4. SEBUAH AWALAN RASA TERCIPTA

2.7K 363 84
                                    

Happy Reading 🥳

"Sebaik-baiknya orang, pasti ada sisi buruknya. Tergantung dari orang yang menilainya. Entah dari telinga atau dari mata. Sejahat-jahatnya orang, mereka mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka bisa menjadi jahat." - Nara

Semenjak kejadian itu, selama lima hari lamanya, Kinan tidak masuk sekolah. Ia memutuskan beristirahat dirumah. Meskipun luka di kepalanya tidak cukup parah, namun sukses membuat dirinya tumbang.

Tubuh tegapnya ia sandarkan ke sandaran ranjang. Kaos hitam polos melekat sempurna di tubuh kekarnya. Bayangan sosok gadis berhijab yang memanggil namanya kala itu terus berputar di otaknya. Sosok gadis memiliki senyuman manis itu sukses membuatnya tergila-gila.

"Lo ngga perlu khawatir, Angkasa yang antarin Nara. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, aman. Tidak ada yang lecet," ujar Gibran sambil memakan buah apel.

"Bukannya mikirin diri lo sendiri, lo malah nanyain adik kelas lo. Jangan-jangan lo suka ya sama adik kelas itu," cetus Gilang yang baru saja datang dari resepsionis. Kemudian ia duduk di sofa di samping Kenzo. "Iya ngga Ken?" serunya menatap Kenzo.

Salah satu alisnya terangkat sebelah, menimpali perkataan Gilang.

"Hahaha, ngaku lo Nan. Lo pasti suka kan sama adik kelas itu," ujar Gibran mengompori.

Dengan kesal Kinan melempar bantal rumah sakit ke arah muka Gibran. "Diem lo. Jangan berisik," sarkas Kinan melototi Gibran.

Bukannya berhenti, Gibran dan Gilang semakin tertawa terbahak-bahak. Mereka semakin gencar menggoda Kinan yang notabenenya seorang playboy kelas atas.

"Inget pacar lo yang lima langkah dari rumah," seru Gilang mengingatkan.

"Ingat juga gebetan lo anak IPS sama adik kelas lo anak IPA. Bisa-bisa berantem tuh mereka," timpal Gibran mengedipkan mata ke arah Gilang.

"Cewek lo yang namanya Monic, jangan lo lupain," sela Kenzo lalu bangkit dari duduknya. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya. Memberikan kesan dominan bagi orang disekelilingnya. "Kalau lo ada rasa sama Nara, lo harus selesaikan hubungan lo sama mereka." Imbuhnya menatap Kinan. Tanpa bicara, Kenzo berjalan keluar meninggalkan ruangan yang berubah hening.

Hembusan nafas kasar keluar dari hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan nafas kasar keluar dari hidungnya. Pandangannya tertuju ke arah jendela kamar. Sepi dan sunyi kerap ia rasakan setiap kali berada dirumahnya. Di rumah inilah ia pulang. Di rumah ini juga ia berteduh dan beristirahat. Tetapi, siapa sangka di rumah ini juga ia mendapatkan sebuah luka tak terlihat. Bibirnya tersenyum getir setiap kali mengingat kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya memutuskan bercerai. Sedangkan adiknya ikut dengan nenek di kampung. Ia memutuskan menetap di Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Masalah biaya pendidikan, ia menanggungnya sendiri. Tak jarang juga ia pulang ke rumah nenek untuk menjenguk dan memberikan uang jajan untuk adik dan neneknya.

Assalamualaikum KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang