapi Hendery nyeletuk, "Eh, jangan minum sambil berdiri. Nggak boleh sunnah Rosul."

Lalu cowok itu ngajak duduk bangku taman Fakultas Ekonomi. Hendery mengeluarkan onigirinya.

Tapi yang namanya Hendery memang nggak bisa buka bungkus onigiri. Alias sembarangan aja yang penting bisa kebuka.

"Hen, sini gue bukain," ucap Rana waktu Hendery lagi gigit-gigit bungkus plastik onigiri.

"Eh, bukain yang ini aja." Hendery nyengir sambil ngasih onigiri yang baru diambil dari kantung belanja. Maklum punya dia udah kena gigi.

"Ini yang garis merah ditarik sampai habis. Nah, jadinya kan sekarang tinggal plastik yang samping, tinggal ditarik aja," jelas Rana sementara Hendery ngikutin.

"Eh, ambrol!" Karena kebablasan narik plastiknya, punya Hendery jatuh. "Wonogiriku."

Rana mau ketawa tapi kasihan.

Akhirnya Hendery makan nasi yang tadi dibukain Rana, sambil minum susu kotak. Yang tadi jatuh mau diambil sebenernya, kata Hendery belum lima menit. Tapi nggak boleh sama Rana soalnya nasinya udah kena tanah.

Hendery makan cepet banget. Satu onigiri bisa habis tiga gigit.

"Masih laper nih. Mau makan bareng nggak?" ajak Hendery sambil berdiri. "Ada pecel lele di gang ujung, enak lho."

Tiba-tiba Rana teringat sesuatu.

"Eum, Hen? Serius? Emang nggak apa-apa?" Kan lo udah punya cewek.

"Ya, gapapa. Emang kenapa?"

"Itu cewek kemarin."

"Yang cewek kemarin? Itu mantan gue."

Rana malah bingung.

"Jadi sebenernya kami udah putus, bulan lalu. Tapi emang dia masih sering ngajak jalan."

Rana nggak tahu harus komentar apa.

"Yuk? Gue traktir deh. Gue habis menang taruhan bola."


Bersambung....

Terima kasih atas vote dan komentarnya :))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Hendery - TEMEN KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang