BAB 3 🍋

116 22 4
                                    

"Irene, apa boleh aku bertaya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Irene, apa boleh aku bertaya?"

"Bertanya saja, kenapa harus bertanya dulu?"

Wendy diam sejenak.

"Kamu akan menikah dengan Chanyeol?"

~~~~~^^^~~~~~

Irene menautkan kedua alisnya mendengar ucapan saudari kembarnya. Irene lalu tertawa sumbang, menghilangkan segala pemikiran buruknya dan meletakkan obat Wendy di atas nakas.

"Tentu saja, kami saling mencintai. Segera minum obatmu, aku keluar dulu."

Irene berjalan keluar. Menutup pintu dengan perlahan, lalu berjalan kembali ke kamarnya.

Irene mengambil sebuah benda pipih miliknya. Men-scroll bar notifikasi yang telah penuh dengan pesan pesan dari kontaknya. Ia merebahkan tubuhnya sembari membalas pesan satu per satu. Matanya menyipit ketika membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya.

Chanyeol❤️ : honey, maaf sepertinya nanti malam kita tidak bisa dinner bersama. Aku ada rapat dadakan dengan semua pemegang saham. Aku berjanji akan menggantinya besok. Love u.

Bibir mungil itu sedikit melengkung. Chanyeol membatalkan janjinya. Jarinya segera menulis balasan untuk Chanyeol. Ia tidak masalah, ia mengerti Chanyeol memang sibuk. Lagipula, kekasihnya itu akan berjanji untuk menggantinya besok bukan?

Irene menaruh kembali ponselnya pada nakas. Hari ini adalah hari bebasnya. Tidak ada jadwal pemotretan ataupun kegiatan lainnya. Ia hanya menggulingkan tubuhnya di ranjang kesayangannya. Dalam hati, ingin sekali ia mengajak saudari kembarnya untuk berbelanja. Tapi, entahlah. Sejujurnya, mereka berdua tidak terlalu akrab seperti kakak beradik pada umumnya. Namun Irene tidak tahu penyebabnya.

                         ~~~~~~^^^~~~~~~

Hari ini musim panas, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, bulan seperti masih enggan menunjukkan wujudnya. Sinar senja masih bertengger apik di atas banyaknya kerumunan manusia bumi. Gadis itu kembali melirik arlojinya, menunggu seseorang yang sangat ingin ia temui. Ia kembali duduk di bangku taman dan meletakkan tas mahalnya di sampingnya.

Selang beberapa menit, yang ditunggu sudah datang. Si gadis segera berdiri dan memeluk erat pria di depannya ini. Bibirnya membentuk lengkungan manis.

"Maaf menunggu lama," ucap si pria.

"Tidak apa apa, Chanyeol. Aku senang kamu mau menemuiku malam ini."

Yang dipeluk hanya tersenyum kecil. Merasa ada keraguan dengan apa yang ia putuskan sekarang. Mereka berdua memutuskan duduk berdampingan di bangku taman.

"Sesuai janjimu, Irene tidak boleh tahu tentang hal ini. Mengerti?"

"Aku mengerti."

"Bagus," Chanyeol mengecup ujung kepala si gadis, lalu mengusapnya perlahan.

The Reason ; Chanrene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang